Red Bobblehead Bunny

Sunday, March 31, 2013

He Gave Me His Life

Posted by Feren Marcelina at Sunday, March 31, 2013

*otp*
“jen… dateng ke rumahku yuk… mau kutunjukkin sesuatu nih”
“ahh males ah”
“ihh ayo dong please…”
“ah clara. Okelah, karena kamu sahabat terbaikku, maka aku akan menurutimu”
“nah gitu dong, Jennifer Louisiana sahabatku yang paling cantik di dunia”
“hehehe”
“yaudah ya, mau bersihin kamar, kan kamu mau kesini hahaha”
“oke bye!”
“bye!”
-call ended-
Baiklah, demi Clara, apa sih yang gak bisa? Clara adalah sahabatku sejak TK. Namun kami berpisah saat kami duduk di bangku SD. Namun kami masih saling berhubungan satu sama lain.
Aku pun mempersiapkan barang-barang yang akan kubawa ke rumah Clara. Setelah selesai, aku segera menuju ke garasi dan menemui pak sopir.
“pak, anterin aku ke rumah Clara ya” kataku kepada pak sopir.
“iya non”
Aku pun berangkat ke rumah Clara dengan mobil pribadiku. Setelah aku sampai, aku sangat terkejut melihat rumah barunya. Kurasa ia baru saja merenovasinya. Rumahnya terlihat sangat indah.
“mungkin ini alasan Clara memaksaku datang kesini. Dasar” desahku.
“pak, nanti ku telpon ya buat jemputnya, sekarang bapak bisa pulang dulu”
“okay non”
Aku pun segera masuk ke rumahnya. Tidak lupa aku mengetuk pintu rumahnya. Setelah masuk ke dalamnya, aku terkejut bukan main karena ternyata ia tidak hanya mengundangku ke rumahnya. Ia mengundang sejumlah teman-temanku yang lainnya.
“well, kita udah berkumpul. Ayo guys ke kamarku sekarang!!!” teriak Clara kegirangan. Dan semua teman-teman pun segera berlari ke loteng menyusul Clara yang memimpin barisan mereka. Namun aku tidak mengikuti mereka. Aku pun melamun sambil berjalan-jalan. Dan aku pun mendengarkan suara alunan alat musik piano yang sangat indah. Aku pun penasaran dan segera mencari sumber bunyi tersebut. Setelah menemukannya, aku segera menghampiri anak yang sedang memainkan piano tersebut. Aku berjalan berhati-hati menuju ke arah anak tersebut. Anak tersebut adalah anak laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi, dan rambutnya bewarna coklat mengkilap apabila dilihat dari belakang.
“sepertinya aku tau siapa dia” desahku.
“he is.. OMG!” desahku kembali. Aku pun langsung memeluk anak laki-laki tersebut dari belakang. Namun anak laki-laki tersebut kasar sekali. Ia lang sung menoleh ke arahku dan melepaskan pelukanku serta mendorongku hingga hampir terjatuh.
“kamu pikir kamu siapa?! Main peluk aja!” bentaknya kepadaku. Aku hanya melihatnya dengan penuh penyesalan dan kekecewaan. Karena dia sudah tidak mengenalku lagi. Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi. Sahabat yang paling kurindukan dari dahulu, sekarang sudah melupakanku. Ia terus menatapku dengan ekspresi kesal dan marah. Namun aku tak melihatnya.
“greyson? Jennifer? What are you guys doing here? C’mon come in to my bedroom!” ucap Clara tiba-tiba yang membuatku sangat kaget. Aku hanya menatapnya kebingungan. Darimana ia dapat mengenal greyson?
“hey.. gadis gila ini siapa sih?! Masa dia main peluk aja ke aku!” ucap greyson kepada clara. Deg! Itulah yang kurasakan saat ini.
“grey.. sabar dulu dong. Dia itu sahabatku, namanya Jennifer” jawab Clara sambil tersenyum.
“grey.. kamu itu juga sahabat semasa kecilku. Masa kamu lupa sih?” batinku.
“dia kurang ajar sekali!” ucap Greyson dengan nada kesal sambil berjalan menuju ke lantai atas. Terus terang, aku tidak terima dengan ucapannya. Ucapannya sangat menusuk hati. Aku pun sudah tidak kuasa dengan semua ini. Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki.
“maaf Clar, tapi aku ada urusan yang lebih penting dari ini”
“tapi Jen..”
“maaf” ucapku lalu langsung berjalan keluar dari rumah Clara.
Aku pun berjalan sambil menangis. Kebetulan jarak rumahku dengan rumah Clara tidak terlalu jauh.namun sebelum aku pulang ke rumah, aku memutuskan untuk mampir ke taman bermain terlebih dahulu.
“wow, sepi sekali” gumamku.
Aku pun berjalan-jalan di taman tersebut dan melihat ke arah atas.
“rumah pohon yang sudah tua. Lebih baik aku memeriksanya” gumamku lalu segera memanjat rumah pohon tersebut.
Setelah sampai di atas rumah pohon tersebut, aku pun duduk sendirian sambil melamun. Tak sadar, air mataku pun mulai menetes. Pikiranku melayang kemana-mana, mulai dari pertama kali kita bertemu, bercanda bersama, bermain bersama, tertidur bersama (jgn netiv yah), dan lainnya. Aku pun teringat akan sesuatu. Aku melihatnya. Sebuah ukiran sederhana pada dinding rumah pohon sederhana ini. Disana tertuliskan, “Jennifer & Greyson forever” dengan ukiran berbentuk anak perempuan dan anak laki-laki yang sedang bergandengan bersama. Aku pun semakin menangis membayangkannya.
“aku rindu masa-masa tersebut” gumamku sambil terus menangis.
Setelah puas menguras air mata, aku memutuskan untuk kembali ke rumah karena hari sudah sore. Aku tidak berkata apa-apa sepanjang perjalanan ke rumah. Hingga setelah setengah perjalanan, aku melihat Greyson dan Clara sedang berjalan bersama sambil bergandengan tangan. It’s make me jealous.
Aku berusaha mengalihkan pandangan dari mereka, namun Clara tetap saja melihatku.
“jen? Kenapa kamu pulang sendirian dan jalan kaki sendirian?” tanyanya kepadaku.
“bukan apa-apa. Kau tidak perlu mengetahuinya. Ini masalah pribadi”
“oh baiklah kalau begitu. Oh ya, aku sampai lupa untuk memberitahumu sesuatu. Ini Greyson Chance, kekasihku” ucap Clara sambil menunjuk ke arah Greyson. GOD PLEASE HELP ME! Aku menahan tangisanku ini. Mengapa mereka tidak segera pergi dari hadapanku, please.
“hey hun, c’mon, you said that we’re going to buy ice cram. Do you forget?” ucap Greyson tiba-tiba sambil merangkul Clara dan mencium pipinya, yang semakin membuatku jealous.
“ofc I don’t. well jen, aku pergi dulu yah!”
“oke bye!”
Aku segera melanjutkan perjalanan ke rumahku.
Setelah sampai ke rumahku, rumah terlihat sepi. Tiada siapa-siapa disana selain Bu Inem, pembantuku.
“non, kenapa kok sempak gitu? Habis nangis ya?” tanyanya.
“iya bu. Aku lagi sedih banget”
“kenapa non? Ceritain deh, nanti ibu bantu nyari jalan keluarnya”
“gini hlo bu. Tadi waktu diajak Clara ke rumahnya, aku liat Greyson”
“grey.. greyson?! Sahabat kecilmu dulu?!”
“iya bu. Tapi aku sedih banget, karena dia udah lupa sama aku”
“mungkin dia lupa bukan karena kamu mudah dilupakan. Tapi mungkin dia lupa karena kesibukkannya. Kau kan tau sendiri kalau dia sekarang udah sukses dan jadi penyanyi terkenal”
“tapi bu.. tetep aja aku sedih”
“udah lah non, jangan dipikirn terus, ntar sakit hlo” ucap bu Inem sambil mengelus-elus pundakku. “udah sekarang non mandi dulu aja, trus makan. Tadi bu inem dapet pesan dari papa kamu, katanya papa sama mama gak akan pulang malam ini.”
Ya, aku adalah anak tunggal.
“oh. Yaudah deh. Aku mandi dulu ya bu”
“iya”
-skip-
Setelah selesai membersihkan diri, aku segera makan malam.
“oh ya non, ibu sampe lupa ngasih tau kamu. Tadi mom kamu bilang kalau dia udah pesenin kamu tiket”
“tiket buat apa bu?”
“tiket jalan-jalan”
“jalan-jalan kemana?”
“gatau kalo itu. Tapi kayanya seru kok. Soalnya di pedesaan”
“watdahell? Pedesaan?! Gak salah apa?!”
“ibu juga gak tau. Tapi ibu sih dengernya gitu. Kamu harus berangkat besok. Dan masalah pakaian, barang-barang, dan makanan udah ibu persiapin. Nanti kamu tinggal siapin barang-barang pribadi kamu aja. Seperti dompet, handphone, dan obat asma kamu”
“iya bu makasih”
“yaudah sekarang tidur dulu aja, biar besok tambah fit”
“oke bu! Bye!”
Well, Bu Inem sudah merawatku dari bayi. Jadi gak salah kalau aku menganggapnya sebagai ibu keduaku, dan ia juga menganggapku sebagai anaknya. Dan kami sangat akrab satu sama lain.
-tomorrow-
“non.. non… bangun” ucap bu inem membangunkanku.
“eh iya bu”
“buruan mandi terus makan ya, nanti mobilnya dateng 1 jam lagi”
“hah cepet amat?”
“iya hehe”
“okedeh”
Setelah aku selesai mandi dan sarapan, aku pun mendengar suara klakson yang dibunyikan di depan rumahku.
“itu pasti mereka. Aku berangkat dulu ya bu, titip winnie!” . Winnie adalah nama hamster yang aku pelihara selama ini.
“iya non” .
Aku pun pergi meninggalkan rumahku yang nyaman ini untuk pergi berlibur ke desa, salah satu tempat yang tidak kusukai. Namun kata bu inem, desanya bagus. Ada hutan juga disana. Dan aku paling suka dengan yang namanya hutan. Well, lumayan lah.
Aku meletakkan tasku di bagasi dan segera masuk ke mobil. Betapa terkejutnya setelah aku melihat bahwa di dalam mobil sudah terdapat Greyson disana! Dan ia duduk di tengah. Well, karena yang tersisa hanya tempat duduk di sebelah Greyson, maka aku pun mendudukinya. Aku duduk tepat di sebelah Greyson. Greyson diam saja dan hanya sibuk mengurusi iphone nya. Aku pun mencoba mengintipnya dan ia menegurku.
“dulu langsung memeluk sekarang langsung mengintip. Mau kamu apaan sih?!”
“apa kamu bener-bener gak tau siapa aku?”
“aku tau kamu. Kamu adalah cewek teraneh yang pernah aku lihat. Puas?!”
“kasar sekali kamu! Mentang-mentang sekarang sudah populer! Populer bukanlah segala-galanya! Dan apabila kamu terus sombong seperti ini, ini tidak ada gunanya!”
“sok tau kamu.”
Aku tidak menjawabnya. Aku sangat kesal dengannya. Dan aku pun memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan di luar
“she looks cute anyway” desah Greyson. Dan aku pun mempunyai ide untuk menjahilinya.
“I bet you’re talking about me”
“no I’m not”
Aku tertawa melihat ekspresi anehnya dan seketika wajahnya memerah. Cute sekali diaaa.
“hahaha don’t be lie. Aku tau kok kalo aku itu imut”
“ih. Geer kamu!”
“hahahaha”
“btw, nama kamu siapa?” asli, sakit ngedengerinnya. Masa namaku aja dia lupa. Aku menarik nafas sejenak dan menghembuskannya.
“aku Jennifer Louisiana.”
“aku…” aku memotong ucapannya, “ya, aku tau. Nama kamu itu Greyson Michael Chance, lahir tanggal 16 Agustus 1997, umur 15 tahun sama sepertiku, pernah sekolah di Cheyenne Middle School”
“kok kamu tau sih?”
“karena aku ini sahabatmu grey……” batinku.
“hm… karena aku enchancer, mungkin?”
“haha thanks” jawabnya sambil mengacak-acak rambutku. Huh, dia nakal sekali. Kelakuannya tetap seperti anak kecil. Ia masih tidak berubah. Ya, saat kecil, hobi Greyson memang mengacak-acak rambutku. Yeah, it’s no problem.
Aku pun melamun dan akhirnya tertidur. Saat aku tertidur, aku merasa kepalaku diletakkan oleh Greyson di pundaknya. Dan aku juga merasakan ada sesuatu yang jatuh di pipi kananku. Aku pun melihatnya dengan samar-samar. Dan itu adalah Greyson!
IA. BARU. SAJA. MENCIUM. PIPI. KANANKU.
Dan tak lama setelah ia mencium pipiku, ia pun tertidur di atas kepalaku. Aku dapat merasakannya.
Tak terasa, akhirnya kami sampai juga di desa.
“jen.. wake up! We just arrived!”
“okay”
Aku pun membuka mataku dan segera keluar dari mobil. Sungguh sebuah desa yang nyaman, menurutku. Udaranya sangat sejuk.
“I love it here!” gumamku sambil tersenyum.
“jen, bring your bag by yourself, okay?” tanya greyson tiba-tiba.
“okay”
Aku pun membawa tasku dan berjalan menuju ke villa yang akan kami inapi selama 1 minggu ini.
Pembagian kamar pun dimulai.
……
Jennifer – Greyson
……
“watdahell” desahku.
“hey.. kita satu ruangan!”
“trus?”
“ya kan gapapa, dengan begitu kita bisa makin deket kan”
“ya gak bisa lah. Kamu kan udah punya pacar”
“sebenernya Clara itu bukan pacarku sih”
“tapi kenapa kamu kemarin berlagak sok romantis di depanku?”
“eeee kamu cemburu ya? Eciye”
“ya gak lah. Kamu gila apa?”
“hahaha just joke”
“it’s okay”
Ya, kami sudah mulai dekat karena kami sempat berbincang-bincang di dalam mobil selama perjalanan.
Pukul 16.00-17.00 adalah watu bebas kami. Setelah mandi, Greyson langsung menarik tanganku dan mengajakku berjalan-jalan di dalam hutan. Dan saat kami ingin kembali ke villa, kami pun lupa dengan arahnya.
“matilah kita grey”
“enggak apa-apa. Kan ada aku”
“Hiiihh”
"kenapa? Kamu gak suka ya?”
“bukan. Aku cuman masih kesel aja sama kamu. Masa kamu bener-bener lupa sih sama aku? Oops” aku keceplosan!
“hm. Gimana ya? Inget sih inget. Cuma aku tau kalo Clara itu suka kepadaku. Oleh karena itu, aku hanya berakting kemarin. Maaf”
“what??? Dia inget sama aku???? BEST DAY EVER!!” batinku sambil senyum-senyum sendiri.
“jen? Are you crazy or what? Kamu ketawa-ketawa sendiri tau!”
“iya aku tau”
Matahari sudah terbenam dan tibalah giliran bulan untuk berjaga. Aku dan grey memutuskan untuk mencari pohon yang rindang untuk digunakan sebagai tempai berteduh. Dan akhirnya kami pun menemukannya. Kami berdua pun duduk bersebelahan.
“jen..” ucapnya tiba-tiba
“ya?”
“still remember our first meeting?”
“of course! Why not?! You were my first bestfriend!”
“hahaha you true. I don’t know why. But I just can’t forget all of those moments. Those were so sweet really”
“yeah you true”
Tiba-tiba greyson menyenderkan kepalaku ke pundaknya dan ia memelukku.
“grey?”
“what?”
“why you hug me like this?”
Seketika ia melepaskan pelukannya.
“jen”
“yeah grey?”
“can you count those stars?”
“no. why?”
Ia pun membalikkan badannya ke arahku. Dan secara refleks, aku juga mengahadapnya. Ia menatapku dalam-dalam dan mulai berkata, “really?”
“yeah” jawabku sambil tersenyum. Aku melihatnya. Ia menunjukkan ekspresi yang terlihat seperti orang yang sangat bahagia.
“hahaa what happened with you greys?” tanyaku kebingungan.
“if you can’t count how many stars, so you can’t count how much I love you”
“what do you mean grey? I don’t understand”
Ia menghadapku lagi dan aku juga menghadapnya.
“so, my beautiful pricess who can’t count how much I love you. May I feel your lips?”
Seketika aku terkejut mendengar perkataannya. Aku tidak bisa berkata-kata. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, ia sudah memegang pipi kananku dan mulai mencium bibirku dengan lembut. Aku tidak dapat melakukan apa-apa. Yang aku pikirkan hanyalah ‘mengapa ia menciumku?’. 1 menit berlalu, ia pun melepaskan ciumannya dan berkata, “thanks for the first kiss. I enjoyed it”. Dan tanpa kusadari, aku mengucapkan, “so do I”
Ia masih menatapku sambil tersenyum bahagia. ‘Words can’t describe how much I love him’ batinku. Aku pun berhenti menatapnya. Karena jujur saja, aku tak tahan melihat tatapan mautnya.
Aku pun bersandar pada pohon tersebut dan tak lama kemudian, ia menjalarkan tangannya diatas bahuku. Ya, ia merangkulku. Aku pun tertidur dan ia kembali menyenderkan kepalaku di pundaknya.
-skip- -morning-
Aku terbangun lebih awal dari Greyson dan aku berjalan-jalan sejenak. Saat sedang asyik berjalan-jalan, tiba-tiba ada seseorang yang mendekapku dari belakang dan membuatku tidak bisa bernafas. Aku pun pingsan dan orang tersebut menggendongku dan membawaku ke suatu rumah tua. Aku tersadar ketikat mendengar suara orang tersebut. Tunggu.. dia terlihat seperti Danielle! Omg why did he do it to me?!
“Dan?! Why..” belum selesai aku berkata kepadanya, ia sudah menutup mulutku. Ya, dia memang menyukaiku sejak SD. Dan kebetulan, ia juga mengikuti acara kemah ini bersama denganku dan Greyson.
“semakin sedikit kau tau, semakin baik”
“Dan!” dan tiba-tiba Dan menamparku keras sekali.
“diam kau! Kalau kamu gak diem, kubunuh kau!” ia pun menempelkan lakban di mulutku, suapaya aku tidak bisa berteriak lagi.
Aku hanya bisa menangis saat itu. Kemana greyson? Mengapa ia tak menolongku? Padahal aku sangat butuh pertolongannya. Greyson help me!! Dan pun pergi keluar meninggalkanku. Aku berusaha untuk melepaskan diri, namun tidak bisa. Ia mengikatku sangat kencang pada bagian tangan, kaki, dan perutku. Aku tak dapat bergerak sama sekali. Rasanya sangat tidak nyaman!
Aku pun berdoa secara terus menerus. Berharap ada sebuah pertolongan yang datang. Dan yang benar saja, tiba-tiba ponselku berbunyi. “omg…” desahku. Aku berusaha mengambilnya. Poselku berada di lantai. Namun tiba-tiba Dan datang dan langsung mengambil ponselku tersebut.
“hahaha, so your hero just trying to call you like this?” tanyanya sambil mendekatkan ponselku ke arah mukaku. “he’s such a loser!” teriaknya lalu langsung membanting iphoneku. Aku semakin ketakutan melihatnya.
*Greyson POV*
“hah?! Kok mati sih?? Aduh dia kemana sih??” gumamku sambil terus melihat ke arah iphoneku.
“aku harus mencarinya!” aku pun berlari mencari kemana dia berada.
Hari sudah malam dan aku belum menemukannya. Aku sungguh payah. Aku bodoh sekali!
Aku terus berlari kesana kemari, hingga aku menemukan gelangnya!
“ini gelangnya! Aku yakin sekali ini pasti miliknya!”
Aku terus berjalan mencarinya. Namun ini sudah terlalu larut malam. Aku pun memutuskan untuk tidur dibawah suatu pohon besar. Saat tengah tertidur, aku bermimpi mengenainya. Aku bermimpi bahwa ia sedang dikurung di suatu rumah tua yang letaknya tidak jauh dari sini. Aku juga melihatnya bersama 2 orang berbadan kekar dan 1nya lagi adalah Danielle. Aku juga bermimpi aku berhasil menyelamatkannya.
*Jennifer POV*
-morning-
aku terbangun dari tidurku yang sama sekali tidak nyenyak ini. Aku melihat keadaanku. Yah, masih sama seperti kemarin. Keadaan yang sungguh memprihatinkan. Masa iya aku tidur dengan balutan tali di tangan, kaki, dan perutku, serta lakban hitam yang menempel di mulutku. Ini sungguh memprihatinkan. Aku mencoba untuk menengok jendela, namun tidak bisa.
“waiting for your loser, princess?” ucap Dan tiba-tiba.
“mmmhhh!!!” teriakku sambil menggerak-gerakkan tubuhku, seakan ingin sekali rasanya untuk terbebas dari balutan tali dan lakban ini.
“hahaha you can do nothing so does your loser!”
Aku pasrah menghadapi semuanya. Aku yakin, Greyson tidak akan hadir disini untuk menolongku. Mungkin ia sudah kembali ke villa dan bersantai bersama dengan teman-teman yang lain kecuali aku dan Dan. GREY PLEASE HELP ME!
*Greyson POV*
Hari sudah siang dan aku masih tidak menemukan dimana rumah tua itu berada. Aku terus mencarinya hingga tiba-tiba aku tersandung batu dan jatuh. Bodohnya aku, tidak melihat jalan. Aku terus memikirkan keadaan Jen. Bagaimana apabila terjadi sesuatu dengannya? Aaah. Sepertinya kakiku terkilir. Rasanya sakit sekali. Namun aku harus tetap pantang menyerah untuk mencari keberadaan Jen. Sesekali aku beristirahat untuk memijat kakiku yang terkilir tersebut.
“huh, I’m tired. And I’m hungry”
Aku pun melanjutkan perjalananku untuk mencari rumah tua tersebut.
Hari sudah sore dan FINALLY aku melihatnya! Sebuah rumah tua yang kumuh dan sepi. Aku pun berjalan cepat untuk menolong Jen.
*Jennifer POV*
Dimana Greyson? Aku terus memikirkan keadaannya. Dan tiba-tiba aku mendengar suara Greyson! Yeah, ini benar DIA! FINALLY. Greyson mencoba masuk ke rumah tua gombal ini dan membukanya. Namun tiba-tiba Dan datang bersama kedua bodyguardnya dan langsung mendorong Greyson hingga jatuh ke lantai.
“ouch!” teriaknya.
“ow, so this is the little loser? Beat him!” perintah itu pun keluar dari mulut Dan.
“okay!” jawab kedua bodyguardnya.
Dan yang benar saja, ia menarik greyson dan menghajarnya. Aku dapat melihat ekspresi kesakitannya. Tak sedikit pula darah yang keluar dari tubuh Greyson. Di mulutnya, dan di kepalanya! Sesekali ia menghapus darahnya tersebut dan kembali dihajar oleh bodyguard Dan.
‘apakah dia akan mati? Tidak. Aku tidak akan membiarkannya mati’ batinku lalu segera berusaha keras untuk melepaskan semua tali yang menjulur di tubuhku.
“do it Jen! I know you can!” teriak Grey tiba-tiba yang membuat Dan menatap ke arahku.
“ow, so the loser ask the princess to escape from me huh?!” Dan pun langsung menyodorkan pisau di leherku. Otomatis, aku sangat takut. Aku hanya dapat memejamkan mataku. Karena, aku phobia dengan pisau! Bodyguardnya pun berhenti menghajar greyson yang sudah berlumuran dengan darah. Greyson pun mencoba untuk berdiri dan ia mengambil alat tembak yang ada di dekatnya dan menembak kedua bodyguardnya.
“and now it’s your turn” ucap Greyson kepada Dan dengan ekspresi santainya.
“if you shoot me, I’ll kill her. Put it down!”
“no I won’t” ucap Greyson sambil terus mendekat.
“put it down!”
“no greys! Please. Don’t do that! It’s better if I’m dead!” ucapku sambil terus mengeluarkan air mata.
“no! I won’t let you die!”
“but. Maybe today is the last day I met you. Thank you grey for everything”
“no!” tiba-tiba Greyson menjatuhkan alat tembaknya dan ia pun bersujud. Dan pun tertawa melihatnya.
“you’re really a little loser” ucap Dan sambil menaikkan dagu Greyson.
Aku melihat wajah Greyson yang sudah penuh dengan kepasrahan. Kepalanya berdarah dan hidungnya juga terus mengeluarkan darah.
Dan JLEBB!! Dan menusuk perut Grey dengan pisau. Aku terkejut melihatnya. Aku pun benar-benar muak dengan tingkah laku Dan dan akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil alat tembak tersebut dan menembakkannya ke tubuh Dan.
***
Aku terus berlari di lorong-lorong ini. Aku langsung memasukki ruangan Greyson berada.
Saat sedang menangisinya, tiba-tiba Greys tersadar sejenak. Ia memegang pipi kiriku dan mengatakan “sekarang aku sadar bahwa populer memang bukanlah segala-galanya. Dan kaulah segala-galanya bagiku” dan  -TIIIIIIIITTTTTT-      Ya. Itulah kalimat terakhir yang ia katakan. Aku tidak akan bisa melupakannya. Dia telah mengorbankan nyawanya bagiku. Dan sekarang aku sadar bahwa. IA. BENAR-BENAR. MENCINTAIKU.
***
Hari ini adalah tepat 1 tahun setelah hari kematian Greyson. Aku berjalan menuju ke taman bermain. Dan seperti biasanya, aku langsung memanjat ke rumah pohon tua tersebut dan kembali memandangi ukiran-ukiran sederhana kami berdua, yang hanya berupa gambar anak perempuan dan anak laki-laki sedang bergandengan tangan. “Jennifer & Greyson forever” .

-THE END-

0 comments:

Post a Comment

 

SimpleTeen(•”̮ •)з Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting