Red Bobblehead Bunny

Saturday, March 30, 2013

Waiting For Her

Posted by Feren Marcelina at Saturday, March 30, 2013
Pagi ini sama seperti pagi-pagi biasanya. Aku membuka jendela kamarku. Kuhirup udara segar pada pagi hari ini. Kulihat burung-burung berkicau menghiasi pagi hari ini. Kuraih iPhoneku, dan disana tertuliskan “1 message received”. Kubuka pesan tersebut yang ternyata dari Nancy, sahabatku. “good morning grey, have a great holiday! <3”. Aku tersenyum membacanya. Aku tidak membalasnya, karena aku kehabisan pulsa (?).
Aku pun menutup kembali jendela kamarku dan aku memutuskan untuk pergi mandi. Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk untuk menutupi pinggang sampai ke bawah (?). Aku pun mengambil baju yang sudah tertata rapi di almariku. Dan aku pun mengenakannya. Simple, hanya kemeja bewarna hitam dan celana pendek bewarna putih. Aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar kecilku ini, yang sangat dipenuhi oleh poster-poster Lady Gaga. Yeah, I’m a little monster. I love her so much. She inspired me. Aku berjalan menuju tangga secara berhati-hati dan menuruninya. Rumahku terlihat sangat sepi.
“they’ve left for sure” desahku.
Aku merasa belum lapar. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk tidak sarapan pagi itu. Aku menonton TV. Karena TV merupakan satu-satunya hiburan yang aku miliki selama liburan ini. Aku merasa sangat bosan. Dan secara tak sadar, aku pun memejamkan mataku dan terlelap dalam dunia mimpi dalam keadaan TV yang belum dimatikan.
“greysooonn…. Wake up….. it’s 5 p.m.!!” ucap Alexa yang sangat membuatku terkejut.
“OMG!! Do not scream like that! You made me shocked!”
“hahaha sorry. Hey, what happened with your face? Hahaha”
“my face? Ouch, my face looks handsome like usual, right?”
“nooo for today. See it!” ujar Alexa sambil menyodorkan cermin ke arah wajahku.
“watdahell!!! Who did all of this?!”
“who else? Tanner did. Hahaaha. But you look more cute anyway”
“no! I look bad. Omg. Tanner!! Watch up!!!!”
“for what hahaha??” ujar Tanner sambil tertawa.
“for this one!” ucapku sambil menunjuk wajahku.
Aku pun langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajahku. Mereka berdua, atau lebih tepatnya kak Tanner, ia mencorat-coreti wajahku dengan spidol, dan menggambar bunga di wajahku. Sungguh memalukan.
Setelah kuhapus, aku pun membersihkan diri.
“Greyson,, c’mon dinner with us!” teriak mom Lisa.
“I’m coming mom…”
Aku pun melahap makan malam tersebut. Karena memang aku belum makan sejak tadi pagi.
“Grey, we’ve planned about our holiday. We’re going to go Canada 2 days later for holiday. Packa and prepare your things by yourself, okay?”
“okay mom” jawabku melemas. Ya, sebenarnya aku tidak suka pergi jauh. Walaupun aku sering mengadakan tour di luar kota, bahkan luar negeri, namun tetap saja aku tidak menyukai bepergian. Malas rasanya. Yang benar saja, mereka baru memberitahuku sekarang. Namun mereka sudah merencanakannya sejak dahulu. Huuu.
Setelah selesai makan malam, aku pun segera pergi ke kamar untuk mengemasi barang-barang dan baju-baju yang akan kubawa ke Canada. Setelah selesai, aku pun tidur.
~SKIP~ ~2 days later~
Malas sekali rasanya harus bepergian jauh AGAIN. Tapi apa boleh buat? Masa iya aku harus ditinggal di rumah sendirian? Ah enggak deh. Aku sengaja bangun tidur lebih awal untuk kembali mempersiapkan barang-barang pribadi yang perlu aku bawa. Setelah selesai, tidak lupa aku pergi mandi dan sarapan.
Pesawat kami akan berangkat 1 jam lagi, oleh karena itu, kami harus berangkat ke bandara sekarang juga. Setelah sampai, aku segera mencari tempat duduk yang berada di dekat jendela. Ya, aku memang sangat menyukai pemandangan. Selama di perjalanan, yang hanya dapat aku lakukan yaitu melihat-lihat awan sambil mendengarkan lagu yang aku putar.
4 jam kemudian, pesawat kami pun sampai di Canada.
“Hi Canada! Please make my days!” teriakku sambil tersenyum. Tak lupa, aku pun mengambil 1 foto untuk aku post di instagram. Setelah aku edit menggunakan efek-efek yang tersedia, my photo successfully posted.
 “grey.. do not play your mobile here. You better help us to bring this bag!”
“okay dad”
Aku pun membawa koperku sendiri.
Tidak sedikit orang yang memotretku, minta berfoto, minta tanda tangan, memeluk, dan menciumku. Ada juga yang membawakanku hadiah. They’re the best fans I ever know. Thank you enchancers.
Setelah sampai di taxi yang sudah dipesan oleh mom, aku pun memasukkan koperku ke bagasi dan segera duduk. Selama perjalanan menuju villa, aku hanya dapat memotret pemandangan yang ada.
~SKIP~ ~arrived~
Akhirnya sampai juga di villa yang sudah disewa oleh mom. Bagus juga tempatnya. Villa tersebut terdapat di sebuah desa yang damai. Pemandangannya juga indah. Di halaman villa tersebut juga terdapat sebuah ayunan yang terbuat dari ban mobil dan tali.
“what a beautiful scenery” gumamku.
“yeah, do you like it?” tanya mom tiba-tiba
“yeah I like it. I’ll enjoy this holiday in here”
Aku pun duduk di sebuah ayunan yang terdapat di halaman villa tersebut sambil memandangi sekeliling. Aku pun terbelalak kaget setelah melihat seorang gadis sedang duduk di ayunan sepertiku. Ia terlihat sangat pucat dan ia menangis. Aku terus memandanginya dengan penasaran. Dan tak kusangka ia pun melihat ke arahku. Karena aku sangat penasaran dengannya, maka aku pun memutuskan untuk menghampirinya.
“are you okay?” tanyaku kepadanya.
Ia tak menjawab pertanyaanku. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum terpaksa.
“tell me, why are you crying?”
“it’s not your business”
“but.. may I be your  friend?”
“of course”
Aku senang mendengar jawabannya tersebut. Aku bun menyodorkan tanganku.
“I’m Greyson Chance. And who are you?”
“I’m Nicky Loveday”
“what a beautiful name. just like it’s owner”
Ia pun memandangku sejenak sambil mencoba tersenyum.
Aku juga tersenyum ke arahnya.
“Nick…. Come here!!!!!” teriak seorang wanita dari dalam rumahnya.
“well,, I have to go now!” Nicky pun berlari dan meninggalkanku sendiri. Namun aku curiga dengannya. Karena aku melihat seperti nafasnya tersengal-sengal.
Aku pun kembali ke villa ku untuk instirahat.
***
Hari-hari berikutnya, aku tak melihat Nicki. Entah mengapa, aku merasa rindu dengannya. Walaupun aku baru saja mengenalnya. Aku terus melihatnya dari jendela kamarku. Dan akhirnya ia pun keluar dari rumahnya dan menuju ke ayunan, permainan favoritnya, mungkin. Aku pun segera berlari menghampirinya. Betapa terkejutnya aku setelah melihat wajahnya yang terlihat sedih tersebut. Ia menangis. Dan aku melihat wajahnya memar-memar. Aku juga melihat tangannya yang penuh dengan luka.
“what happened with her?” tanyaku dalam hati.
Ia terus terdiam dan melamun. Sampai akhirnya lamunannya terbuyarkan oleh lambaian tanganku tepat di depan wajahnya.
“hey, are you okay?” tanyaku kembali, dengan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.
“to be honest with you, I’m not okay actually”
“why?” tanyaku dengan perasaan penuh curiga.
“because…becauseee….” Dan ia pun menangis secara tiba-tiba. Aku pun memeluknya. Dia menangis dalam pelukanku.
“it’s okay if you crying. It’s no problem. Crying make us better. Believe or not, I often cry because of something”
Aku merasa ia sedikit terhibur oleh ucapanku. Dan ia pun mendesah “thank you”.
Aku melepaskan pelukannya, dan ia tersenyum ke arahku.
“just tell me why are you crying?”
“my mom”
“what happened with her?”
“she always force me to do what she want”
“for the example?”
“she forces me to clean my house. But if I don’t do it, she will torture me, or kick me, or beat me, etc”
Tak kusangka ibunya begitu kejam dengannya. Ternyata kecurigaanku benar mengenai dirinya. Mengapa wajahnya memar-memar dan tangannya penuh luka. Ternyata semua itu karena ibunya.
“but actually she’s not my mom. She’s my step mom. My mom is dead last year”
“and how about your dad?”
“he’s dead last week”
Aku sangat iba melihat kehidupannya yang sangat menderita. Mungkin aku termasuk orang yang beruntung, namun ia tidak.
“c’mon” aku pun menggandeng tangannya.
Aku mengajaknya berjalan-jalan sejenak, melihat-lihat lingkungan sekitar. Entah kenapa, aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya. Aku juga terus membuatnya tersenyum sore itu. Ia juga tak berhenti-hentinya tertawa mendengar leluconku. Aku menyukai senyumnya. Senyumnya sangat manis bagiku. Aku kira aku sedang jatuh cinta. Kami terus bercerita mengenai kehidupan pribadi kami. Walaupun aku sedikit sedih mendengarkan kisah hidupnya. Kisahnya sangat menyentuh. Aku juga menceritakan sedikit mengenai sahabatku yang bernama Nancy. Sesekali ia memberikan senyuman indahnya. She’s really beautiful. Kami berdua pun memutuskan untuk duduk di bawah salah satu pohon yang cukup rindang di dekat hutan. Kami mulai mengobrol-ngobrol lagi.
“you’re lucky” ucapnya tiba-tiba.
“what do you mean?”
“nothing. But you’re lucky, not like me”
“why?! You’re lucky too, because God gives you a chance to enjoy this life”
“He even doesn’t care about my miseries”
Aku menatap matanya yang bewarna biru tersebut dalam-dalam, dan aku menggenggam kedua tangannya.
“no. He always care about your miseries. I’m pretty sure that He has a great plans for your life. Just waiting for Him”
Ia hanya tersenyum melihatku.
“you true” desahnya tiba-tiba sambil mengalihkan pandangannya dariku.
Aku pun menarik dagunya dan menangkap pandangannya. Aku mengelus rambutnya yang ikal bewarna brunette tersebut. Aku juga memegang kedua pipinya. Kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kami berdua pun memejamkan mata kami. Hidung kami mulai bersentuhan. Dan akhirnya, bibir kami pun juga bersentuhan. Yeah, she was my first kiss. Setelah 1 menit, aku melepaskan ciumanku. Aku melihatnya tersenyum malu. Aku hanya tertawa melihat senyumannya yang sangat menarik tersebut.
“thank you, you stole my first kiss” ucapnya tiba-tiba sambil terlihat malu-malu.
“hahaha no problem. You stole mine too. May I ask you something?”
“of course, you may”
“can I call you sweetheart?”
“what do you mean? And what is the meaning of sweetheart?”
Hahaha aku geli mendengarnya. Ia sangat polos. Bahkan ia tak mengerti akan maksudku dan dia juga tak mengerti apa maksud dari ‘sweetheart’.
“hahaha you’re too funny” kataku sambil mencolek hidungnya.
Dan tebak, ia menunjukkan ekspresi kesalnya. Namun ia terlihat semakin cute menurutku. Aku pun menjelaskannya.
“I mean, would you be mine? And sweetheart is a term of someone that I loved”
Seketika wajahnya memerah. Dan aku dapat merasakannya, apabila ia sangat senang mendengarkan kata-kataku tadi. Jantungnya juga berdegup kencang.
“why not?” jawabnya, lalu memelukku erat.
Aku membalas pelukannya dan mencium keningnya. Dan akhirnya, kami berdua pun berjalan kembali ke rumah kami sambil bergandengan tangan.
Setelah sampai di depan rumah Nicky, lagi-lagi aku mendengar suara wanita tersebut.
“nick!!!!”
“omg… I have to go again”
“okay. Be careful.”
Ia pun berlari dengan nafas yang kembali tersengal-sengal. Aku merasa kasihan melihatnya.
Aku menungguinya dari sore. Namun ia tidak kunjung keluar. Hingga pada malam harinya, aku mendengar teriakan yang sangat keras. Dan kedengarannya, suara tersebut seperti suara teriakan Nicky. Aku harap tidak terjadi apa-apa dengannya. Aku terus menunggunya di bawah pohon di depan rumahnya. Tak terasa, aku pun tertidur di bawah pohon tersebut.
Matahari sudah bangun dari tidur pulasnya, demikian juga denganku. Aku masih menunggunya. I still wait her. Waiting, waiting, waiting, waiting. Aku semakin khawatir dengannya.
“maybe she’s still sleeping right now” desahku, lalu berjalan kembali pulang ke villaku. Aku membersihkan diri dan sarapan pagi.
“where were you last night?” tanya kak Alexa tiba-tiba.
“I was… I was… I was in there!” jawabku sambil menunjuk ke arah jendela yang menghadap ke rumah Nicky. Ya, rumah kami berseberangan.
“omg greyson… what are you doing there?”
“I waited for Nicky, but she didn’t come out from her house. So I slept under that tree”
“omg grey… don’t you know that… that…. That her mom is very vicious and a bit crazy?”
“well I knew that her mom is very vicious. But I don’t know that her mom is a bit crazy. Is it true?”
“yeah. She’s crazy”
“how can you know obout her mom?”
“oww don’t ask about that. Mom Lisa told us yesterday to stay away from them. They’re a bit crazy”
Aku sedikit kurang terima mendengar ucapan kakakku tersebut.
“no! nicky is not crazy anymore! But she isn’t lucky anymore. She was with me yesterday evening. And she’s really nice, kind, and fun”
“aww really? Is she your new girlfriend? So sweet”
“yes she was”
“omg….”
Aku pun segera meninggalkan kak Alexa yang sangat KEPO tersebut. Karena sejujurnya, aku tidak terlalu suka dengan orang yang kepo. Aku membuka twitterku dan mem-post sebuah tweet yang berbunyi “last night was amazing. And now I’m waiting for her. #praying”
Setelah usai mengotak-atik twitter, aku pun kembali berjalan ke luar dan duduk di ayunan sambil menunggunya. Aku bingung, mengapa ia tak kunjung keluar? Aku pun memberanikan diri untuk mengintip jendela rumahnya. Dan… tidak ada orang disana. Aku semakin khawatir. Aku kembali menunggunya di dekat ayunan miliknya, di bawah pohon di depan rumahnya. Namun ia sama sekali tidak terlihat. Bahkan suaranya pun tidak terdengar sama sekali. Apa yang terjadi dengannya? Apakah ia sudah melupakanku? Aku rindu senyumannya. Aku pun terus menunggunya hingga tanpa kusadari, aku kembali tertidur di sana. Aku membuka mataku dengan lebar. Aku pun melihat sesosok Nicky sedang tersenyum melihatku. Ia menggandengku. Namun aku tak menerimanya. Aku melihat raut wajahnya yang terlihat sedikit kecewa dan sedih pastinya. Tak lama kemudian aku pun terkejut dan tersadar dari lamunanku. aku pun kembali mendengar suara teriakan seorang perempuan. “aaaaaaaaaaaaaaa……..!!!!!!!!!”
“it must be her”
Aku berjalan cepat menuju ke depan jendela rumahnya. Aku memberanikan diri untuk kembali mengintipnya. Dan aku pun terkejut melihatnya. Aku melihatnya! Nicky! Ia sedang dihajar oleh ibu tirinya! Ibu tirinya sedang mencambukkinya dengan sabuk! Ibu tirinya memang sangat kejam menurutku. Aku melihatnya menangis kesakitan. Akhirnya, ibunya pun pergi meninggalkannya sendirian di rumahnya dan keluar melalui pintu belakang. Aku segera bersembuyi di balik rumahnya. Aku melihat ibu tirinya yang kejam tersebut membawa sesuatu. Setelah kuamati dalam-dalam, ternyata itu adalah selembar kain putih yang berlumuran darah. Betapa terkejutnya aku melihatnya. Rasanya ngeri sekali.
“is that hers?” batinku.
Tiba-tiba ibunya menengok ke arahku. Namun untungnya, aku berhasil membuatnya tidak curiga. Aku melihatnya kembali. Aku melihat ibu tirinya sedang berjalan menjauhi rumah.
“I think she will go to the forest” desahku.
Aku pun berjalan mengendap-endap untuk masuk ke dalam rumah Nicky. Aku pun berhasil masuk. Aku pun langsung mencari dimana letak kamarnya. Setelah menemukannya, aku pun membuka pintunya karena pintunya tidak terkunci.
“Nick?” sapaku. Aku melihatnya sedang duduk melamun di pojok ruangan. Wajahnya masih memar dan tangannya penuh luka. Ditambah lagi kakinya juga penuh dengan goresan-goresan. Aku menghampirinya. Ia pun melihatku dan memelukku sambil menangis.
“I miss you so much greys…”
“I miss you too. I’m really worry about your condition. I saw she ..”
“sssstt… don’t say about that. I won’t remember it.”
Aku tersenyum dan memeluknya erat.
“don’t worry. I will always waiting for you”
“no.”
“why?”
“I’m pretty sure you won’t”
“why?? Don’t you know that everyday I sleep under that tree?” tanyaku sambil menunjuk pohon yang selalu kugunakan untuk berteduh.
Ia terdiam sejenak dan mengangguk.
“I don’t know about that, but I believe you”
“great. May I kiss your cheek?”
Aku melihatnya tersenyum malu.
“of couse” ia pun menjawabnya dengan malu-malu pula. Ia sungguh menarik bagiku. Aku pun mencium pipinya dan tiba-tiba..
“Nick!!!! Where are you??!!!!” teriakan perempuan itu terdengar lagi.
“greyson… get out please… shw will kill you if she sees you..”
“no I won’t”
“pleaseee greyson…. Or maybe she will kill me” ia pun meneteskan air matanya. Aku pun pergi meninggalkannya melalui jendela. Aku memanjat jendelanya dan jatuh di depan rumahnya.
“ouch” desahku sambil melihat kakiku yang penuh dengan darah. Ibu tirinya sungguh gila. Ia menempelkan sejumlah kawat pada dinding di bawah jendelanya. Dan bodohnya, aku tak mengetahuinya. Kakiku penuh dengan goresan dan darah.
“maybe that’s why her legs are full of wounds” batinku sambil menahan rasa sakitku.
Aku pun berlari meninggalkan rumah tersebut untuk bersembunyi dengan menahan rasa sakit kakiku ini. Saat sedang berlari tiba-tiba aku mendengar suara teriakan Nicky yang sangat lantang. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!”. Namun aku tidak sempat membalikkan badan karena tiba-tiba kak Tanner datang untuk menolongku dan ia menggendongku (?).
***
Hari demi hari selalu kupenuhi dengan “WAITING”. Aku menunggunya setiap hari. Namun mengapa akhir-akhir ini aku tidak pernah mendengar suara teriakannya lagi. Aku juga tidak mendengarkan suara teriakan ibunya yang gila tersebut.
“it has been a week since I kissed her cheek” gumamku sambil terus menunggunya di bawah pohon tempat biasa aku menunggu.
Aku pun curiga karena rumahnya sangat sepi. Aku pun berusaha mengintipnya untuk yang terakhir kalinya. Aku melihat ke dalam, tidak ada seorang pun disana.
Aku memutuskan untuk membuka pintu rumahnya dan pintunya tidak terkunci.
“weird” gumamku.
Aku pun segera menuju ke kamar Nicky yang terletak di lantai 2. Aku membuka pintunya, namun pintunya terkunci.
“she even never locks her door. It’s not usual” gumamku.
Aku pun mencoba untuk mendobrak pintunya. Dan aku berhasil mendobraknya.
“oh my God!”
Aku terbelalak kaget melihat keadaan Nicky. Ia sudah terbaring kaku di bawah jendela kamarnya. Aku menatapnya terus menerus. Mungkin aku sulit menerima hal ini, namun apa boleh buat. Ia telah tiada. Aku melihatnya untuk yang terakhir kalinya, karena besok lusa aku akan kembali ke LA. Aku melihat luka-luka yang ada di dekujur tubuhnya. Aku masih tidak percaya akan semua ini. Aku juga melihat darahnya keluar dari hidungnya. Aku memeluknya erat. Ini sangat sulit bagiku untuk menerimanya. It’s too hard! I’ve been waiting for her for about 2 weeks and all of this are useless! She’s died! Aku terus memeluknya untuk yang terakhir kalinya. Air mataku menetes di pipinya. Aku sangat ingin melihatnya tersenyum lagi. Namun ini mustahil. Tak kusangka hari itu merupakan hari terakhirku untuk melihat senyumannya yang menawan tersebut.
“Good Bye Nicky Loveday my sweetheart, I will always love you!” bisikku padanya.
Aku pun berjalan meninggalkannya. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku berjalan-jalan di hutan sendirian. Hingga pada akhirnya, aku duduk di bawah pohon yang merupakan tempat dimana kami berciuman untuk yang pertama kalinya. Aku terus mengenangnya dan aku terus menangisinya. Aku sungguh mencintainya. AKU SANGAT MENCINTAINYA!!!!!
Matahari pun tenggelam dan digantikan oleh bulan. Aku masih duduk di bawah pohon tersebut. Aku tak peduli apa yang akan dikatakan oleh dad, mom, Tanner, dan Alexa. Yang aku pedulikan hanyalah dia, Nicky Loveday. Aku pun menunduk. Dan tiba-tiba aku merasa daguku terangkat. Aku pun melihatnya. Ia… iaa… iaaa adalah Nicky. Ia mengenakan pakaian putih dengan rambut ikal brunette nya yang ia gerai. Ia terlihat sangat cantik. Dan ia tidak memiliki luka di sekujur tubuhnya. Ia tersenyum melihatku. I love her smile. Dan tiba-tiba ia mencium bibirku. Maybe this’s the last kiss. Ia pun melepaskan ciumannya dan membisikkan sesuatu di telinga kiriku, “it’s okay if you crying. It’s no problem. Crying make you better. Believe or not, I alwayscry because of everything” . dan ia pun meninggalkanku untuk selamanya.
-THE END-

0 comments:

Post a Comment

 

SimpleTeen(•”̮ •)з Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting