Red Bobblehead Bunny

Saturday, April 6, 2013

With Him

Posted by Feren Marcelina at Saturday, April 06, 2013
Aaaaaa ini udah jam 7 pagi aaaaaa!!!
Aku berteriak sambil terus berlari dari gerbang sekolah menuju ke koridor.
‘sumpah, ini kenapa lagi anak-anak rame banget ih. Tau aja orang lagi kesusahan’ batinku.
Dan tiba-tiba *BRUK*
“hey, kalo lari liat mata dong!” bentak anak itu sambil memegangi kepalanya yang berjedukan dengan kepalaku.
“ih ini iya pake mata dodol! Aku lagi buru-buru jadinya begini. Sewot aja kamu! Emang kamu siapa huh?!” jawabku ketus.
“eh kamu anak baru gak usah kemayu deh. Gak lucu tau!”
‘eh, kok ini anak tau ya kalo aku anak baru? Iii’ batinku.
“heh kamu bengong kenapa lagi?!”
“urusanmu apa coba._.”
“yaudah pergi sono! Ieww deh mau ketemu sama kamu lagi” ejeknya sambil terus memegangi kepalanya.
‘anak itu bisa dibilang agak gila, tapi menurutku dia cakeeeeeppp banget’ batinku.
Aku pun berjalan menuju ke ruang kelas yang sudah ditentukan sebelumnya. Tertulis di depan kelas tersebut, Room 9B. aku pun memasukkinya dan mendapati bahwa ‘ANAK ITU SATU KELAS DENGANKU’ uhmm maksudku ‘ANAK YANG KUTABRAK TADI PAGI TERNYATA SATU KELAS DENGANKU’ .
Apa jadinya aku ini nantinya?! Udah tempat duduknya penuh dan hanya tersisa 1 yaitu tepat disebelah anak itu. OMG mimpi apa aku selamam kok bisa se-sial ini.
Aku berjalan menuju bangku anak tersebut dan ia pun memandangiku dengan penuh keheranan.
“ka.. kamu anak yang tadi pagi kan?!” tanyanya ketus.
“iya, trus kenapa emang? Masalah?!”
“eng.. enggak kok. Gapapa. Kamu bisa duduk disini”
Aku pun terkejut mendengar perkataannya tersebut dan berusaha untuk menenangkan diriku. Aku pun duduk tepat disebelahnya. Aku pun merasa bahwa ia memandangiku sejak tadi. Keheningan berlangsung sekitar 15 menit sampai akhirnya ia mengeluarkan kata-katanya.
“uhmm… kamu darimana?”
“aku dari Jakarta. Kenapa?”
“gapapa. Kamu cantik”
“bukan, aku Alyssa. Tapi kamu bisa panggil aku Aly aja”
“nama yang bagus, sama seperti pemiliknya”
“ah gombal saja kau”
“tapi ini nyata”
“ku tak peduli”
“ya udah. Nanti kamu bisa nyesel hloo”
“gapapa. Gak akan”
Saat sedang berbincang-bincang, tiba-tiba Guru galak yang sedang mengajar pada pelajaran ini pun membentak kami berdua. Kami terbelalak kaget sambil memandang satu sama lain.
“Greyson, Aly, kalian berdua ini bukannya belajar tapi malah pacaran! Sekarang kalian berdua ibu hukum buat keliling lapangan 7x.
“what?!” ucap kami berdua hampir bersamaan.
“go on there!” bentak Bu Doltie.
“okay mom” jawab kami bersamaan sambil melemas.
Kami berdua pun keluar dengan kelas sambil mendengar tawaan ejekan dari anak-anak seisi ruangan.
“kamu sih, Grey?”
“iya aku Greyson. Tapi ya gak gitu juga kali ya, masa tiba-tiba nyalahin aku?!”
“ya kan kamu yang mulai”
“ah udahlah, aku lagi bosen bertengkar”
Aku pun berjalan ke lapangan dan menjalankan hukuman gila ini.
“huihh. Capek banget” ucapku sambil duduk menyelondorkan kedua kakiku, memegangi kakiku, dan juga sesekali mengelap keringatku.
“aku juga. Wanna ice cream?” tawar Greyson tiba-tiba.
“hah?! Mana boleh? Ini kan jam pelajaran. Dan apa kamu bawa uang??”
“tidak perlu bertanya lagi” ucapnya seraya mengeluarkan uang senilai $20 dari sakunya.
“yaampun Grey kamuu….”
“hussshh diem” ucap Grey berbisik sambil menutup mulutku dengan tangannya. Ia pun menggandeng tanganku dan menariknya menuju ke kantin.
“Aly, kamu mau pilih rasa apa?” tanya Grey
“aku rasa strawberry vanilla aja deh”
“oke. Strawberry vanilla nya 2 bu”
“hah?! Kok kamu juga sama?”
“gapapa kan?”
“gapapa sih. Tapi biasanya cowok itu idealnya coklat”
“haahahaha gapapa, biar kita kembar”
“ihh”
Kami berdua pun memutuskan untuk duduk berduaan di taman belakang sekolah dekat lapangan sambil menikmati eskrim yang kami beli. Sesekali Greyson mengelap keringatku dengan sapu tangannya. Aku hanya tersenyum melihatnya.
Saat kami selesai memakan eskrim kami, Greyson pun meletakkan tangannya di atas tanganku. Dan ia menggenggam erat tengan kiriku. Aku menengok ke arahnya, yang ternyata daritadi ia memandangiku tanpa berkata.
“kamu kenapa Grey?” tanyaku.
“aku hanya…”
“kenapa?”
Tiba-tiba tangannya yang pertama berada di atas tanganku dipindahkannya di pipi kiriku dan ia mulai mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku hanya dapat memejamkan mataku, karena terus terang ini adalah yang pertama kali, dan aku tidak mau melihatnya. Dan yaaa,,, bibir kami bersentuhan dan aku dapat merasakannya. Ia mencium bibirku dengan sangat lembut.
2 menit berlalu, ia melepaskan ciumannya dan tangannya dari pipiku.
“Greys? Why..” Greyson memotong ucapanku, “I’m so sorry Aly, I didn’t mean to do that but..”
“but why Grey? You stole my 1st kiss!”
“sorry, because I think you’re the one who must be my 1st kiss. Sorry”
“kenapa harus aku Greys?!”
“karena.. aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya”
“udahlah, lupakanlah”
Aku pun berjalan meninggalkannya untuk kembali ke kelas. Ia juga mengikutiku dari belakang dengan tatapan penuh bersalah. Aku hanya dapat menahan tangisanku. Walaupun sebenarnya aku ‘agak’ senang akhirnya aku dapat merasakan my 1st kiss, but, why must be him?! Okay it’s alright. It has done.
Setelah sampai ke kelas, aku dan Greyson pun segera duduk sambil kembali meluruskan kedua kaki kami yang terasa sangat WOW.
“Aly?”
“what?”
“…”
Greyson tidak menjawab pertanyaanku, melainkan hanya tersenyum nakal ke arahku.
*TINGTINGTING* bel istirahat berbunyi.
Semua anak keluar kelas, kecuali aku dan dia, Greyson.
“Grey, mengapa kau terus menatapku seperti itu? Dan mengapa kau tak segera keluar?” tanyaku.
“uhm… gapapa” jawab Grey sambil kembali tersenyum nakal dan ia melihat ke arah perutku (?) dan tiba-tiba ia menggelitiki perutku.
“aaaa hahahaaa Grey stop it… geli banget Grey aaaaa” aku berteriak sambil tertawa menahan geli.
Karena terus terang, aku tidak pernah dapat menahan rasa geli apabila ada seseorang yang menggelitiku.
“Grey please I hate you ahahaaa”
Grey pun tiba-tiba menarikku ke dalam pelukannya. Aku hanya dapat terdiam. Karena aku tidak paham apa maksudnya.
“Grey? Mengapa kau memelukku?”
“kamu gak perlu tau apa alasannya”
Grey pun melepaskan pelukannya setelah mendengar suara teriakan seorang perempuan. Ternyata itu Lauren, mantan pacar Greyson.
“mau apa kau kesini?! Masih belum puas?!” tanya Grey ketus.
“uhm… siapa cewek itu?”
“kau gak perlu tau. Ini urusan pribadi” jawab Grey sambil merangkul pundakku tiba-tiba.
“hah?! Apa maksudmu?!” tanya Lala.
“she is my girlfriend. Puas?!”
“what?! Give me a proof!”
Greyson pun mengangkat daguku dan kembali mencium bibirku dengan lembut tapi cepat. Mungkin hanya 2 detik.
“okay” jawab Lala sambil berjalan keluar.
“Grey?! Apa maksudmu seperti ini?!” tanyaku kesal.
“uhm.. aku hanya ingin membuatnya panas”
“panas gimana?!”
“dia itu mantanku. Dia selingkuh dengan sahabatku sendiri”
“oke. Makasih buat segalanya”
Aku pun berlari menuju ke taman dan menangis. Tiba-tiba aku merasa ada seorang laki-laki memelukku dari belakang dan berbisik “once again, I’m so sorry. I love you”
Seketika aku ternganga mendengar ucapan terakhirnya. What? He said “I love you” am I dreaming or what?!
Aku pun melepas pelukannya dan berkata, “it’s not your fault” sambil terus menangis. Greyson pun menghapus air mataku yang terjatuh di pipiku dengan kedua tangannya.
“Sorry, I’ve made you cry like this. Omg”
“no problem Grey” aku pun berjalan menjauh dari Greyson untuk pergi ke toilet. Saat di toilet, aku melihat ada setetes darah segar yang keluar dari hidungku. Aku merogoh-rogoh kantongku untuk mencari tissue dan obat. Namun aku hanya menemukan tissue disana. AKU. LUPA. MENGKONSUMSI. OBATKU. ‘matilah, obatku mana ya?!’ batinku. Aku pun segera membersihkan darahku dengan tissue dan segera keluar darinya dengan ekspresi super datar.
“Aly?! What happened with you?” tanya Grey khawatir.
“nothing”
Aku pun berjaln menjauhinya dan tiba-tiba aku merasa darah dari hidungku menetes ;agi dan aku pun jatuh tak sadarkan diri.
Greyson pun langsung berlari untuk menghampiriku yang sedang ‘pingsan’ dan segera menggendongku ke UKS. Ia menungguiku sampai aku sadar.
“Grey, aku ada dimana?”
“kamu di UKS hun”
“hun?! Apa maksudnya??”
“ohh gapapa lupakan. Yang penting kamu udah sadar.”
Aku hanya tersenyum melihatnya yang daritadi terus mengelus-elus rambutku.
“Grey, boleh aku tanya sesuatu?”
“boleh”
“jangan bicarakan tentang hal ini kepada siapa pun”
“hal apa?”
“mengenai aku yang sering mimisan”
Greyson menghela nafas sejenak dan bertanya.
“maksudmu?”
“ya, sebenernya aku punya penyakit yang gak bisa disembuhin”
“jangan bilang gitu dong. Nothing’s impossible, okay? Aku yakin kok kamu akan segera sembuh”
“nggak Grey, aku akan mati”
“jangan bicara seperti itu lagi”
Tiba-tiba Grey memelukku sambil meneteskan air matanya. Saat ia kembali duduk, aku pun menghapus air mataya dengan tanganku, sebagai balasannya selama aku menangis tadi. Ia hanya tersenyum sambil menggenggam tanganku yang masih berada di pipinya.
“Grey, you’re so handsome” kalimat tersebut secara tidak sengaja keluar dari mulutku ini.
“hah?! Apa maksudnya??”
“ouhh gakpapa”
“I know! You said that I’m handsome and so are you”
“hah? Jadi intinya kamu muji aku cakep gitu?! Aku ini cewek Grey!”
“no, sweetheart. You’re perfect”
Aku mematung dan aku mencoba untuk mengontrol nafasku yang tidak beraturan. Jantungku berdegup kencang dan ya, aku kembali pingsan. Greyson pun membawaku ke rumah sakit dengan menggunakan mobilnya.
“dok, bagaimana keadaan pacar saya?”
“keadaannya semakin kritis. Apakah dia lupa mengonsumsi obatnya?”
“obat apa, dok?”
“apakah ia tak memberitahumu mengenai ini?”
“tidak dok”
“dia menderita leukemia”
“dokter pasti bercanda”
“gak, waktunya tinggal 2 bulan lagi”
“2 bulan?!”
“iya, tolong jaga dia baik-baik”
“iya dok”
Aku pun memasukki ruangannya. Terlihatlah seorang wanita terbaring disana. Ia terlihat amat cantik, namun pucat. “OH MY ALY, I LOVE YOU” bisikku. Tiba-tiba ia tersadar dan memegang pipiku.
“Aly?”
“yeah, Greyson”
“kamu udah sadar?”
“sementara ini, Grey. Tapi mungkin waktuku gak lama lagi”
“jangan bilang gitu dong”
“hehehe. Uhm…”
“apa?”
“aku perlu bantuanmu”
“bantuan apa?”
“tolong carikanku seorang guru piano”
“kenapa?”
“aku sudah berjanji pada Jay sebelum ia meninggal, bahwa aku akan mengikuti kompetisi piano”
“Jay? Siapa dia?”
“dia adalah mantan pacarku. Namun ia sudah meninggal 4 bulan yang lalu karena sakit”
“oh. Okay. Tapi sebetulnya, aku ini pianis”
“ah,, sungguh?”
“tak percaya? Besok datanglah ke rumahku apabila kau sudah sembuh. Aku akan mengajarimu bermain piano sampai bisa”
“aku tak tau dimana rumahmu”
“rumahku adalah berada tepat d seberang rumahmu”
“ah sungguh? Lantas kenapa aku tak pernah melihatmu?”
“karena aku jarang keluar”
“apakah kamu tinggal dengan orang tuamu?”
“tidak”
“kenapa? :O”
“mereka berada di Las Vegas bersama kedua kakakku. Aku hanya bersekolah disini”
“oh. Oke, besok kalo aku udah sembuh aku akan kesana”
Grey tidak membalas ucapanku. Namun ia hanya membalasnya dengan senyuman mautnya.
-4 days later-
Yay!! Kata dokter hari ini aku boleh pulang. Kompetisi akan diadakan 3 hari lagi. Walaupun sebelumnya aku sudah sering berlatih piano dan bisa sedikit menguasainya, namun aku tak sehebat pianis lainnya.
Aku menghabiskan waktu luangku di rumah sendirian. Karena aku disini juga hanya bersekolah, sama halnya dengan Greyson. Tiba-tiba *toktoktok*
“Grey?”
“Aly! I miss you so much!” teriak Grey lalu memelukku erat.
“I miss you too Grey”
Aku mempersilahkannya untuk masuk dan ia tidak menolaknya. Kami pun memutuskan untuk menonton film bersama dan mungkin karena aku terlalu lelah, kepalaku jatuh di pundak Grey. Grey terus memandangku dengan wajah yang penuh dengan senyuman. Ia juga mengelus pipiku dan mencium keningku. Karena aku sudah tertidur pulas, Grey pun menggendongku ke kamarku dan langsung pulang.
Saat bangun tidur, aku langsung membuka jendela kamarku yang letaknya bersebrangan dengan jendela kamar Greyson. Namun aku tak dapat melihat Grey di dalam kamarnya. Aku melihatnya sedang mengendarai mobil sendirian. Mau kemana dia?
Sampai malam tiba, Grey tidak kunjung kembali ke rumahnya. Teleponnya mati, sms tidak dibalas. Aku semakin khawatir dengan keadaannya. Hingga aku memberanikan diri untuk menghampiri rumahnya. Aku menengok ke dalam rumahnya dengan jendela. Dan ya, tak ada seorang pun disana. Bahkan, mobilnya pun tak ada.
Besok adalah hari kompetisiku. Dan bagaimana ini?! Aku belum latihan. Aku pun berusaha membuka pintu rumah Greyson untuk mengajarinya bermain piano, walaupun kemungkinan besar Grey sedang tidak ada di rumah.
*ceklik* pintu rumah Greyson terbuka. Aku pun memasukkinya. Rumah yang sangat gelap, besar, namun terlihat sangat menarik. Mungkin Grey suka dengan semua film yang berisi dengan penyihir dan terinspirasi olehnya, sehingga ia dapat memperagakannya di kehidupan nyata, yaitu rumahnya. Aku mendengarkan suara alunan alat musik piano yang sangat merdu. Ia sedang memainkan lagu Purple Sky, lagu yang paling kusukai. Aku berusaha untuk tetap mengatur pernafasanku dan terus berjalan mencari sumber suaranya. Aku berusaha untuk tidak terlihat gugup. Karena… Greyson sangat keren omg!
“hey sweetie, come here” ucap Grey tiba-tiba.
“hey Grey. Teach me now?”
“ofc”
Aku mulai meletakkan jari-jemari ku diatas tuts-tuts piano. Greyson juga meletakkan jari-jarinya diatas jariku. Ia juga mengajariku bagaimana ekspresi yang sesuai dengan lagu yang akan kita mainkan menggunakan piano ini. Setelah selesai, aku segera kembali. Namun saat aku akan berbalik, tiba-tiba ada tangan yang menahan tanganku supaya tidak pergi. Hamun aku nekad. Aku menarik tanganku untuk pergi darinya namun tiba-tiba ia menarikku kembali dalam pelukannya.
“grey… I think I have a heart attack” bisikku.
“ofc. Because I know that you love me”
“hahaha”
Aku melepaskan pelukannya dan pulang ke rumahku yang letaknya hanya berseberangan dengan rumahnya. Saat aku tidur, aku mengimpikan hal yang sangat aneh terjadi pada Greyson. Aku mimpi dia kecelakaan! Karena terlalu mengerikan, aku pun memaksakan mataku untuk terbuka dan segera membuka jendela kamarku. Seperti sebelumnya, rumah Greyson masih tampak gelap dan sepi. Mobilnya pun juga belum kembali.
"kau sungguh membuatku khawatir, Grey" gumamku.
Aku segera memakai jaketku dan hendak menuju rumah Grey. Setelah selesai memakai jaketku, aku segera berjalan menyeberang dan mencoba membuka pintu rumahnya. Oh iya, aku mempunyai cadangan kunci pintu rumahnya. Ia memberikannya saat aku pulang dari rumah sakit. Dan aku juga memberikannya cadangan kunci rumahku, karena aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Setelah masuk aku melihat rumah yang sangat sepi dan gelap. Aku juga tidak melihat tanda-tanda keberadaan Greyson. Aku pun segera menuju ruang pianonya, namun tidak ada seorang pun disana. Aku menengok ke jam dinding, waktu menunjukkan pukul 23.00. Aku duduk di bangku di depan piano Greyson dan mulai memainkan dan menyanyikan lagu berjudul Hello dari Lionel Richie. Aku memulai menekan tuts-tuts piano dan mengeluarkan suara indahku. Saat selesai, aku terdiam sejenak dan melamun senambi duduk di depan piano. Mataku berpaling saat melihat ada sebuat foto yang diletakkan di meja kecil di sebelah pianonya. Aku mengambilnya. Ternyata, itu adalah fotoku?! OMG! Foto ini kupasang di twitter. Apakah ia menyimpannya dan mencetaknya?! Ini sungguh aneh! Aku mencoba menghela nafas sejenak dan tiba-tiba...
"Alyssa Simpson? Is that you?"
Aku segera meletakkan foto tersebut dan menoleh. Ia.. ia.. ia Greyson! Ia terlihat sangat pucat. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan segera berlari dan memeluk Grey.
"Grey? Kemana saja kau?? Aku sangat mengkhawatirkanmu" ucapku sambil memeluknya sangat erat. Tubuhnya terasa sangat dingin. Dingin sekali. Ia pun melepaskan pelukanku dan menatapku dalam-dalam.
"I'm just.. nothing" jawab Grey sambil tersenyum paksa dan memelukku lagi.
"Just tell me Grey, I think you told me a lie"
"No sweetie" WHAT?! SWEETIE?!
"uhmm Grey..."
"yeah?"
"why do you save my photo?"
"what photo?"
Aku melepas pelukannya perlahan dan menunjuk ke arah meja kecil tersebut.
"oh, do not think about that, hahaha"
"ouhh Grey"
Tiba-tiba ia menggenggam tanganku. Tangannya terasa sangat dingin.
"Grey? Kenapa tanganmu dingin sedingin tubuhmu?"
Ia terlihat kaget namun tetap berusaha untuk tenang.
"uhm... nothing"
"what happened with you?? kenapa daritadi kamu bohong terus sih Grey?"
"aku gak bohong. Tapi ini adalah kenyataan"
"baiklah. Aku akan pulang"
Aku melepaskan genggaman tangannya namun ia menahanku,. Ia membalikkan tubuhku dan menciumku dengan lembut. Setelah selesai, ia berbisik, "Good night sweetheart, sweet dream, and good luck for tomorrow!"
Aku tersenyum sejenak dan berlari kecil meninggalkannya yang masih berdiri mematung di dalam kegelapan.

-esok hari-
Aku bangun dengan mata yang sangat berat. Aku mengucek-ucek mataku dan melihat ada sebuah boneka teddy bewarna soft pink yang sangat besar di atas meja belajarku. Aku menghampirinya dan mengambilnya.
"boneka ini cantik, siapa yang memberikanku ini?" bisikku. Aku pun melihat sepucuk surat yang terletak di dekat boneka teddy tersebut.

"Dear Alyssa Simpson

Sorry I've made you like this. Sorry I've made you worry. Sorry I lied you yerterday. Sorry I was so upset when you hit me at the first time I met you. And sorry for everything.
Thanks for being my special girl. Thanks for always be my side. Thanks for the 1st kiss. And thanks for everything.
You changed all my days long. You're such a perfection. You're the most perfect girl I ever knew. You're the one.
Sorry I just tell you now. I'm in love with you at the moment when you sit on my side. I felt so pleasant at that moment with you. When Lala came and need my proof that you were my girlfriend, then I kissed you on your lips, I received and gave my 1st kiss to you, and so did you. Thanks for everything, Aly. And thanks for being my first love.

Your love, Greyson Michael Chance ♥ "

Aku membacanya dan menangis. Sesekali aku menghapus air mataku. Aku memandangi boneka teddy tersebut dan memeluknya, seakan-akan dia adalah seorang Greyson Michael Chance. Aku menengok ke jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 8.00. Lomba akan dilaksanakan pukul 9.00, maka aku harus bersiap-siap. Aku segera meletakkan boneka tersebut di tepi ranjangku yang bercorak pink. Aku menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, aku menghampiri ranjangku untuk memandangi boneka teddy itu sejenak dan menyelipkan surat dari Greyson di buku diaryku. Aku keluar dari kamarku dengan perasaan gembira. Aku sarapan dan segera berangkat. Saat aku keluar rumah, aku melihat rumah Greyson tetap sepi. Mobilnya tak ada.
"uhm.. mungkin dia sudah sampai. Sebaiknya aku berangkat sekarang" gumamku dan segera menuju ke mobilku.
"Waoww, aku sudah siap dengan kompetisi ini! Pokoknya aku harus menang!!" teriakku saat ada di dalam mobil.
"pokoknya neng harus juara ya! hehehe" ucap pak sopir.
"sip pak"
Setelah sampai, aku berjalan menuju tempat perlombaan. Namun hari ini sedikit aneh rasanya. Karena, ternyata Greyson tidak ada disini! OMG! Sebenarnya dia kemana sih?! Dia telah membuatku khawatir sekali. Saat tengah berjalan, aku pun bertemu dengan Bu Doltie, guru yang paling kubenci.
“Bu, tau Greyson dimana gak ya bu?”
“uhmm apa kamu gak tau?!”
“nggak bu”
“hlo, kamu kan sahabatan sm dia kan?”
“iya”
“kok gak tau?”
“dia gak kasih tau”
“uhm.. begini.”
Bu Doltie mengantarku untuk duduk bersebelahan dengannya di salah satu kursi di bawah pohon.
"apa kamu yakin mau mengetahuinya?" tanyanya yang membuatku semakin curiga.
"i.. iya bu" jawabku ragu.
"sebenernya.."
"sebenernya apa bu? tolong beritau saya!"
"Dia sudah meninggal."
Seketika itu air mataku menetes walaupun ekspresiku menunjukkan rasa kebingungan dan tidak percaya.
“a.. apa?! Apa bu?! Dia meninggal?! kenapa?!”
“dia kecelakaan pas dia mau beliin kamu boneka sebagai hadiah karena kamu sudah keluar dari rumah sakit”
“gak mungkin bu… kemarin aku menemuinya di rumahnya. Ia mengajariku dan melatihku bernyanyi dan bermain piano. Ia memelukku. Ia tersenyum padaku. Ia menggenggam tanganku. Dan ia, ia mencium bibirku” jelasku melemas.
“Sebenernya ibu juga masih gak percaya dengan semua ini. Ini mendadak. Saat perjalanan kemarin, ia mengendarai mobilnya sendiri dan ia kecelakaan. Ia tak sadarkan diri sambil terus menyebut-nyebut namamu. Dan akhirnya ia meninggal saat hendak dibawa ke rumah sakit. Namun apa boleh buat? Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih terus menangis hingga tiba-tiba namaku dipanggil.
“ALYSSA SIMPSON” aku segera berlari menuju atas panggung dan menyanyikan sebuah lagu yang sangat sesuai dengan Greyson. Aku bernyanyi Purple Sky sambil membayangkan kisah-kisah indah kita semasa lalu. Dan air mataku dan penghayatanku sangat bagus.
Hingga akhirnya pengumuman kejuaraan pun dibacakan. Aku pun mendapat peringkat ke-2,. Walaupun kurang sempurna, namun 2 besar tetap bagus.

***

Aku berjalan secara berhati-hati. Ini sudah 10 tahun setelah kematian my first love, Greyson. Aku juga sudah sembuh dari penyakit mematikanku ini. Pasti kalian bingung, kenapa leukemia bisa disembuhkan? Hahaha jawabannya adalah aku tidak tau. Aku pikir ini adalah sebuah keajaiban. Sebuah anugrah dari-Nya. 
Aku terus berjalan menyusuri makamnya sambil membawa surat terakhirnya di sakuku dan boneka teddy yang ia berikan padaku 10 tahun yang lalu. Aku berhenti ketika mendengar seorang laki-laki memanggil namaku.
"Alyssa!"
Aku menoleh ke belakang dan dia adalah... Greyson Michael Chance, my first love♥! Ia terlihat sangat bersih dan ia mengenakan pakaian serba putih. Wajahnya sangat bersih dan menawan. Aku terkejut sekali melihatnya.
"I bet you're looking at me" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menghampiriku.
Aku terkejut melihatnya. Namun ia tetap berjalan mendekatiku. Ia pun mendekapku sambil berbisik, "I love you so much, Aly. I can't stop loving you"
Aku menangis di dekapannya dan berbisik, "I love you more that everything"
"And I love you more than my life" jawabnya.
Ia melepas pelukanku sambil tersenyum 'maut' ke arahku. Ia pun mencium pipiku dan berbalik dan berjalan meninggalkanku. Saat aku mengedipkan mata, ia sudah tak terlihat lagi.
Aku tersenyum dan berkata, "good bye Greyson!"
Aku kembali melanjutkan perjalananku.

~THE END~

0 comments:

Post a Comment

 

SimpleTeen(•”̮ •)з Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting