Red Bobblehead Bunny

Thursday, April 11, 2013

My Last First Kiss

Posted by Feren Marcelina at Thursday, April 11, 2013

“Greyson, wake up!”
“yeah mom!”
Aku beranjak dari kasurku yang empuk ini dan segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Oh ya, perkenalkan, namaku Greyson, umurku 15 tahun. Aku sudah bisa naik mobil sendiri. Jadi aku berangkat ke sekolah ya naik mobil sendiri. Aku meraih kunci mobilku dan segera berangkat ke sekolah. Seperti biasa, aku berdiri sendiri di balkon sambil memandangi ke bawah (lapangan) karena ruang kelasku adalah ruang kelas 9G yang terletak di lantai 3.
Aku tersadar dari lamunanku ketika Morgan, sahabat perempuanku datang.
“hey Greyson, ngelamunin aku ya? Hahaha”
“ih.. enggak kok. Lagi bosen aja”
“oh, yaudah ya, mau pergi sama Taylor, bye!”
“bye”
Oh ya, sebenernya aku menyimpan sedikit perasaan terhadap Morgan, namun kupikir ia takkan pernah mengetahuinya. Ia sudah ada yang punya,. Aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam kelas. Oh ya, aku dikategorikan sebagai anak yang sangat pendiam dan tertutup, maybe. Namun aku mempunyai banyak fangirls di sekolah. Aku pun tak tau apa sebabnya, namun Morgan pernah bilang bahwa aku keren menurutnya. Dan itu cukup membuatku tenang. Aku tidak mudah tertarik terhadap perempuan. Karena aku sudah putus asa untuk mendapatkan Morgan. Jadi, lebih baik aku tidak berpacaran dan menutup diriku dari perempuan.
Hari sudah siang, dan saatnya untuk pulang. Para siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing untuk segera pulang, namun aku tidak. Aku berlari ke ruang musik secara mengendap-endap dan aku menguncinya. Aku memainkan lagu ciptaanku sendiri. Karena sebetulnya, aku sangat menyukai musik dan aku telah menciptakan banyak lagu walaupun tidak diketahui banyak orang. Mungkin yang tau tentang ini hanyalah Morgan, Taylor, dan kedua orang tuaku. Oh iya, aku adalah anak tunggal.
“Fire,, burning me up desire… taking in me so much higher and leave me wholeee”
Aku pun selesai menyanyikan laguku tersebut, Fire. Aku segera mengintip ke luar jendela, untuk memastikan bahwa tidak ada guru yang lewat. Saat sedang mengintip, aku sangat terkejut setelah mendapati ada seseorang yang mengintip pula dari jendela tersebut. Kedua mata kami saling bertatapan. Aku menyukai matanya. Matanya bewarna biru dan sangat indah menurutku. Aku segera berpaling untuk membuang pandangannya. Aku segera membuka pintu ruang musik tersebut.
“hi Greyson” sapa anak perempuan bermata indah tersebut.
“hi” jawabku singkat lalu meninggalkannya.
“wait!” ucapnya tiba-tiba sambil menahan tanganku.
“what?”
“my name is Stella”
“so”
“nothing. I hope we can meet again someday”
Aku hanya tersenyum kaku sambil menatapnya. Ia pun masuk ke ruang musik tersebut. Tanpa sengaja, aku terngiang dalam alunan suaranya yang merdu tersebut. Terdengarlah suara anak perempuan yang sangat lembut dengan alunan pianonya. Aku memberanikan diri untuk kembali mengintipnya. Ya, ia sedang memainkan lagu My Way. Dan aku melihat matanya terus meneteskan air matanya. Aku merasa tak tega dengannya, namun apa boleh buat? Aku tak mengenalnya.
Aku berjalan menuju ke mobilku. Saat tengah berjalan, tiba-tiba anak perempuan bermata indah tersebut memanggilku.
“Greyson! Take care!”
Aku sedikit menoleh dan tersenyum dingin, lalu melanjutkan perjalananku.
Entah mengapa? Apa yang terjadi pada diriku ini? Aku terus memikirkan tentangnya, Stella. Mulai dari mata kita saling bertatapan, matanya bewarna biru tersebut, suaranya yang merdu, tingkahnya yang terlihat dingin namun baik, dsb. Aku pun tak tau mengapa.
-next morning-
Wah, aku kok bangunnya semangan banget ya? Apakah ini karena Stella? Ah sudahlah lupakan saja. Aku segera pergi membersihkan diri dan sarapan. Dan ya, seperti biasanya, aku segera berangkat ke sekolah dengan mobil pribadiku. Aku mengendarainya cukup kencang karena masih sepi. Sesampainya di sekolah, aku segera berlari ke kelas untuk meletakkan tas dan mengambil buku-bukuku dari loker. Setelah itu, aku segera duduk di koridor sekolah lantai bawah.
“hi” sapa seorang perempuan tiba-tiba sambil meraih pundakku. Aku yang semula hanya terdiam sambil mendengarkan lagu dari iPhoneku, segera melepas earphone ku dan menatapnya. Dia adalah Stella. Seperti biasanya, ia terlihat sangat cantik dengan branded hair nya.
“oh hi” jawabku singkat.
“you are so cold”
“so are you”
“hahaha. Need friend to talk?”
“no”
“urgh.”
“haha just kidding”
Ia melemparkan senyumannya yang sangat indah tersebut. Aku membalas senyumannya.
“you look so beautiful today”
“and you’re so handsome just like usual”
“thanks”
“no problem”
“uh..”
“what?”
“nothing”
“oh, ngomong-ngomong kakak kelas berapa ya?”
“aku? Aku kelas 9G”
“oh, aku kelas 7D”
“wow, bagus dong”
“bagus apanya?”
“ah gapapa”
“yaudah”
“hey Greyson!” sapa Morgan tiba-tiba yang membuatku sedikit terkejut.
“hi! Okay Stella, I have to go now, bye!” ucapku cepat karena Morgan menarik tanganku secara tiba-tiba.
“okay” aku melihat Stella menjawabnya dengan nada yang lesu. Apa yang terjadi padanya tiba-tiba? :O
Aku berlari pelan, karena Morgan terus menarik tanganku.
“lepasin aku! What’s going on?!” bentakku.
“nothing. Why?”
“trus kenapa kamu narik-narik aku kesini?”
“gakpapa. Siapa dia?”
“itu temanku. Itu bukan urusanmu!”
“ohya?! Oke, kamu udah dapet teman baru sekarang. Yaudah, brarti kamu udah lupain aku. Oke, kita putus!”
*putus dalam arti sahabat, maksudnya*
“hey!”
Namun Morgan tetap tak menghiraukan. Ia pergi.
Aku terdiam dan termenung, sedikit sedih, atau mungkin sangat sedih. Ini lebih menyakitkan dari yang dibayangkan sebelumnya. Harus diputus sahabat yang selalu ada bagiku. Morgan, namanya. Aku sangat menyayanginya. Ia adalah the one and the only I have in here. Dan sekarang? Aku merusak tali persahabatanku yang sudah terjalin sejak lama. Hanya demi seorang perempuan yang tak dikenal, hanya demi seorang perempuan yang sama sekali tak diketahui olehku. Aku hanya mengetahui namanya, mungkin. Oh, dan kedua mata birunya yang amat indah tersebut. Sudahlah, ini sudah terjadi. Dan ini sepenuhnya salahku, bukan salah Stella. Jadi aku tak boleh mengungkapkan semuanya yang sudah terjadi kepada Stella. Aku tak mau membebani pikirannya. Karena, aku baru bertemu dengannya kemarin. Ya, kemarin. Aku berjalan menuju kelasku. Selama perjalanan, aku hanya dapat terdiam dan termenung. Membayangkan apa yang sudah terjadi pagi ini. Yang secara otomatin, akan merusak hari-hari indahku. Aa, mengapa hari ini harus ada?
Aku tak tau apa yang sudah aku perbuat hari ini. Mengapa aku sedingin itu?! Tak kusangka sebelumnya. I love her. Morgan, I love you. Aku sangat mencintai Morgan, namun ia tak pernah mengetahui perasaanku yang sesungguhnya. Sekalipun tidak. Ia hanya menganggapku sebagai sahabat, tidak melebihi batas, tidak lebih dari itu.
Mungkin aku sudah gila. Mungkin aku sudah tidak waras. Namun kali ini aku benar-benar bungkam. Aku tak mengeluarkan sepatah dua patah kata pun selama pelajaran. Aku hanya terdiam.
Saat pulang sekolah, aku membereskan buku-bukuku lalu memasukkannya ke dalam loker sekolah. Saat sedang sibuk merapikannya, suara manis tersebut terdengar lagi.
“hi kak”
Aku menoleh sedikit tanpa tersenyum (dengan wajah yang sungguh, super duper datar, maybe) dan mendapati Stella sedang tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumannya, lalu berpaling kembali ke arah buku-bukuku. Aku menjawabnya, “oh Stella. Come!”
Aku memandangnya dari sudut pandang (samping mata)ku dan aku melihatnya terus berjalan mendekat ke arah ku. Tiba-tiba, *HUPP* ia memelukku. Aku hanya terdiam. Aku bingung, apa yang ia lakukan?! Ia sungguh tidak sopan, menurutku. Tiba-tiba ia melepaskan pelukannya dan menatapku dalam-dalam. Namun aku menghiraukannya. Aku masih terlalu fokus dengan buku-buku yang berserakkan yang ada di hadapanku sekarang ini. Tiba-tiba, ia memegang daguku dan menariknya. Ia mendekatkan wajahnya ke arahku. Aku tau apa makasudnya. Secara tangkas dan cepat, aku langsung melepaskan pelukannya dan mendorongnya. Ia tampak sedikit kecewa bercampur sedih. Maafkan aku Stella, tapi I don’t like the way you kiss me. Urgh.
“kak?? Uhm..”
“no problem” jawabku tanpa memandangnya sedikit pun. Aku segera meninggalkannya. Aku sungguh kesal dengansikapnya tadi. Selama di perjalanan, aku masih tidak mengerti. Mengapa aku sedingin es? Mungkin aku adalah satu-satunya orang di dunia yang memiliki watak sedingin ini.
Aku termenung. Aku terdiam. Aku merebahkan tubuhku yang dingin ini ke kasur empukku. Tanpa berganti pakaian seragam terlebih dahulu, aku terlelap dalam dunia Oz. Aku terbangun, terbelalak, mendengar suara televisi yang dinyalakan. Ia menyalakannya dengan sangat keras. Kupikir ia sengaja melakukannya. Ia sungguh menyebalkan. Walaupun ia baik, namun ia pengganggu!
“itu pasti Tanner!” gumamku.
Aku mengucek-ucek mataku dan melihat ke arah jam dinding yang ada di dekat foto keluargaku. 6 sore, itu lah yang tertera disana. Aku memutuskan untuk tidak menyantap makan malam pada hari ini. Aku tidak merasa lapar. Dan aku sedang tidak enak badan. Aku juga sedang bad mood hari ini. Aku segera mandi. Setelah selesai, aku membuka twitterku. Terdapat 2 mentions disana. Ya, dia Stella.
@greygreyson sorry for today. Hope you’ll forgive me very soon.
@greygreyson kak? Are you upset?
Aku hanya diam membacanya. Aku membalas satu dari dua mentionnya tersebut.
@sweetstella nope. Okay.
Aku pun segera mematikan twitterku dan kembali pergi tidur. Mungkin kalian akan mengira aku adalah seekor singa masae, yang selalu mengisi waktunya dengan tidur, tidur, dan tidur. Namun apa boleh buat? Inilah kenyataannya. Aku memang sangat menyukai tidur dan terlelap dalam dunia Oz yang maya namun indah. Aku juga tak tau mengapa aku seperti ini. Biasanya dikala aku sedih, aku slalu menyalakan twitterku dan bermention ria dengan Morgan. Apakah ia yang menyebabkanku seperti ini? Tenggelam dalam dunia kesedihan dan keputus asaan. Ternyata ‘galau’ itu sungguh tidak enak.
-next day-
Seperti biasa, driving alone, walking alone, sitting alone. Aku duduk sambil mendengarkan lagu The Beatles. Ya, aku penggemar beratnya, terutama John Lennon. Mungkin kalian akan mengira aku sungguh jadul. Namun inilah kenyataan.
“hey!” panggil seorang laki-laki ke arahku. Ia Justin! Well, sedikit perkenalan, Justin adalah sahabat semasa TK ku. Dan tak disangka, aku bertemunya di sekolah ini. Namun selama SMP, aku tak cukup dekat dengannya. Ia menjadi anak yang sangat populer. Mungkin karena ia tampan, lebih tampan dariku, jauh lebih tampan dariku, tepatnya. Namun aku tak peduli. Sekali sahabat, tetap sahabat iya kan? Walaupun mungkin ia sudah tak menganggapku lagi.
“uhm.. what’s up, bro?” balasku.
“nothing. Long time we never meet. I miss you, bro!”
“hahaha it has been 10 years ago”
“hahaha you true! But, I have to go now with Selena my girlfriend. Bye!”
Aku pun tersenyum dan kembali memasang earphone ku untuk mendengarkan lagu The Beatles.
-3 months-
Wah, tak terasa sebentar lagi perpisahan. Dan sebelumnya, kami menghadapi ujian nasional.
Aku mengerjakan soal demi soal, lembar demi lembar dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian. Aku ingin memperoleh nilai yang terbaik.
“Grey, come here” panggil Miss Vio yang cukup mengejutkanku pagi itu. Ya, UN sudah berakhir and I did it! Aku berhasil mendapat nilai terbaik di sekolahku. Dan saatnya bagi kami untuk mempersiapkan acara perpisahan sekolah.
“iya miss?”
“kamu ngisi acaranya main piano ya”
“tapi miss?? Kenapa gak…” ucapanku terpotong oleh Miss Vio.
“Stella?? Dia besok duet sama kamu! Apa kamu gak tau?”
“gak tuh”
“yaudah. Ini Cuma info aja. Makasih.”
“sama-sama”
Aku sempat terkejut dan bingung bukan main. Kenapa Stella bisa ikut mengisi acara perpisahan kelas 9 bersama denganku? Ah sudahlah, lupakan saja. Lagipula aku masih kesal dengannya sejak kejadian tersebut. Ya,kejadian dimana Stella hampir mencuri 1st kiss ku. Aku masih tak dapat melupakan hal tersebut. That moment is still stuck in my head!
Miss Vio meninggalkanku yang tengah masih berdiri terpatung. I can’t believe it!
Aku pulang ke rumah. Namun entah mengapa, tiba-tiba hatiku terasa sangat berbunga-bunga. What happened with me? Omg.
***
Aku mengisi hari-hari terakhirku bersama Stella.
* hari-hari sebelum perpisahan, maksudnya._.*
Aku terus berlatih membawakan lagu ini. Lagu yang paling kusukai, A Thousand Years. Kami membawakan lagu ini sambil bermain piano.

-skip- -performance-
Wahh.. gak disangka hari ini akan cepat datang! Hari ini adalah hari perpisahanku dengan teman-teman,dan otomatis perpisahanku dengan Stella. Walaupun aku pernah menolak kissnya, tapi entah mengapa aku merasa menyesal. Hari ini aku duet dengannya, Stella. Ia didandani sedemikian rupa hingga ia terlihat sangat cantik. Ia memakai dress bewarna merah muda dengan branded hairnya yang dikesampingkan. Rambutnya bewarna coklat mengkilap, sama seperti rambutku. Rambutku dibuat berjambul dan aku memakai shirt + jas bewarna hitam dan juga celana panjang bewarna hitam. Aku dan Stella pun mulai berjalan bersama ke atas panggung sambil bergandengan tangan. Sesampainya di panggung, kami memberi hormat kepada para hadirin yang telah berkenan hadir pada acara perpisahan kami ini (?).
Aku duduk di sebuah kursi piano, bersebelahan dengan Stella. Aku memainkan chord dan Stella memainkan melody. Suara kami terpadu menjadi suatu kesatuan yang dahsyat. Kami berduet! Tak lupa, orang tua kami merekamnya. Sebagai kenang-kenangan, mungkin. Setelah selesai berduet, kami berdua pun saling bertatapan sejenak, sebagai tanda perpisahan. Aku menggandeng tangannya dan kami segera menuju ke bagian muka panggung. Kami memberikan hormat kami secara bersamaan sambil tetap berpegangan tangan.
Malam ini menjadi malam yang spektakuler, namun cukup menyedihkan pula. Aku harus meninggalkan teman-temanku dan juga, Stella. Namun sebelum kami berpisah, kami sempat mengambil sebuah foto bersama. Kami berdua terlihat sangat menikmati acara malam ini. Yeah, tonight was the most incredible night I ever knew.
***


-10 years later-
Aku berlari-lari sambil menyeret koperku. Aku takut sekali akan tertinggal kapal. Aku memasukki pintu kapal dengan nafas yang tersengal-sengal. Aku segera menuju ke kamar yang sudah aku pesan. Oh iya, hari ini aku akan berangkat ke London, untuk memulai karierku disana. Aku sengaja mengendarai kapal, karena aku takut akan ketinggian, dan aku phobia pesawat. Kurapikan tempat tidurku ini dan kutata rapi pakaian-pakaianku ke dalam almari pakaian yang telah disediakan. Aku tiduran sejenak, lalu berniat untuk berjalan-jalan sejenak.
“bagus banget kapal ini” gumamku sambil berjalan-jalan.
Hari sudah malam. Aku menuju ke ruang makan untuk menyantap makan malam kami. Aku duduk dan mulai menyantapnya. Setelah selesai, aku berniat untuk berjalan keluar, ke balkon kapal.
“tonight is so cold” gumamku sambil memeluk tubuhku sendiri.
Aku duduk di salah satu bangku yang disediakan. Ada 2 bangku disana. 1 di sisi kiri, 1 di sisi kanan. Aku menduduki yang sisi kiri. Karena ada seorang perempuan yang sedang duduk di bangku sisi sebelah kanan. Aku menatapnya. Wajahnya penuh keputus-asaan. Seakan-akan, ia tak memikirkan hidupnya lagi. Apa yang terjadi dengannya?
“hi girl” sapaku, memberanikan diri.
“hi” jawabnya datar.
“sepertinya aku mengenalimu. Isn’t it?”
“we never met before. Kbye.”
Perempuan tersebut beranjak dari bangku tersebut dan berjalan secara perlahan menuju ke dalam kapal. Aku mengejarnya. Karena aku tau bahwa aku pasti mengenalinya. Aku menarik tangannya dan membalikkan tubuhnya. Aku memandangi tatapan matanya. Tatapannya seperti… STELLA?!
“Stella?? Is that you??” tanyaku.
“how can you know my name?”
“aku Greyson Stel, masa kamu lupa sih??”
Ia terdiam sejenak sambil terlihat sedang berpikir keras.
“oh kak Greyson!”
Aku terkejut bukan main mendengarnya. Ternyata ia masih mengingatku. Wow. Aku memeluknya dengan amat sangat erat. Aku sangat merindukannya. She’s the one who make me like this, who always inspired me everytime I remember her.
“kak.. aku kangen banget sama kamu…” ucapnya terharu.
“jangan panggil aku kak, panggil aku Grey aja”
“iya kak, uhm.. maksudnya Grey”
Aku melepaskan pelukkannya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya.
“don’t be cry, sweetheart!” hiburku.
Ia terlihat sedikit tersenyum. Ia menjadi sedikit dingin, menurutku. Sikapnya berubah pula.
“Stella? Are you alright?”
“yeah”
Aku tersenyum dan kembali memeluknya. Menghilangkan semua rasa rindu yang telah kupendam selama 10 tahun ini.
“I miss you so much! Boleh kita cerita-cerita sejenak?” tanyaku.
Ia tersenyum sejenak dan mengangguk sebagai tanda persetujuan. Ia mulai menceritakan kehidupannya. Aku sangat menikmati ceritanya. Aku melihat mulutnya yang tak berhenti berceloteh, seakan-akan sulit untuk diberhentikan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Aku segera berpamitan dengannya, Stella untuk pergi tidur.
“uhm… ini udah jam 12 malam, aku tidur dulu ya. Besok temui aku disini, di tempat ini!” pintaku.
Ia tersenyum sejenak dan meng-iya-kan permintaanku.
Malam ini sungguh mengejutkan. Aku bertemu dengan teman lamaku di kapal yang sama. Ia terlihat semakin cantik, namun ia sedikit dingin. Dan aku merasa sangat nyaman ketika berada di dekatnya.Apakah hal ini disebabkan karena aku menyukainya? Ah kurasa tidak. Satu kali lagi, aku tidak akan tertarik pada wanita. Tak akan. Lupakan dia, Greyson!
-next day-
Aku berlari sekuat tenaga. Kami bermain kejar-kejaran. Walaupun umurku 25 tahun dan umurnya 23 tahun, namun kami masih menyukai permainan ini. Mungkin kedengarannya hal ini sungguh konyol. Hingga aku mulai merasakan sesak nafas.
“Stel, aku ke toilet dulu ya. Bentar aja kok”
“ada apa emang?”
“uhm… gak ada apa-apa”
“oke”
Aku pun berlari meninggalkan Stella yang masih bingung karenaku. Ia terus menatapku hingga aku masuk ke dalam kapal.
Aku berlari kecil masuk ke toilet. Aku segera meraba kantungku dan mengambilnya. Ya, ini adalah obat asma. Aku telah menderita penyakit ini sejak 3 tahun silam. Dan penyakitku ini bukannya tambah sembuh, tapi bertambah parah. Aku segera menyemprotkan obat tersebut ke dalam rongga mulutku dan segera memasukkannya kembali ke dalam kantungku. Aku berjalan keluar dari toilet dan ke balkon, tempat Stella menungguku. Aku melihat dari kaca jendela di belakang balkon. Aku melihatnya ia sedang menangis. Sepertinya ia berubah. Ia seperti sedang mendapatkan masalah yang amat sangat berat. Apakah aku perlu membantunya? Kurasa aku perlu.
“Stel? Kamu kenapa?”
“uhm… gapapa kak”
“udahlah, kalo mau curhat gapapa kok”
“tapi…”
“ayo deh curhat ke aku”
“uhm.. kak… ini masalah cowok”
Jantungku berdegup kencang. Aku merasa getar-getaran aneh di tubuhku. Walaupun aku yakin ia tak mencintaiku, namun mengapa setelah ia mengatakan cowok aku langsung seperti ini? Apakah ini sebuah pertanda? Kalau iya, baik atau buruk kah? Ah lupakan. Aku tak mau memikirkannya lagi. Yang penting aku bisa membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh Stella.
“iya gapapa. Ada apa?”
“uhm.. sebenernya aku itu gak pernah tertarik sama cowok. Namun aku merasa ada hal-hal aneh 7 tahun yang lalu, semenjak aku duduk di kelas 11.
Jantungku berdegup semakin kencang. Apa yang terjadi padaku?
“terus?” jawabku pelan.
“ya itu yang aku bingung. Aku tak tau mengapa, namun ternyata ia menyukaiku”
Aku menghela nafas sejenak dan berbisik, “ceritakanlah”
“ia menembakku, dan aku menerimanya”
Terasa seperti hujan pisau bagi hatiku. Entah mengapa, aku tak tau pasti.
“namun aku tak mengerti”
“tak mengerti bagaimana?”
“ia berselingkuh. Lalu aku memutusnya”
“lalu? Apakah itu masalahmu? Hanya masalah lelaki playboy seperti dia?”
“mungkin. Namanya Jim. Aku sungguh mencintainya sampai sekarang. Walaupun sudah 7 tahun silam. Tapi kurasa, rasa ini masih ada”
“maksudmu? Kamu gak bisa move on, gitu?!” aku tak mengerti, namun tiba-tiba nadaku meninggi.
“kak? Kenapa kamu marah?” ia pun mengucapkannya sambil menangis.
“omg I’m sorry sweetie, I didn’t mean to do that but..” aku mengucapkannya sambil membersihkan air matanya yang terus membasahi pipinya. Aku juga menyingkirkan rambutnya yang terurai menutupi wajah cantiknya.
“but what?! I hate you!” ucapnya tiba-tiba. Aku terbelalak kaget mendengar ucapannya. Namun aku berusaha untuk tetap tenang.
“sorry sweetie” ucapku memohon.
Sepertinya ia sudah tak dapat menahan emosinya. Ia benar-benar stress karena Jim. Lelaki macam apa itu Jim? Sampai dia rela meninggalkan si cantik Stella demi wanita lain. Dasar playboy!
Aku terus menenangkannya. Aku memeluknya, namun tak disangka ia melepaskan pelukanku secara kasar. Apakah segitunya ia marah kepadaku? Hanya karena masalah sepele? Ya ampun.
“please listen to me, sweetie!” aku terus meyakinkannya dengan 5 kata tersebut. Namun ia tetap menghiraukanku. Omg.
“please sweetie”
Stella pun beranjak dari bangkunya dan berusaha melepaskan genggaman tanganku. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja. Karena, ia telah mencuri hatiku.
“let me go!”
“no! you should be on my side, everytime” ucapku secara tak sadar.
Ia terdiam sejenak, berusaha mencerna apa arti dari kata-kataku tersebut.
“ohh I see” bisiknya tiba-tiba. Aku tersenyum sejenak dan memeluknya. Ia juga memelukku. Jujur saja, aku bingung dengan tingkah polahnya. Baru saja ia marah, namun sekarang ia tersenyum dan membalas pelukanku. Apakah ia sudah gila, atau bagaimana? Walaupun ia gila, namun aku takkan melepaskannya begitu saja. Aku menerimanya apa adanya. Itulah namanya cinta. Cinta sejati? Maybe. Tapi, who knows? Kita takkan tau siapa yang akan menjadi milik kita selamanya. Seperti halnya diriku. Aku tak tau apa yang akan terjadi di masa depan. Apakah aku akan menjadi miliknya selamanya, atau tidak. Tetapi mungkin tidak. Ia masih mencintai Jim. Dan aku mendengar kata-katanya langsung dari bibirnya. Ya, aku tau. Aku tak sempurna. Aku tak se-sempurna Jim, baginya. Namun aku takkan menyerah begitu saja. Aku akan terus mengejarnya, apa pun yang terjadi.
Aku masih memeluknya. Dan aku pun berniat untuk memberinya sebuah ciuman. Ciuman yang sangat berarti baginya, mungkin. Karena aku pernah menolak ciumannya. Dan sebagai balasannya, aku akan memberikannya. Sebuah ciuman yang pastinya merupakan ciuman pertamaku.
Aku melepaskan pelukannya dan menatapnya dalam-dalam. Aku mulai meletakkan tanganku di wajahnya, memegangi pipinya yang halus namun penuh dengan air mata. Sesekali aku menoleh sedikit ke arah langit, terdapat sebuah bulan dan bintang-bintang yang menyinari kami berdua. Kami berdua. Aku mendekatkan wajahku ke arah wajahnya. Ia masih menatapku dengan penuh kebingungan. Aku tersenyum ke arahnya dan wajahku semakin dekat dengannya. Saat bibir kami hampir bersentuhan, tiba-tiba ada sesuatu yang bergetar di kantungku. Aku segera melepaskan semuanya dan mengambil sesuatu yang ‘bergetar’ tersebut dari dalam kantungku.
‘Morgan Nettleton’ tulisannya. Seketika raut wajahku berubah. Ekspresiku berubah 180˚.
“wait” ucapku sambil berjalan menjauhinya. Ia terlihat kecewa melihatku yang berjalan menjauhinya.
*otp*
“hello?”
“hi Greyson!” *suara gila itu kembali terdengar*
“what?!” ucapku kesal.
“nothing. I miss you so much… how was your day??”
“stop it. I won’t talk about this. Bye!”
“wait..”
Aku memotong ucapannya dan segera mematikan teleponnya.
Aku berjalan menuju balkon dan melihatnya. SESUATU YANG TAK PERNAH KULIHAT SEBELUMNYA. Stella, ia..ia..ia… ia berdiri di tepi kapal.
“Stella!!” teriakku.
Ia menghiraukannya, namun aku melihat pipinya basah karena air mata.
“Stella… waiiittt!!!” aku berlari sekencang mungkin menghampirinya dan *BYUUURRR*
Ya, aku terlambat. Aku melihat Stella menceburkan dirinya ke dalam lautan luar yang dingin tersebut.
“Stellaaaaa…..” aku menangisinya dan berlari ke tepi kapal.
Aku ingin menolongnya, tapi bagaimana caranya? Seketika muncul ide di kepalaku.
“aku akan menyusulnya” gumamku pelan, lalu menceburkan diri ke lautan luas tersebut.
*BYUUURR*
Aku menyelam mencari dimana keberadaan Stella. Di dalam pandangan buram nan biru ini, aku melihat seorang perempuan yang tak sadarkan diri. Aku segera berenang menghampirinya dan memeluknya erat. Aku dapat merasakan dekat jantungnya. Ia masih hidup!
Aku segera menggoyang-goyangkan pipinya, walaupun kami masih di dalam lautan.
Ia membuka matanya perlahan dan tersenyum ke arahku.
Tanpa basa-basi lagi, aku langsung memegangi kedua pipinya dan mencium bibirnya dengan lembut. *masih di dalam lautan*
Aku dapat merasakannya. This is my last first kiss.
Aku terus menciumnya. Bibir kami terus bersentuhan. Hingga aku merasa jantungnya tak berdegup lagu. Ia sudah tiada. Namun aku tak akan melepaskan ciumannya. Hingga aku sudah tak kuat lagi. Namun aku tak kunjung melepaskan ciuman pertamaku ini. Dan hingga akhirnya, aku tak dapat merasakan apa-apa lagi. Yang aku rasakan sekarang adalah, sebuah ketenangan. Yeah, it was my last first kiss.

0 comments:

Post a Comment

 

SimpleTeen(•”̮ •)з Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting