“Connie…”
“yeah Grey?”
“I love you”
“huh? What
do you mean?”
“sorry, it
was a joke! Hahahahaha”
“uhhh Grey!”
“chase me if
you can!”
“watch up!”
Namaku
Charlotte, biasa dipanggil Greyson dengan panggilan sayang Connie. Yap, Greyson
Chance adalah sahabatku. Walaupun kami baru menjalinnya 1 tahun, namun kami
sudah sangat akrab. Sampai-sampai, banyak teman yang mengira bahwa kami
berpacaran. Padahal tidak._.
“uhh Grey,
I’m exhausted. It’s better if you stop it”
“hahaha, as
you know, I will never give up” ucap Greyson sambil terus berlari. Dan dengan
sangat terpaksa, aku harus mengejarnya._.
“please
Grey, stop it! Or I’ll unfriend you”
“whatever?!”
“uhh Grey I
hate you!”
“hahaha I
bet you’ll never hate me!”
“Greyson!!!!!”
Kami terus
bermain kejar-kejaran. Seperti anak TK saja. Padahal usia kami sudah 15 tahun.
*BRUKKK*
“aaawww!!!”
“Greyson!!!”
aku pun terkejut melihat Greyson terjatuh. Aku segera menghampirinya.
“hey loser”
ucap Simon dengan nada yang sangat amat menyebalkan.
“hey! I’m
not a loser, but you are!” bantah Greyson.
“how dare
you!”
Simon mulai
menarik lengan Greyson. Namun aku tidak hanya diam saja. Aku langsung
mengejarnya.
“hey you!”
teriakku dari belakang Simon.
“hahaha,
little weird loser girl. What do you want?” ucap Simon.
“I want my
Greyson back!” teriakku.
“your
Greyson? Did you mean, this little loser?”
“I’m not a
loser. I can proof you that I’m better than you” ucap Greyson tiba-tiba.
“oww really?
C’mon give us a prove!” ucap Simon.
*DOSS!*
Greyson pun memukul wajah Simon sampai hidungnya berdarah.
“how dare
you!” Simon pun mulai mengepalkan tangannya dan siap untuk memukuli Greyson.
Namun aku bertindak cepat. Aku langsung memegang tangannya dan kutendang
perutnya. Ia pun terlihat kesakitan.
“okay. You
lose. So, please go away from our life!” bentakku.
“okay. But
not with this loser!” ucap Simon sambil menunjuk ke arah Greyson. Ia pun
meninggalkan kami dengan ekspresi malunya.
“hahaha dia
bener-bener payah” ucapku.
“dan kamu
bener-bener hebat” jawab Grey.
“hebat
apanya? Cuma kutendang perutnya. Lagian aku kan gak bisa berkelahi dan aku
cewek."
“hahaha,.
Walaupun kamu cewek, tapi kamu gak payah kok. Malahan kamu lebih hebat dari aku.
Buktinya kamu bisa ngalahin dia kan, dan aku enggak."
“denger ya
GREYSON MICHAEL CHANCE. Kamu Cuma perlu mengubah semua gaya nerd kamu. Liat
ini, model rambut apaan coba?” ejekku kepada Greyson. Aku melihat tampang
Greyson terlihat kesal.
“hahaha
jangan marah gitu dong. Lagian apa yang aku katain bener kan?”
“iya juga.
Trus aku harus gimana?”
“sini!” aku
pun memberikan cerminku ke Greyson.
“liat ya.
Style kamu itu payah banget tau gak. Mungkin itu sebabnya kamu dibully terus
sama Simon and the geng. Apa kamu gak bosen ngejalanin hidup kaya gitu? Kalo
aku sih mending ubah style daripada digituin terus” ujarku terus terang.
“styleku
emangnya gimana sih?” ucap Greyson sambil menoleh ke arahku. Aku tersenyum dan
menolehkan wajahnya kembali ke arah cermin.
“ini. Rambut
kamu itu nerd banget. Apalagi ini, kacamata tebel banget. Trus ini, kalo pake
baju itu jangan dikancingin semua sampe leher. Dan ini,” ucapku sambil menunjuk
ke arah bibir Greyson.
“kalo
ngomong jangan dimanyunin mulu. Okeh??” lanjutku sambil tertawa.
“siap bos!”
“tapiiii…”
“tapi
apalagi?”
“mm… kamu
lupa ya?” ucapku menggodanya.
“oh iya”
*cup*
“nah gitu
dong anak manis” ujarku sambil mengacak-acak rambut Grey.
“ih kamu._.”
“hahaha.
Yaudah, balik ke rumah yuk, udah siang nih, ntar dimarahin lagi._.”
“hahaha iya
Connieee”
Kami pun
berjalan bersama sambil bergandengan tangan. Sepanjang perjalanan, kami hanya
bercanda bersama.
Setelah
sampai di depan rumahku, kami pun berpisah karena rumah Greyson ada disamping
rumahku.
“bye
Greyson! Jangan lupa buat ubah style mu!” teriakku sebelum meninggalkannya.
“hahaha
okesip. Eitsss” jawab Grey sambil menahan tanganku.
“apa lagi
Grey?”
“besok
dateng ke rumahku ya, aku minta bantuan untuk ngubah style ku ini. Kamu kan
cewek, jadi pasti kamu akan tau gimana selera cewek rata-rata”
“hahaha ofc
Grey aku akan bantu kamu kok. Tenang, aku kan jago ngatur rambut. Hahaha yaudah
ya.”
“eitsss”
“apa lagi?
-_-“
*cup*
Greyson mencium pipiku.
“oh iya,
hehehe makasih” ucapku sambil tersenyum.
“sama-sama,
sweetie” Greyson pun pulang ke rumahnya.
‘waitttt….
Tadi dia panggil aku apa?! Kayanya bukan Connie deh._. aiss udahlah lupain’
batinku.
-next day-
-toktoktok-
“come in!”
teriak Greyson dari dalam rumah. Aku pun segera membuka pintu rumahnya yang
sengaja tidak ia kunci, mungkin.
“come on
Connie, quickly!” teriak Greyson dari atas loteng.
“iye iyeee”
Aku pun
berjalan menaiki tangga dan Greyson langsung menyambutku di depan kamarnya. Ia
langsung menarik tanganku untuk masuk ke dalam kamarnya.
“Grey, punya
sisir gak?”
“buat apa emang?”
“buat
nyendok”
“apa bisa?”
“hihhh ya
buat sisiran bloon!._.”
“hahaha
jangan marah dong..”
“iye”
“nih”
“makasih”
Aku pun
duduk di pinggir ranjang Grey, lalu ia menyusulku untuk duduk tepat di
sebelahku.
“gimana,
styleku?” tanya Grey sambil menunjuk dirinya sendiri.
“oh iya
lupa. Sorry sorry”
Aku pun
segera menyuruh Greyson duduk di depan cermin. Aku segera membuka isi tasku dan
mengeluarkan semua yang ada di dalamnya.
“yaampun,
kamu bawa apa aja?”
“ih kepo
amat sin. Diem aja.”
Aku mulai
menyisir rambut Grey dengan lembut, berlagak seperti petugas salon.
“gak usah
terlalu berakting deh” ledek Grey sambil melihatku di cermin.
“kamu kalo
gak bisa diem aku pulang hlo”
“eh nggak
deng. Maaf”
Aku tidak
menjawab perkataan Grey. Aku terlalu sibuk mengatur rambutnya.
Setelah
menyisir rambutnya, aku pun mengolesi gel pada rambutnya. Oh iya, kebetulan
hari ini hari Sabtu, jadi sekolah kami libur. Setelah aku mengolesinya, aku pun
menaikkan rambut Greyson jadi jambul gitu :3 . ahh keyen deh pokoknya :3 .
“wah Grey,
kamu jadi cool banget sih Grey, hahaha” pujiku.
“ahmaca?
Enelan? Ciyus? Cungguh? Miapah?”
“ih Grey
alay banget sih kamu”
“hehehe”
Aku pun
melanjutkan ‘mendandani’ Greyson.
“sini Greys”
aku pun melepas kacamatanya.
“mau apa
kamu?!”
“ih biasa
aja lagi. Mau kukasih iniii!” ucapku kegirangan sambil menunjukkan kontak lens
bewarna coklat.
“apaan
itu?!”
“kamu itu
emang dasarnya bloon atau gimana sih? Masa kaya ginian aja gak tau. Ini namanya
kontak lens bloon”. Greyson kembali menunjukkan ekspresi kesalnya.
“hehehe maaf
deh, canda aja, jangan marah dong” mohonku
“iya iya aku
gak akan pernah marah sama kamu._.”
“oke
baguslah”
Aku pun
memasangkan kontak lens pada mata Greyson.
“nah,, kalo
gini kan keliatan lebih cakep”
“makasih”
Selanjutnya,
aku menyuruh Greys untuk mengambil bajunya yang paling keren yang ia miliki.
“oke,
sekarang pake! Tapi jangan disini, aku gak mau liat”
“ihh biasa
aja kali”
Grey pun
langsung melepas kaosnya di depanku, aku pun berteriak.
“aaaaaaaa!!!!!!!!!!
Greyson!!!!!!!!!!!!!!”
“sssttt malu-maluin
aja” ujar Grey sambil menutup mulutku.
“lagian kamu
sih Grey.. aaaaaa….” Ujarku sambil terus menutup mataku dengan kedua tanganku.
“udah
belom?” lanjutku.
“udah nih.
Tapi kancingnya gimana? Kata kamu gak boleh sampe leher?”
Aku pun
perlahan membuka mataku dan kembali berteriak.
“aaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!”
“apaan lagi
sin, alay banget deh. Biasa aja lagi”
“kenapa
belom dikancing sama sekali sih Grey???? Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” ucapku sambil
terus menutup mataku dengan kedua tanganku.
“hih. Udah
ini….” Jawab Grey.
Aku kembali
membuka mataku dan tertawa.
“ngapain
kamu ketawa?! Ih dasar aneh”
“hahaha…
lagian sih kamu itu aneh-aneh. Masa pake baju aja gak bisa hahahaha”
“hihhh bisa
lah! ._.”
“ihh jangan
marah dong Grey. Nah kan udah aku bilang, kancingnya jangan sampe atas”
“hla terus
sampe mana? Tadi kamu kutanya gak mau jawab”
“bukannya
gak mau jawab, tapi gak berani liat”
“dasar
aneh._.”
“sini.” Aku
pun membuka kancing baju paling atasnya.
“nah gini
kan keren” pujiku sambil tersenyum.
“ah nggak
juga. Yaudah aku ganti celana dulu ya”
“iya”
Greyson pun
masuk ke dalam kamar mandinya. Dan setelah ia selesai, ia keluar dari kamar
mandi dan….. *JENGJENGJENGJENG!!!* speechless deh ngeliatnya._.
“Grey,,,”
“gimana?”
“sumpah Grey
kamu keren banget!!!” aku pun langsung berlari dan memeluk Greyson erat.
“ngapain sih
kamu, aneh”
“aku bangga
punya sahabat se-cakep kamu. Kenapa gak dulu-dulu sih kamu kaya gini?”
“hahaha
aneh. Yaudah yuk hangout”
“…..” Aku
tak bisa berkata apa-apa karena terkejut bukan main. IA. MENGAJAKKU. HANGOUT.
Baru kali ini aku tau dia bisa melakukannya. Hahaha.
Greyson
terus menarik tanganku.
“Grey? Kita
naik apa dong?” tanyaku.
“ahh diem
aja”
Saat sampai
di garasi, ia pun langsung membukakan pintu BMW-nya untukku.
“come in, my
Connie”
Aku hanya
tersenyum melihat kelakuannya. “thank you my Greyson”
Grey pun
mulai mengemudikan BMWnya dengan perlahan-lahan.
“and so, my
little princess. Where will we go?” tanya Greyson sambil menoleh ke arahku dan
terus menatapku.
“uhmm.. how
about park?”
“your request
received” ucapnya sambil terus mengemudikan mobilnya.
-arrived-
“come on,
Connie cutie”
Aku
tersenyum melihat tingkah laku Greyson.
Kami berdua
pun duduk di salah satu kursi di dekat air mancur. Suasana pun hening.
“uhmm…
Connie? May I buy you ice cream?”
“ofc,
thanks”
Greyson pun
pergi meninggalkanku untuk membelikanku eskrim.
“ini sudah
setengah jam, kok Greyson lama banget sih” gumamku. Aku pun berjalan-jalan
untuk mencarinya.
“lah itu
Greyson sama… Lauren??! Watdahell! Dan mereka?? Berciuman!!! Damn. Mending aku
pulang aja!” gumamku sambil menangis. Aku pun berlari dan Greyson menoleh untuk
melihatku.
“Connie
tunggu!!!!!!” teriaknya. Namun aku tak menghiraukannya. Ia telah ‘menyakitiku’.
Aku terus
menangis. Sesekali, aku menghapus air mataku yang menetes di pipiku.
“please
Connie…. Dengerin dulu penjelasanku!!” namun aku tak menghiraukannya. Sekali
lagi, ‘ia telah menyakitiku’.
Aku pulang
berjalan kaki.
-skip-
*otp*
“halo?”
“halo, ini
Connie?” *wait… suaranya terdengar seperti LAUREN?!*
“iya”
“Greyson
kecelakaan. Tadi waktu kamu pergi ninggalin dia, dia dengan tampang menyesalnya
langsung masuk ke mobilnya dan aku liat dia nangis. Dan setelah itu, dia lngsng
ngebut dan dia nabrak becak, eh nggak ding maksudnya nabrak angkot (?). Kamu
buruan kesini, soalnya daritadi Greyson gak sadar dan terus nyebut-nyebut nama
kamu. Please.. Ini buat kebaikan Greyson dan kita semua”
“oke aku
kesana. Alamatnya?”
“jalan
ting-ting ayu nomor 11 Kalimantan Timur. Eh nggak deng, maksudnya Edmond” *nih
kenapa ya lauren drtd ndagel mulu? Gak lucu tau!*
“oke. Aku
akan kesana”
-call ended-
“what?! Grey
kecelakaan gara-gara aku?! I’m sorry Greyson…” gumamku.
Aku pun
segera menuju ke rumah sakit tempat Greyson dirawat.
Setelah
sampai di rumah sakit tersebut, aku segera menuju ke ruangan Grey dirawat.
Sebelumnya, Lauren sudah memberitahuku dimana ruangannya.
“Lauren?
Greyson gimana?”
“dia belom
sadar sampai sekarang. Dan daritadi aku denger dia nyebut-nyebut nama kamu terus”
“maaf La,
tadi aku emosi”
“aku juga
minta maaf. Aku gak bermaksud buat bikin kamu jealous. Tadi aku cuma ketemu
sama Greyson waktu dia beli eskrim. Trus aku tanya, dia beli eskrim buat siapa
dan kenapa stylenya beda sekarang. Trus dia jawab kalo dia beliin eskrim buat
pacarnya. Trus aku tanya sama dia, pacaran sejak kapan, dan dia jawab baru hari
ini. Trus waktu itu rasanya aku pengen nangis. Karena sebenernya aku masih suka
sama Greyson. Dan akhirnya aku pun minta last kiss dari Greyson. Dan dia pun ngasih.
Maaf ya Connie,, kamu boleh membenciku kok”
“hm. Gapapa
La, santai aja kali, lagian aku udah ngelupain semuanya kok. Dan btw, aku bukan
pacarnya dia”
“hah?! Tapi
kok Greyson bilang kalo kamu pacarnya?”
“nggak La.
Dia itu Cuma sahabatku aja, nggak lebih”
“oh gitu.
Yaudah aku pulang dulu ya, jaga Greyson baik-baik”
“oke”
Seketika itu
dokter keluar dari ruangan Greyson.
“keadaan
Grey semakin kritis. Saya anjurkan Connie masuk nemenin Greyson sejenak. Karena
daritadi ia menyebut nama Connie”
“iya dok. Saya
Connie. “
Aku pun
memasukki ruangan Greyson dan melihat Greyson terbaring dengan perban di
kepalanya dan goresan-goresan di wajahnya.
“Connie..
connie.. connie.. connie… connie….” Desahnya terus menerus.
“Greyson?”
“Connie!”
teriak Greyson dan ia pun langsung membuka matanya secara perlahan. Memastikan
apakah ini benar aku atau tidak, mungkin.
“yeah Grey.
I’m sorry for..” ucapanku terpotong oleh Grey “I’m sorry, Connie”
“no, kamu
gak salah Grey, tapi aku yang salah. Aku udah salah paham. Aku udah cemburu
liat kalian berdua, padahal aku bukan siapa-siapa kamu, Cuma sekedar sahabat.
Dan aku sudah buat kamu kaya gini. Maaf.”
“Connie..
kamu bukan hanya sekedar sahabatku. Aku menganggapmu lebih dari itu”
Greyson pun
mulai menggenggam tanganku dan kemudian ia menarik wajahku ke arah wajahnya dan
ia pun mencium bibirku. Setelah beberapa saat, ia melepaskan ciumannya dan
mulai mengelus pipiku.
“Grey…”
“yeah,
honey?”
‘what?
Greyson manggil aku honey?!’ batinku.
“uhmm..
nothing.”
“Connie, may
I ask yuou something?”
“of course.
Ask me!”
“do you love
me more than just bestfriend?”
Seketika aku
terpatung. Aku tak bisa berkata-kata lagi dan aku… aku ragu harus menjawab apa.
Di satu pihak, aku menyayanginya dan menyukainya. Namun di pihak lain, dia
adalah sahabatku. Dan aku pernah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak
akan berpacaran dengan sahabat sendiri. Namun, kurasa aku tidak bisa menentang
perasaanku sendiri. Aku harus mengatakan apa adanya, sesuai dengan perasaanku
yang sesungguhnya.
“Grey, I
think I love you more than just bestfriend”
Aku melihat
Greyson tersenyum menatapku. Walaupun ia masih terlihat lemas.
“but…”
“what hun??”
“I’ve
promised to myself that I won’t be my bestfriend’s girlfriend”
“why?! Am I
not enough for you?! You said that.. that… that I’m cool. Isn’t it? Or maybe
you just lied me?”
“no Greyson,
no! I love you more than bestfriend”
“but why did
you refuse me?”
“I did not
refuse you. Aku gak bisa nerima kamu soalnya kamu gak nembak aku” jawabku
sambil tertawa. Seketika ekspresi Greyson yang semula kecewa berubah menjadi
tersenyum.
“hahaha
you’re naughty” ucapnya.
“and so,
take my heart, maybe?”
“how sweet
you are. Your heart was taken by me”
“thank you
honey.. may I hug you??”
“of course.
I’m yours now”
Ia pun
tersenyum, dan aku pun memeluknya.
Tiba-tiba…
“ouch!”
gerutu Greyson sambil memegangi dadanya.
“kamu kenapa
Grey?”
“gak tau,
dadaku sakit banget. Bisa tolong panggilin dokter sekarang?”
“baik Grey!”
Aku berlari
sekuat tenaga untuk mencari dokter. Setelah menemukannya, aku langsung
menyuruhnya untuk memeriksa keadaan Grey.
Dokter pun
keluar dari ruangan Grey.
“Greyson
gapapa kan dok?!”
“mm… dia
butuh di-operasi sekarang. Ia mengalami pendarahan di dekat jantungnya. Mungkin
karena terlalu keras menabrak, tubuhnya mengenai kemudi dengan keras”
Aku tak bisa
menjawabnya. Seketika aku menangis. Kurasa, Greyson sudah sembuh. Namun
ternyata tidak. Kondisinya drop. Dan ia butuh di-operasi sekarang juga.
“kalo gak
di-operasi, gimana dok?”
“kemungkinan
dia bisa meninggal”
Aku semakin
tak bisa berkata-kata.
“dok,
pleaseee sembuhin dia ya dok”
“baiklah,
saya akan berusaha yang terbaik”
“terima
kasih dok”
Sebelum Grey
dibawa ke ruang operasi, aku menyempatkan diri untuk masuk ke ruangannya dan
mencium pipinya. Tak kusangka, baru saja ia tersenyum karena ia sudah menjadi
kekasihku. Namun sekarang?! Ia tak sadarkan diri.
“lekas
sembuh, Grey” bisikku di telinga kiri Grey. Dan aku melihat bibirnya tersenyum
tipis. Mungkin ia mendengar ucapanku.
-skip-
-operasi selesai-
“gimana dok
keadaan Grey?? Dia gak apa-apa kan dok?” tanyaku setelah dokter keluar dari
ruang operasi.
“selamat ya,
operasinya berhasil”
“makasih
dok!!!” karena terlalu senang mendengar ucapan dokter, aku pun langsung memeluk
dokter.
“yaudah,
sekarang kamu boleh masuk, mungkin sebentar lagi dia sadar”
“baik dok”
aku melepaskan pelukanku.
-3 days-
“Grey? Cepet
sadar dong Grey.. I miss you..”
Ini sudah 3
hari, namun Grey tidak kunjung sadar. Dokter bilang kalau operasinya berhasil,
namun kenapa Grey belum sadar sih?
Aku terus
menunggunya sepanjang hari. Saat malam hari, aku merasa ngantuk dan aku pun
tertidur dengan posisi kepala berada di pinggir ranjang dan posisi duduk. Saat
sedang tertidur, aku merasa ada seseorang yang mengelus-elus rambutku dengan
lembut. Aku pun terbangun dan langsung melihat ke arah jam *knp gak Greyson
dulu ya?** Terserah yg buat gss dong :p*. ini sudah jam 01:00 a.m.
Aku menengok
ke arah Greyson. Tangannya masih berada diatas kepalaku dan ia memandangku
sambil tersenyum.
“Grey?? Kamu
sudah sadar???” tanyaku.
Ia tidak
menjawabku. Ia hanya tersenyum ke arahku sambil mengelus-elus pipi kiriku. Dia
sangat romantis, menurutku.
“Grey? Boleh
kutanya sesuatu?”
Ia hanya
mengangguk pelan dan tersenyum.
“will you
ever leave me?”
Ia pun
berpikir sejenak dan cemberut.
“maaf Connie,
aku belum bisa jawab pertanyaanmu. Karena aku takut”
“takut
kenapa Grey? Apa kamu bener-bener akan pergi meninggalkanku?”
“mungkin._.”
“Grey..
jangan bercanda dong Grey… Dan jangan buat aku khawatir… aku pengen kamu tetap
hidup….”
Greyson pun
tertawa.
“hahaha.
Maksudku bukan itu Connie sayang. Tenang, aku gak akan meninggal kok” ucapnya
sambil menggenggam tangan kananku ke dadanya. “kamu akan selalu ada disini”
ucapnya sambil tersenyum.
“thanks
Grey. You’re my everything”
“so are you,
my Connie”
-skip-
Hari ini
hari anniv yang ke 1 bulan sama Greyson. Greyson sudah berjanji untuk datang ke
rumahku.
-toktoktok-
“yee… itu
pasti Greyson”
Aku berlari
menuju ke pintu dan membuka pintu.
*speechless*
aku memandangi penampilan Greyson dari bawah sampai ke atas.
“hey?? Are
you okay?” tanya Greyson sambil menaikkan daguku ke arah wajahnya. Aku hanya
mengangguk pelan sambil tersenyum.
“great”.
Greyson pun memberikan bucket mawarnya dan tungguu…. Ia memakaikanku sebuah
kalung dengan liontin berbentuk hati
dengan ukiran G&C. Setelah ia selesai memakaikanku kalung tersebut, Grey
pun mengeluarkan kalung yang sama dari dalam bajunya dan menunjukkannya
kepadaku. Namun kalung Greyson sedikit berbeda dengan milikku, karena kalung
Greyson berukir C&G.
“uhmm..
thanks Grey,. But, what does it mean?”
“G&C
means Greyson and Connie. C&G means Connie and Greyson. Get it?”
“hahaha
thank you Grey…” aku pun memeluk erat Greyson. Greyson pun melepaskan pelukanku
dan langsung menggandengku menuju mobilnya. Tidak lupa aku meletakkan bucket
mawarku di ruang tamu, supaya papa dan amma juga mengetahuinya :p .
“Grey, where
are we going?”
“salon.”
“huh?! What
do you mean?”
“kepo ah.
Ikutin aja napa, haha”
“ih dasar.
Hahaha”
Sepanjang
perjalanan kami hanya bercanda dan membuat lelucon satu sama lain.
Setelah
sampai, Greyson langsung menggandengku masuk ke dalam salon dan menyuruh
pegawai salon mendandaniku secantik mungkin.
Pegawai
salon pun mulai mendandaniku. Mulai dari make up. Make up natural saja. Karena
aku tau kalau Greyson tidak menyukai perempuan yang berdandan ‘menor’.
Selanjutnya adalah rambut. Pegawai salon pun mengeriting rambutku sehingga
rambutku tampak bergelombang. Sesekali aku melihat ke arah Greyson melalui
cermin. Dan ia memandangku sambil tersenyum, lalu kembali memainkan ponselnya.
Dan sekarang kuku *aneh-aneh wae ya :3*. Kukuku dihias sedemikian rupa. Wow.
Dan yang terakhir adalah dress. Greyson sengaja memilihkanku dress yang akan
kupakai. Ia memilih dress bewarna merah selutut, dengan batulan pita bewarna
hitam di pinggang. Hmm, menurutku dress nya sangat cantik! Aku memakai gaunku
dan segera keluar menghampiri Greyson. Greyson menatapku dari bawah sampai ke
atas.
“you look so
gorgeous, my lovely princess” puji Greyson.
“thanks, my
prince”
Greyson pun
mulai menggandeng tanganku dan membawaku ke dalam mobilnya.
-skip-
“Greys,
thanks for today. You’re amazing” ucapku.
“so are you,
my princess. C’mon, dancing with me” ucap Grey sambil menjulurkan tangannya.
Dan kami berdua pun mulai menari gaya Gangnam Style #ehnggakdeng maksudku kami
berdua mulai berdansa. Dan tiba-tiba Grey menjatuhkan tubuhku di pelukannya. Ia
pun melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kami berdua
memejamkan mata dan bibir kami bersatu secara lembut. This’s my 2nd
kiss with him. Ia melepaskan ciumannya setelah beberapa menit berlalu.
Setelah
selesai berdansa, kami pun mulai menyantap dinner kami. Setelah selesai, Grey
pun kembali menggandengku ke mobilnya.
Di
perjalanan, aku tidak berkata apa-apa. Suasana hening. Keheningan pun terpecahkan
setelah Greyson memulai percakapan.
“uhmm..
Connie. I want to tell you something”
“what,
Grey?”
“I’m gonna
move to LA tomorrow.”
Seketika air
mataku menetes. Aku tak menyangka bahwa hari-hari indah bersamanya akan segera
berakhir.
“really?
Why?”
“don’t cry
honey. I will never gonna forget you. You’re my everything. Ayahku ditugaskan
untuk bekerja di LA, jadi terpaksa kami semua harus ikut dengannya”
“tapi kenapa
kamu baru bilang sekarang Grey?”
Aku terus
menangis. Hingga akhirnya Greyson pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan
dan mulai menghapus air mataku dengan tangannya.
“honey,
please do not cry! I know it’s my fault but… I must follow my family. So, I’m
sorry.”
“so, is this
the reason why you invited me to your dinner?”
“uhmm.. no.”
Aku tetap menangis.
Kemudian ia memeluk kepalaku.
“I’ve said
to you that I will never gonna leave you. Listen! You’ll be always in my heart”
kata Greyson sambil menggenggam tanganku ke dadanya.
“but…”
Greyson
masih tetap memelukku. Seakan-akan, aku adalah bonekanya. Lalu ia pun
melepaskan pelukanku dan kembali mengelus pipiku.
“listen, I
will always love you. Aku itu bukan tipe cowok yang gampang ninggalin cewekku”
Aku sedikit
terhibur dengan ucapannya. Ia tersenyum menatapku, lalu kembali mengemudikan
mobilnya.
“tomorrow, 8
a.m. Tolong datang ya ke bandara”
Aku tetap
terdiam, tapi aku mendengarkannya.
Setelah
sampai di depan rumahku, aku bergegas keluar dari mobilnya, namun ia menahanku.
“save it
okay? And I’m sorry for today” ucap Greyson sambil memegang kalungku.
“ofc I’ll
save it. And you don’t have to say sorry. It’s not your fault”
“it’s my
fault. I’ve made you cry like this” ucapnya sambil terus menghapus air mataku
yang ada di pipiku.
“no it’s
not. I’m crying because of myself”
“don’t lie
me. I know the reason why you cry like this. Because you’re always in my heart,
honey”
“thanks”
Aku pun
keluar dari mobil Greyson dan Greyson terus memandangku hingga aku masuk ke
dalam rumah.
-skip-
-tomorrow-
Aku bangun
lebih pagi karena aku ingin menemui Greyson untuk yang terakhir kalinya,
mungkin. Setelah sampai di bandara, aku menengok ke arah jam ku dan ternyata
ini sudah jam 08:00. AKU. TERLAMBAT. Aku pun berlari sekuar tenaga, berharap
aku masih bisa melihatnya sekali lagi. Hingga aku melihat pada kaca jendela di
bandara tersebut. PESAWAT. GREYSON. SUDAH. LEPAS. LANDAS. Aku gagal. Aku tak
dapat menemuinya lagi. Greyson, I’m sorry. Aku pun menangis sekuat tenaga
sambil memeluk lutuku di pojok dinding. Mungkin orang-orang akan mengira aku
adalah orang aneh, gila, atau sejenisnya. Namun aku tak mempedulikannya. This
is my world, not theirs. Aku terus menagis. Dan setelah puas menangis, aku
segera berdiri dan berjalan pulang dengan penuh penyesalan.
Tiba-tiba,
ada seseorang yang mencium pipiku dan melukku dari belakang. Aku langsung
menoleh ke arahnya.
“I bet you’re
looking for me” bisik Greyson dengan senyuman mautnya.
Aku mencoba
mengucek-ucek mataku sekali lagi. Berharap supaya ini tidak hanya sekedar
mimpi. Namun ternyata IT’S REALLY HIM! Aku pun langsung membalikkan badan dan
memeluknya erat.
“why don’t
you leave me? You said that you have to go to LA” ucapku sambil terus memeluk
Greyson.
“and I’ve
said that I will never gonna leave you, honey” ucapnya dengan senyumannya.
Dan kami pun
berjalan pulang dengan bergandengan tangan.
-THE END-
0 comments:
Post a Comment