Red Bobblehead Bunny

Saturday, April 27, 2013

The Unpredictable

Posted by Feren Marcelina at Saturday, April 27, 2013

*Marceline POV*

 “Steve,...” teriakku dari kejauhan.
“apa?” tanyanya.
Aku berjalan mendekat dan mencium pipinya.
“uhm.. maksudmu apa ya?” tanya Steve.

“udahlah,, terima aja. Good night, sleep well!”
“uhm.. thanks! Be careful, honey! <3”
“thanks <3”
Aku berjalan menjauh dan melihat Steve tersenyum dari kejauhan. Aku pun segera menarik koperku dan segera masuk ke dalam pesawat.

Hey guys... Namaku Marceline (dikutip dari nama lengkap saya sendiri :p) . Aku biasa dipanggil Mary. Entah mengapa namaku bisa berubah sejauh itu, aku pun tak mengetahuinya.
Oh ya, Steve itu pacarku yang super dupeeerrr gantengg… Dia itu idolanya cewek-cewek 1 SMA. Tapi tak kusangka, ia malah jatuh hati denganku. Hhahaa menurutnya sih aku itu cute, cantik, tapi kurasa dia berbohong. Namun apabila dilihat dari sorotan matanya, kurasa ia tak berbohong. Dia itu adalah ketua OSIS di SMAku dan dia juga kapten tim basket. Pokoknya dia itu perfect banget deh menurutku <3. Okay, back to story…

Aku berjalan ke arah pesawat. Ya, ini adalah perjalanan malam pertamaku dalam pesawat. Aku pun sampai di dalam pesawat dan segera duduk di seat yang dekat dengan jendela. Aku menyukai pemandangan malam. Pesawatku pun lepas landas dan aku menitikkan sedikit air mataku. Aku mulai merenung. Membayangkan tentang kisah cintaku dengan Steve. Kurasa aku merindukan Steve. Padahal baru beberapa menit aku tak bertemu dengannya, haha.

-skip-
“Mary, bangun” bisik seseorang.
Aku membuka mataku perlahan dan dia adalah ibuku.
“Mary, sudah sampai” ucapnya lagi sambil tersenyum.
“iya ma, makasih udah bangunin aku” jawabku.
“udah seharusnya dan sepantasnya”
“hahaha bahasanya lucu”
Aku pun melepas sabuk pengamanku dan mulai beranjak dari kursi empuk ini.
“Hello Paris, wish I can have a great holiday in here!” teriakku sambil merentangkan kedua tanganku.
Aku kembali menyeret koperku dan berjalan mencari taxi. Aku berjalan bersama ibuku. Oh iya, kami ke Paris bukan karena suatu urusan, melainkan untuk liburan. Ini adalah hadiah ulang tahunku. Hahaa. Setelah mendapati sebuah taxi, aku dan ibu segera memasukkinya dan kami mulai meninggalkan bandara.
Kubuka ponselku, tak ada telepon yang masuk. Namun terdapat 1 sms yang belum aku buka. Aku pun membukanya.
“dari siapa Mar?” tanya ibu.
“hehehe, Steve ma…” desahku.
Aku mulai mengetik balasan untuk dikirim ke Steve.
Beginilah bunyi smsnya, “good morning Mary, how was your night? Wish you have a great holiday there..”  
Aku pun membalasnya, “thanks Steve, love you.. text you later…”
Ia kembali membalasnya, “it’s okay sweetie… <3 u 2”
Aku tertawa membacanya dan segera memasukkan ponselku ke dalam tasku.
Aku mengambil kamera polaroid dari dalam tas ku dan aku memotret diriku sendiri. Ibu tersenyum melihatku yang bertingkah sedikit alay saat memotret diriku sendiri.
“we arrived” ucap sopir taxi yang mengejutkanku hingga membuat kameraku hampir terjatuh.
Aku menganga. Aku berada di depan menara eiffel. Tempat yang menjadi idamanku selama ini. Aaaaa... seandainya ada Steve disini.
Ibuku segera membayar taxi-nya dan kami berjalan menuju ke dekat menara eiffel. Aku pun duduk di salah satu bangku disana dan mulai mengambil beberapa fotoku menggunakan ponselku. Aku pun menguploadnya ke instagram dan tak lupa aku meng-tag-nya ke Steve. Beberapa menit kemudian, ia meng-comment fotoku tersebut.
Beginilah bunyi comment-nya: “aaaa you’re so pretty… #proudtobeyourbf <3 ”
Aku tertawa kecil dan membalasnya, “hahaha thanks… <3”
Aku kembali memasukkan ponselku ke dalam tasku dan mulai berjalan-jalan di sekitar menara eiffel.
“sini, mama foto!” ucap ibu tiba-tiba.
“hahaha iyaa,, motonya sampe keliatan seluruh bagian menaranya yaaa hehehe”
“iya-iya”
Ibu pun mengambil fotoku dan aku bergaya aneh di depan menara tersebut.
Ya, orang-orang menatapku tajam. Mungkin mereka mengiraku gila. Karena aku bergaya-gaya aneh sendiri, mungkin. Hahaha.
“ma, sudahlah, orang-orang sudah menganggapku gila” ucapku memelas.
“haha, mereka tak menganggapmu gila, tapi mereka menganggapmu cantik, hahaa”
“ah mama”
Aku pun memutuskan untuk kembali duduk di tempat yang tadi.
Seketika mataku melotot melihat ada sebuah kios kecil yang menjual hotdog. Oh iya, hotdog adalah makanan yang paling aku sukai.
“mamamamaa” teriakku.
“apa to?”
Aku tak menjawabnya, namun aku hanya menunjuk ke arah kios hotdog tersebut. Ibu tersenyum dan langsung menggandengku untuk menuju kios hotdog tersebut.
Oh iya, kopernya masih aku bawa, ingat itu! *hloh?* ._.
Ibu, *ahh pake mama aja deh ya?* maksudku mama, ia segera memesan 2 hotdog dan kami pun memakannya bersama-sama. Oh iya, itung-itung breakfast gitu deh :9.
Setelah selesai memakan hotdog, mama juga membelikan kami 2 gelas soda. Saat aku sedang berdiri sambil membawa sodaku, tiba-tiba ada seorang laki-laki tinggi dan tampan menabrakku dari belakang. Dan ini menyebabkan soda yang tadinya aku pegang jatuh ke tanah dan menyiprat kemana-mana, termasuk ke bajuku dan baju anak laki-laki itu.
“I’m so sorry” ucap laki-laki tersebut terbata-bata.
“uhh.. look at what you did! You make my favorite shirt dirty!” bentakku.
“I’m so sorry, I didn’t mean to do that to you, but it just…”
“it’s okay” jawabku melemas sambil terus menatap noda soda yang ada di baju favoritku.
“kalo gak keberatan, aku bisa ajak kamu dinner malam ini. Itung-itung buat gantinya”
“watdahel what are you thinking about?! I just arrived and I’m so tired!” bentakku lagi.
“and this… you make my shirt dirty!” lanjutku.
“aku kan udah minta maaf kan, galak banget._.”
“okay-okay, please stop fighting!” ucap mama tiba-tiba.
Aku dan anak laki-laki tersebut langsung mengalihkan pandangan kami ke arah mama.
Mama hanya tersenyum dan berkata, “gapapa Mar, toh maksud dia baik kan? Terima aja. Mama suka kok kalo kalian bisa berteman”
“mama?” ucapku terkejut.
“iya gapapa” jawab mama.
Laki-laki tersebut tersenyum nakal di depanku.
“hahaha so, my princess, accept my request?” godanya.
“request?!”
“yeah. Would you dinner with me?”
“it’s okay” jawabku mulai melemas.
“hahaha I’ll take you”
“but, aku belum booking hotel” *jangan netiv*
“hahaha sini ikut aku, aku cariin hotel yang sesuai denganmu” *jangan netiv*
Aku mengangguk sambil memegang koperku. Mama tersenyum sejenak dan mengikuti laki-laki tersebut.
Ternyata anak tersebut mengendarai mobilnya sendiri. Dan ia mengajak kami untuk masuk ke mobilnya. Kami pun tak menolaknya.
“what’s your name, sweetie?” ucapnya tiba-tiba yang membuatku terkejut. Ia memanggilku sweetie? Omg. Kita baru bertemu!
“I’m Marceline”
“what a beautiful name, like its owner”
“thanks. And how about you?” tanyaku balik.
“I’m Greyson”
“oh”
“yeah. Nice to meet you, guys” ucap Greyson.
“you’re so kind” ucap mama tiba-tiba.
“haha thanks mom” jawabnya. What?! Dia manggil mama mom?? Dia pikir dia siapa?!!
Aku mulai merasa kurang nyaman karena tingkahnya tersebut. Ia sangat “KEPEDEAN” mungkin.
“yeah” jawab mama.
“nah,, arrived!” ucap Greyson tiba-tiba. Waaahh, dia membawa kami di sebuah hotel yang amat mewah.
“ini kemahalan Grey…” ucapku.
“gak kok, hotel ini murah tapi mewah. Makanya aku bawa kalian kesini”
“hahaha makasih” jawabku datar.
“anytime, sweetheart”
Ia turun dari mobilnya dan mulai membantu kami membawakan koper kami.

-skip-
Setelah kami selesai booking, Grey pun segera berpamitan dengan kami berdua.
“alright, I must go now, my mom called me just now. And I’ll take you later… give me your number?” tanya Grey.
“of course… it’s 0856xxxxxxxx”
“thanks bye!”
Greyson pun meninggalkanku dan mama.
“Mar, anak itu baik banget ya” ucap mama.
“gak juga tuh mah, biasa aja. Masih baik Steve… oh iya Steve!”
“hah?!”
“aku lupa gak ngabarin dia kalo aku udah di hotel…”
“ah, nanti aja ngabarinnya. Sekarang kamu tidur aja, nanti malam kan mau diajak Greyson dinner..”
“ahh mama”
“hahaha”
Aku pun segera berbaring di tempat tidur dan meninggalkan mama yang masih merapikan barang-barangnya dan mengeluarkan pakaian-pakaian dari dalam koper.
Aku terlelap dalam dunia mimpi yang indah.

“Mar, bangun”
Aku mulai membuka mataku perlahan.
“ada apa ma?”
“buruan Greyson udah datang jemput kamu…”
“hah?! Aduh aku belum mandi maa…”
“hahaha sana buruan mandi, ntar dia mama ajak ngobrol-ngobrol dulu aja”
“ya ma..”
Aku segera mengambil simple dressku yang sudah disiapkan mama. Aku masuk ke kamar mandi dan mandi. Dari dalam kamar mandi, aku mendengar percakapan mama dan Greyson secara samar-samar. Kurasa mereka sedang membicarakanku, haha.
“mom, Marceline itu cantik banget yaa…” suara Greyson mulai terdengar.
“hahaha memang. Tapi kekurangannya Cuma 1”
“apa?”
“dia itu keras kepala. Hahaa”
“iya bener banget.”
“oh iya, kamu darimana? Kok kayanya kamu bukan orang Paris asli?”
“iya memang bukan, aku dari LA”
“ohh brarti dari Amerika ya?”
“iyaa…”
“kok bisa disini?”
Greyson menarik nafas panjang lalu mengehembuskannya.
“ceritanya gini, aku itu sebenarnya bukan orang biasa”
“nah, trus?”
“aku itu penyanyi”
“what?! Hla kok bisa nyasar sampe sini?”
“hahaha itu dia masalahnya. Aku itu nekad bawa mobil sendiri waktu di menara eiffel. Terus kemarin aku nabrak Marceline karena dikejar-kejar fans. Dan ya, sebenarnya aku juga tinggal di hotel ini. Namun aku gak berani ngungkapinnya ke Marceline.”
“kenapa gak berani?”
“ya nanti kalo dia tau kalo aku penyanyi, ntar dia sebar lagi..”
“hahaha dia gak ember”
“oh yaudah deh..”
“nah, ini kamu nanti dinner sama Marceline juga gak ditemenin sama bodyguard?”
“nggak, ini aku kabur lagi dari mereka”
“hahaha yaudah, ntar jaga Marceline baik-baik ya”
“iya mom”
Begitulah bunyi percakapan mereka yang bisa aku dengar. Aku segera keluar dari kamar mandi dengan menggunakan simple dress ku.
Aku melihat Greyson menatapku dari rambut sampat ujung kaki.
Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah konyolnya.
“hahaha what are you doing, Greyson? I’m beautiful, isn’t it?” godaku.
“no you’re not just beautiful, but perfect. Oops”
“hahhaa keceplosan ya? Kasian… aku tau kok”
“ihh kamu. Yaudah atur rambut kamu dulu gih! Atau perlu aku antar ke salon?”
“ahh gak gak gak usah” jawabku gugup. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa gugup.
“hahaa yaudah buruan”
“iyee..”
Aku pun meminta mama untuk mengatur rambutku. Mama menggerai rambutku dan mama memasangi sedikit hiasan berbentuk bunga di rambutku.
“nahh, you look soooo beautiful” puji mama.
“hahaha thanks.. aku pergi du;u ya ma..”
“iya, hati-hati yaa..”
“tenang mom” ucap Grey tiba-tiba dan ia langsung menggandeng tanganku.

Sesampainya di mobil, ia bertanya padaku. Wajahnya terlihat serius.
“uhm.. Marceline, what do you think about me?”
“why are you asking about it?”
“it’s nothing. I just ‘kepo’”
“hahaha you’re kind, nice, and handsome”
Ia tersenyum lega.
“and what will you do if I’m a famous person?” tanyanya.
“udahlah Grey, aku tau kali. Aku itu tau kamu penyanyi. Udah kan?”
ia terlihat sedikit bingung.
“darimana kamu tau?” tanyanya.
“aku denger percakapan kalian”
“omg.”
“what?”
“nothing. I’m afraid.”
“afraid of, what?”
“aku takut kalo kamu mau berteman denganku Cuma kerena itu”
“haha ya gak lah Grey..”
“uhm.. bagus deh”
Aku melihat pemandangan di Paris pada malam hari. Ini sungguh awesome…
“Mar…” desahnya.
“iya?” tanyaku.
“gapapa deh.”
“ihh”
“hahhaa we arrived”
“aww really?”
“yeah..”
Greyson pun keluar dari mobilnya dan menggandengku keluar. Restaurantnya tampak angker.
“Uhm.. Grey? Kenapa kok creepy banget ya tempatnya?”
“ahh gak juga.. sini..”
Greyson pun menutup mataku menggunakan kain bewarna merah dan ia menuntunku berjalan memasukki restaurant yang menurutku cukup ‘angker’ tersebut.
“yeahh sweetie, open your eyes!” ucap Grey seraya melepaskan kain yang menutupi mataku tersebut.
“omg Grey.. did you decorate it? OMG!” ucapku.
Restaurantnya ternyata tak seburuk yang kukira. Ternyata ini sungguh indah. ini tak anger, ini, ini, ini luar biasa! Aaa kok rasanya jantungku jadi dag-dig-dug gini ya? Padahal aku kan sudah punya Steve. Hah? Steve? Oh iya aku lupa belum mengabarinya!
“Grey,, I’m gonna go to toilet.. may I?” tanyaku.
“ofc, why not?! I’ll wait you here”
“okay.. it won’t take many minutes”
“okay”
Aku pun meninggalkan Greyson yang duduk di kursi de tengah restaurant tersebut. Tak kusangka, ternyata ia telah mendekorasinya. Dan kurasa restaurant ini sudah ia pesan, khusus untuk kami berdua. Ya, SPECIAL FOR BOTH OF US!
Aku segera menuju toilet dan membuka ponselku. Terdapat 6 missed calls dan 9 messages disana. Wahh, apakah Steve marah denganku? Aku sangat khawatir..
Aku pun memutuskan untuk menelponnya.
*otp*
“he.. hello?” ucapku sedikit ragu.
“yeah. Is this Mary?” tanya seorang laki-laki di balik telepon tersebut. Ya, dia adalah Steve.
“yes I am. What’s going on? I’m so sorry I was sleeping just now. I’m so tired..”
“it’s no problem sweetie.. I just want to tell you a bad news. Really bad news”
“what news? Don’t make me worry like this.. oucch please tell me!”
“I… I..”
“you what?”
Aku semakin khawatir. Karena Steve berkata sambil terbata-bata dan dia bilang dia punya berita yang amat sangat buruk. Apa itu?
“I..”
“ohh Steve please just tell me! I’m your gf! Don’t you remember?” ucapku. Karena aku jantungku berdegup semakin tak karuan. Aku yakin berita tersebut sangat buruk sehingga membuat Steve tak berani mengatakannya. Dan ia tak pernah bersuara terbata-bata seperti ini. Ini adalah yang pertama kali! Ia mengucapkan kalimatnya dengan terbata-bata. Ini semakin membuatku khawatir.
“Steve?” tanyaku lagi. Ia tak menjawabnya. Aku hanya dapat mendengar suara hembusan nafasnya dan.. wait? Isak tangisnya?? Ia menangis?? Aku yakin, dia tidak baik-baik saja! Omg!
“Steve! Just tell me…” ucapanku dipotong olehnya.
“yeah. I got cancer” suaranya melemah. Isaknya menjadi-jadi. Dan ini juga membuatku sedikit terkejut.
“you.. you.. you what?”
“I got cancer. Yeah, cancer. You know what? My life is not long..”
“aww please my boy, you kidding me right? Aha”
“noo hun, I never lie you. Remember?”
Aku mulai menangis. Tangisanku pecah seketika. Ya aku tau, dia tak pernah berbohong. Kenapa begitu cepat?
“ta.. tapi.. kok amu bisa kena kanker? Gimana ceritanya?” tanyaku sambil terus menangis.
“jangan nangis dong Mar, dengerin dulu..”
“ta.. tapi…”
“no matter what happens, I will always be stranded on your heart”
“Steve..”
“ya, kemarin setelah aku pulang dari bandara, tiba-tiba aku pusing dan mimisan. Karena mom khawatir, aku pun dibawa ke doktor. Dan doktor pun bilang kalo ini adalah penyakit serius dan ia juga menyuruhku untuk periksa di rumah sakit. Mom pun membawaku ke rumah sakit. Dan ya, hasil tesnya keluar sore ini. Dan ternyata, aku terdeteksi kanker” jelas Steve panjang lebar.
“kanker apa?”
“kanker darah. Dan kankerku tergolong..”
“tergolong?”
“ganas”
“omg.. so.. berapa lama kamu bisa bertahan? Uhm.. maksudku, dokter memvonismu..” ucapanku kembali dipotong oleh Steve.
“2 minggu”
“2 minggu? Segitu cepatkah?!”
“ya, itu hasilnya”
“pa.. pada.. padahal.. aku baru pulang dari Paris 2 minggu lagi..”
“iya aku tau kok. Mungkin pertemuan kita kemarin di bandara adalah pertemuan kita yang terakhir”
“Steve.. please jangan ngomong gitu dong.. aku tau kok kamu itu laki-laki yang kuar, tangguh, dan aku yakin kamu bisa ngalahin penyakit itu”
“kali ini nggak Mar, ini adalah penyakit yang serius. Dan kamu juga tau kan, sudah banyak orang yang meninggal karena terserang penyakit kanker. Dan kankerku bukan sembarangan, melainkan kanker darah yang tergolong ganas, dan aku sudah memasukki stadium 3!”
“tapi.. kenapa kamu baru tau sekarang?”
“aku juga gak tau. Baru ketahuan tadi. Tapi sebenernya dari dulu aku memang suka mimisan. Tapi aku gak berani bilang ke kamu. Takutnya kamu khawatir”
“iya itu dulu, tapi apa kamu gak mikir kalo nanti kamu gak ada, terus aku sama siapa? :”””( “
“tenang. Aku udah punya temen yang dengan senang hati mau menerima kamu sebagai pacarnya kok”
“siapa dia?” tanyaku penasaran.
“nanti kamu juga tau. Dia bukan orang indonesia sih, dia american”
“kok kamu bisa kenal dia?”
“yahh, lewat twitter. Aku sudah sahabatan sama dia 5 tahun. Apa kamu gak tau?”
“nggak lah. Kenapa kamu gak pernah cerita?”
“karena kurasa mungkin kamu akan lebih tertarik dengannya apabila aku memberitahumu…”
“kok bisa?”
“dia lebih perfect dari aku..”
“mm…”
“ya?”
“I miss you.. I really want to hug you!”
“me too Mar, but you’re in Paris now!”
“yeah..”
“Marceline? Kamu gak apa-apa kan?” suara Greyson terdengar samar-samar.
“ohh my friend just call me.. bye! Call you later!” ucapku ke Steve.
“okay honey!”
“GWS..”
“thanks… love you!”
“love you too”
*call ended*
“yeah Grey..” teriakku dari dalam toilet. Aku segera menghapus air mataku yang sedikit membasahi pipiku. Aku tak menyangka bahwa Steve akan terserang penyakit yang paling kutakuti, kanker.

“kenapa lama banget sih?” tanya Greyson sambil tersenyum.
“heheh maap yah tadi aku telpon Steve..” jawabku.
“Steve, siapa?” raut wajah Greyson terlihat sedikit terkejut dan dia juga terlihat sedikit kecewa. Namun ia berusaha menutupinya dengan terus tersenyum. But I know that his smile is fake!
“dia..” aku sedikit ragu untuk mengakuinya. Mata Greyson melebar, tanda ia mulai mengkepo(?).
“dia pacarku” lanjutku setelah menghela nafas beberapa saat.
“pa.. pacarmu??” tanya Greyson dan ekspresi wajahnya berubah 90˚. Omg..
“iya. Emang kenapa?” tanyaku balik.
“eng.. enggak kok..”
“yaudah. Eh aku laper nih, boleh makan gak?”
“eh iya boleh, maaf ya tadi aku kepo…”
“iyaa gapapa..”

-skip-
Selesai dinner, Greyson pun membawaku kembali ke hotel.
“thanks for the dinner..” ucapku.
“anytime, sweetie…”
Aku berjalan perlahan dan aku merasa Greyson masih menatapku dari dalam mobilnya. Sesekali aku menengok ke belakang namun Greyson hanya berpura-pura tidak melihat. Uh, sebenarnya dia kenapa sih?


*Greyson POV*

 Aku masih berada di dalam mobil dan menatapnya yang berjalan dengan sangat anggun tersebut. Ia sungguh cantik dan sexy *oops*. Aku pun menunggunya hingga ia benar-benar tak terlihat. Aku pun segera memarkirkan mobilku di tempat parkir dan masuk ke dalam hotel. Ya, sebenarnya aku 1 hotel sih sama Marceline. Cuma aku tak mau mengakuinya.
Aku membuka twitterku dan ya seperti biasa, banyak sekali enchancers yang meminta followback dariku. Aku hanya memilih 2 enchancers dan men-stalk nya sejenak lalu meng-klik tombol follow nya. Tak lama kemudian, aku melihat mereka menulis “thanks Greyson”. Aku tersenyum dan aku pun membuka Direct Messages ku. Ya seperti biasa juga, terdapat banyak sekali DM yang masuk. Aku mencari username Steve salah satu sahabat twitterku karena aku sangat rindu dengannya. Namun aku tak kunjung menemukannya. Karena merasa muak, aku pun memutuskan untuk langsung mengunjungi account nya dan aku meng-stalk nya sejenak. Ia hanya tweet 1x hari ini. Aneh sekali, kubuka DM nya dan ia juga tak membalasnya. Apa yang terjadi dengannya? Aku jadi khawatir. Aku mencoba me-mention dia, “what happened, bro? reply my DMs please (:” . tak lama kemudian, ia membalas mentionku, “something terrible just happened to me. Check ur dm, I’ve dm’ed u” . aku tercengang sejenak untuk memahami kalimatnya. Eh? Dia bilang ada sesuatu yang terrible terjadi padanya? Aduh. Aku pun dengan cepat dan kilat langsung meraih laptopku dan membuka DM. karena sebelumnya aku hanya on lewat iPhone.
Ini bunyi Dmnya:
G: “what happened bro? reply my dms pls”
S: “idk,  I just can’t believe it”
G: “believe about what? Tell me x”
S: “i..”
G: “what? Please do not make me worry”
S: “I got cancer. A blood cancer. And my time is just 2 weeks. And..”
G: “omg.. how did it happen?!”
Aku semakin khawatir dengan Steve. Karena aku masih bingung. Kok dia bisa kena kanker?
S: “…..”
G: “Steve pls reply me,. I’m ur bro, remember? We’re bestfriends since 2008”
S: “yeah I know.. I just want to ask you something. And it’s very important”
G: “okay, ask me!”
S: “how if I dead?”
G: “ahh bro don’t say that!”
S: “but I think I’m gonna die, a few days later. And I just..”
G: “just what?”
S: “kamu tau kan tentang si Mary?”
G: “Mary? Marceline maksudmu?”
S: “iya.. dia lagi di Paris sekarang.. dan kau tau, rasanya berat sekali ninggalin dia”
What? Marceline? Paris? Apakah Marceline yang baru aku kenal adalah pacar Steve? Oh iya dan aku baru ingat! Marceline bilang kepadaku bahwa pacarnya bernama Steve. Ya, tidak lain ternyata Marceline yang aku kenal adalah Marceline milik Steve!
G: “aku mau terus terang”
S: “terus terang apa?”
G: “waktu aku tour di Paris ini, aku ketemu sama cewek cantiiikkk banget –c-“
G: “-c- dan cirinya itu sama kaya yang kamu kasih tau ke aku.. dan namanya –c-“
S: “namanya?”
G: “ya, Marceline.. dan maafkan aku, tapi kurasa aku menyukainya, dan aku baru saja mengajaknya dinner..”
S: “ah itu bukan masalah (;”
G: “uh?”
S: “itu dia yang akan kubicarakan. Aku mau titip Marceline ke kamu <3”
G: “maksud?”
S: “itu sudah jelas, Grey. Aku yakin Marceline lebih menyukaimu daripada aku –c-“
S: “dan kamu juga menyukainya bukan? Yaudah, kalian jadian aja. Toh waktuku juga gak lama lagi”
G: “Steve-_- I’m not hurting my bro!”
S: “you’re not hurting me. Please? Help me?”
G: “okay. Tapi, apakah aku harus ke Indonesia untuk menemuimu?”
S: “ah tidak perlu”
G: “but. You’re my bro and I think I must go there! Tell me your address”
S: “you’re too kind.. okay… Jalan Wow No 11 Jakarta”
G: “thanks.. I’ll take Marceline too”
S: “nooo.. Marceline is having holiday there.. I won’t break her holiday”
G: “but, she said that she miss you”
S: “ah really?”
G: “did I ever lie you?”
S: “no, ahaha thanks! I must sleep now bye!”
G: “get well soon. I’ll be there soon <3”
Ya itu adalah isi percakapan kami berduan. Ya kami memang sudah bersahabat sejak 5 tahun yang lalu (2008) sebelum aku menjadi penyanyi terkenal. Ya, dia benar-benar sahabat twitter terbaik yang pernah aku punya. I <3 him. Tapi aku tak menyangka, dia kanker! Dan dia berkata bahwa umurnya hanya tinggal 2 minggu lagi. It’s too short omg. Dan aku juga tak tau bahwa ternyata Marceline yang kukenal adalah perempuan yang selama ini selalu Steve ceritakan kepadaku. Apakah ini sebuah ‘takdir’? Entahlah, nobody knows.
Aku pun mematikan laptopku dan menaruhnya di meja. Aku tertidur pulas di ranjangku.

-next morning-
Aku bangun tidur dan segera menuju ke kamar Marceline. Oh ya, lebih singkatnya, aku pangiil dia Mary.
*toktoktok*
“ohh yeah come in” suara khas Mary terdengar dari dalam. Aku membuka pintunya yang kebetulan gak dikunci.
“good morning Mary” sapaku.
“eh Grey, yeah..”
“eh, what are you doing with those bags?”
 “I’m packing”
“where will you go?”
“I’m going to go back to Indonesia. I must with Steve”
“ohh Steve.. may I coming?”
“you mean, you will go to Indonesia with me?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Jantungku berdegup kencang tak tau mengapa._.
“if you don’t mind” jawabku sambil tersenyum tipis.
Ia membalas senyumanku dan ia berkata, “NO!”
“why?”
“you must finish your tour first..”
“i.. I can delay it..”
“what?! Are you crazy? Do you want to make your enchancers crying and screaming and whatever because you delay your tour?!” bentaknya.
“no. but I have an important event there”
“what event?”
“it’s.. it’s a secret!” jawabku canggung.
“ohh okay._.”
“may i?”
“no,”
“c’mon…”
“whatever”
Yay! Akhirnya Mary mengijinkanku untuk ikut dengannya ke Indonesia. Apabila aku ikut Mary, aku kan tak perlu susah payah mencari alamat rumah Steve. Aku hanya perlu mengikutinya saja.
“thanks Mary..” ucapku. Aku pun tak segan-segan mencium pipi Mary. Ya, mencium pipinya <3. Pipinya pun memerah seperti apel setelah kucium. Haha.
“hey what did you do?! Aku udah ada yang punya Greyyy…”
“Steve kan?”
“iya.. kok kamu tau?”
“kan kamu yang bilang”
“oh”
“yaudah aku packing juga yaa”
“iya buruan, pesawatku taking off 2 jam-an lagi.”
“iyaa”
Aku segera berlari keluar meninggalkan kamar Mary dan segera meminta ijin kepada mom dan Staci. Tak kusangka, mereka mengijinkanku omg.
“I’m ready” ucapku sambil membawa koperku.
“yeah. C’mon”
Aku mengikuti Mary dari belakang dan setelah selesai, kami berdua pun masuk ke pesawat.
Mengapa hanya berdua? Karena mom nya Mary mau liburan di Paris dulu #egois
Kami duduk bersebelahan.

-skip-
-Indonesia-
“welcome to Indonesia, wish you have the best experience here” ucap pramugari ramah kepada kami setelah pesawat kami mendarat dengan selamat.
“nahha ayoo..” ajak Mary.
“eh iya tunggu tunggu!”
Sepanjang perjalanan, banyak enchancers yang menatapku. Namun aku tetap berusaha untuk tenang dan tidak menggubrisnya. Karena aku sudah memakai kacamata hitam dan jaket tebal. Semoga saja mereka benar-benar tak mengenaliku.
“rumah sakitnya dimana ya, Mar?” tanyaku.
“udah ikut aja. Ini aku juga mau langsung ke rumah sakit. Ikut ya..”
“iya”
Aku pun ikut dengan Mary untuk menjenguk Steve di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit yaitu di ruang 304, kami berdua pun masuk ke ruangan tersebut dan melihat seorang laki-laki kinda handsome yang terbaring lemah di atas ranjang.
“Steve?” sapa Mary.
Steve membuka matanya perlahan dan tersenyum. Mary segera mengambilkanku tempat duduk dan ia juga mengambil tempat duduk untuk ia duduki di sebelah Steve.
*Marceline POV*

“Mary.. kenapa kok..”
Ucapan Steve kupotong, “iya Steve. Aku khawatir banget sama kamu. Jadi aku lebih milih pulang ke Indonesia aja. Daripada ntar aku di Paris malah depresi mikirin keadaan kamu”
“ya ampun Mar, kamu gak perlu segitunya kali. Aku gapapa kok J
“jangan bohong dong! Aku Cuma mau nemenin kamu aja” aku menggenggam tangan Steve dan mencium keningnya.
“gws ya Steve..” bisikku.
Steve tak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambutku. Tiba-tiba ia berhenti mengacak-acak rambutku.
“wait, who is that guy?” tanya Steve tiba-tiba.
Greyson yang daritadi bengong pun merasa terpanggil(?). ia berdiri dan tersenyum ke arah Steve. Steve terlihat kebingungan dan mengingat-ingat sesuatu.
“Grey.. Greyson?” tanya Steve tiba-tiba. Wait, kenapa Steve bisa tau sih kalo dia Greyson? Aku aja awalnya gak tau._.
“hey bro!” Greyson tertawa dan memeluk Steve.
“heyy you really come here omg”
“yeah.. I’ve told you yesterday, don’t you read?”
“hey I read it. And I replied it too bwahahaa. Hey bro, you look more handsome than your icon and photos”
“aahhh wait! You guys, kenapa kalian bisa saling kenal sih?!” teriakku di sela-sela mereka. Mungkin ini kedengarannya tidak sopan. Namun rasa ‘kepo’ku memang tak bisa dikalahkan.
“hahaha sweetie, aku sudah titipin kamu ke Greyson kok ;)” ucap Steve melemah.
“hey jangan bilang gitu dong! Kamu gak akan tinggalin aku kan? Iya kan?”
“yes I will. Sorry, but it’s the plan for me”
“Steve.. please.. jangan ngomongin itu dongg…”
Steve hanya tersenyum.
“bye Mary..” ucapnya tiba-tiba sambil menggenggam erat tanganku.
Ia terlihat menahan kesakitan.. aku tak tega melihatnya…
“and bye Greyson.. thanks for being my bestfriend for 5 years..” ucap Steve.
“you too, Steve. Please don’t leave us!” jawab Greyson dengan wajah kepanikannya.
“5 years?” tanyaku.
Steve mengangguk pelan dan genggaman tangannya mulai mengendur. Matanya mulai melemah dan menutup secara perlahan.
“Stevee…. Pleaseee… don’t leave meee…. I love youuuu….”
Dan *TIIITTTTT*
Steve telah meninggalkanku dengan Greyson sendirian. Sekarang apa?!

-skip-
-funeral day-
Hari ini hari pemakaman Steve. Tak kusangka, pertemuanku dengan Steve sangat singkat. Dan kalian tau? Greyson juga menemaniku di acara pemakaman Steve. Greyson sudah menceritakan semuanya kepadaku. Tak kusangka, ia sudah bersahabat dengan Steve selama 5 tahun melalui twitter. Dan mereka bersahabat sebelum Greyson menjadi terkenal seperti sekarang.
Greyson juga memberitahuku bahwa Steve sering menceritakan tentangku kepadanya. Dan Steve juga pernah mengiriminya fotoku. Dan Greyson menyukainya sejak pertama kali ia melihat fotoku. Tak kusangka. Tak kusangka. Tak kusangka. Takdir. Hingga aku dan Greyson dapat bertemu di menara eiffel, dinner bersama, sampai Greyson ikut ke Indonesia untuk menemui Steve untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya. Dan pada akhirnya semua terbongkar. Steve juga sudah merelakanku untuk menjadi milik Greyson. Karena Steve tau, aku lah yang cocok bagi Greyson. Dan Steve tau, Greyson sudah menyukaiku sejak pertama ia melihat fotoku. Waktu berjalan sungguh cepat, hingga akhirnya Steve dipanggil oleh-Nya untuk menghadap-Nya. Memang, aku sedikit tertarik dengan Greyson di kala pertama kali kita bertemu. Namun aku tak pernah menyangka sejauh ini bahwa ternyata Greyson juga menyukaiku. Dan Steve menjodohkan kami berdua. Are we meant to be together forever?

Ya. Aku dan Greyson masih duduk di sebelah makam Steve dan merenunginya. Aku terus menangisi Steve dan Greyson menghapus air mataku untuk beberapa kali. Greyson juga sudah menghiburku untuk beberapa kali. Sesekali ia memelukku.
Setelah puas menangis, aku dan Greyson pun memutuskan untuk pulang. Kami berjalan berduaan dan Greyson menggandeng tanganku. Saat sedang berjalan melewati sebuah taman, tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang sangat khas di telingaku.
“hey you two!” suaranya.
Secara spontan, aku langsung meneriaki namanya.
“Steve!” teriakku.
Aku dan Greyson berbalik dan melihat Steve tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah kami berdua. Ia memakai pakaian serba putih dan wajahnya terlihat sangat bersih. Ia berjalan mendekat ke arah kami berdua dan berbisik.
“kalian berdua sangat cocok!” bisiknya.
Aku dan Greyson tersenyum malu.
Steve pun meng-wink-kan matanya ke arah Greyson sebagai tanda dari sesuatu yang disembunyikan. Aku pun tak tau artinya._.
Greyson mengangguk pelan sambil tersenyum tanda mengerti. Ia pun mengambil sesuatu dari kantungnya dan ternyata itu adalah sebuah kalung! Kalung yang sangat indah dengan liotin berbentuk angel berukirkan “Marceline”. Aku tersenyum haru dan Greyson langsung memakaikan kalung tersebut di leherku. Steve masih tersenyum memandang kami berdua dengan kedua tangannya dilipatkan di depan dadanya.
Sesekali aku menengok ke arah Steve yang sedang tersenyum melihatku. Aku masih tak mengerti dengan semua ini.
Setelah Greyson selesai memakaikan kalungnya di leherku, ia pun berbalik badan dan membuka jaketnya. Tak kusangka ternyata daritadi ia memakai kaos yang bertuliskan “I love you Marceline, be mine today?” di bagian punggungnya. Aku tertawa dan langsung memeluk Greyson dari belakang. Aku merasakan bahwa jantung Greyson berdetak sungguh kencang.
“yes. I’m yours” bisikku.
Steve tertawa dan Greyson pun melepaskan pelukanku. Ia menghadap kearahku. Ia mendekatkan wajahnya ke arahku. I know what does it mean. Aku memejamkan kedua mataku. Saat jarak wajah kami sudah tinggal 3cm, tiba-tiba Steve berteriak.
“ohh noo!! Kalian kalo mau kissing jangan di depanku dong! Ahaha”
Aku dan Greyson langsung membuka mata lebar-lebar dan menghadap ke arah Steve. Steve cekikikan sendiri dan menghilang.
Aku dan Greyson saling bertatapan kebingungan.

“alright. May I steal your first kiss?” tanya Greyson tiba-tiba.
Ya, memang aku belum pernah kissing bahkan dengan Steve sekalipun.
Aku tersenyum malu dan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
“of course, steal mine!” jawabku.
Tangan kirinya langsung memelukku dan tangan kanannya memegang pipi kiriku. Ia menarik wajahku perlahan dan ia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Dan yaa, bibir kami bersentuhan.
1 menit berlalu, Greyson melepaskan ciuman dan pelukannya. Ia tersenyum kepadaku dengan senyuman mautnya.
“thanks sweetie” bisiknya ke telingaku.
“anytime, Grey” jawabku.
Greyson pun tertawa dan menggandengku untuk pulang.

-THE END-

0 comments:

Post a Comment

 

SimpleTeen(•”̮ •)з Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting