Aaaaaa
ini udah jam 7 pagi aaaaaa!!!
Aku
berteriak sambil terus berlari dari gerbang sekolah menuju ke koridor.
‘sumpah,
ini kenapa lagi anak-anak rame banget ih. Tau aja orang lagi kesusahan’
batinku.
Dan
tiba-tiba *BRUK*
“hey,
kalo lari liat mata dong!” bentak anak itu sambil memegangi kepalanya yang
berjedukan dengan kepalaku.
“ih
ini iya pake mata dodol! Aku lagi buru-buru jadinya begini. Sewot aja kamu!
Emang kamu siapa huh?!” jawabku ketus.
“eh
kamu anak baru gak usah kemayu deh. Gak lucu tau!”
‘eh,
kok ini anak tau ya kalo aku anak baru? Iii’ batinku.
“heh
kamu bengong kenapa lagi?!”
“urusanmu
apa coba._.”
“yaudah
pergi sono! Ieww deh mau ketemu sama kamu lagi” ejeknya sambil terus memegangi
kepalanya.
‘anak
itu bisa dibilang agak gila, tapi menurutku dia cakeeeeeppp banget’ batinku.
Aku
pun berjalan menuju ke ruang kelas yang sudah ditentukan sebelumnya. Tertulis
di depan kelas tersebut, Room 9B. aku pun memasukkinya dan mendapati bahwa
‘ANAK ITU SATU KELAS DENGANKU’ uhmm maksudku ‘ANAK YANG KUTABRAK TADI PAGI
TERNYATA SATU KELAS DENGANKU’ .
Apa
jadinya aku ini nantinya?! Udah tempat duduknya penuh dan hanya tersisa 1 yaitu
tepat disebelah anak itu. OMG mimpi apa aku selamam kok bisa se-sial ini.
Aku
berjalan menuju bangku anak tersebut dan ia pun memandangiku dengan penuh
keheranan.
“ka..
kamu anak yang tadi pagi kan?!” tanyanya ketus.
“iya,
trus kenapa emang? Masalah?!”
“eng..
enggak kok. Gapapa. Kamu bisa duduk disini”
Aku
pun terkejut mendengar perkataannya tersebut dan berusaha untuk menenangkan diriku.
Aku pun duduk tepat disebelahnya. Aku pun merasa bahwa ia memandangiku sejak
tadi. Keheningan berlangsung sekitar 15 menit sampai akhirnya ia mengeluarkan
kata-katanya.
“uhmm…
kamu darimana?”
“aku
dari Jakarta. Kenapa?”
“gapapa.
Kamu cantik”
“bukan,
aku Alyssa. Tapi kamu bisa panggil aku Aly aja”
“nama
yang bagus, sama seperti pemiliknya”
“ah
gombal saja kau”
“tapi
ini nyata”
“ku
tak peduli”
“ya
udah. Nanti kamu bisa nyesel hloo”
“gapapa.
Gak akan”
Saat
sedang berbincang-bincang, tiba-tiba Guru galak yang sedang mengajar pada
pelajaran ini pun membentak kami berdua. Kami terbelalak kaget sambil memandang
satu sama lain.
“Greyson,
Aly, kalian berdua ini bukannya belajar tapi malah pacaran! Sekarang kalian
berdua ibu hukum buat keliling lapangan 7x.
“what?!”
ucap kami berdua hampir bersamaan.
“go
on there!” bentak Bu Doltie.
“okay
mom” jawab kami bersamaan sambil melemas.
Kami
berdua pun keluar dengan kelas sambil mendengar tawaan ejekan dari anak-anak
seisi ruangan.
“kamu
sih, Grey?”
“iya
aku Greyson. Tapi ya gak gitu juga kali ya, masa tiba-tiba nyalahin aku?!”
“ya
kan kamu yang mulai”
“ah
udahlah, aku lagi bosen bertengkar”
Aku
pun berjalan ke lapangan dan menjalankan hukuman gila ini.
“huihh.
Capek banget” ucapku sambil duduk menyelondorkan kedua kakiku, memegangi
kakiku, dan juga sesekali mengelap keringatku.
“aku
juga. Wanna ice cream?” tawar Greyson tiba-tiba.
“hah?!
Mana boleh? Ini kan jam pelajaran. Dan apa kamu bawa uang??”
“tidak
perlu bertanya lagi” ucapnya seraya mengeluarkan uang senilai $20 dari sakunya.
“yaampun
Grey kamuu….”
“hussshh
diem” ucap Grey berbisik sambil menutup mulutku dengan tangannya. Ia pun
menggandeng tanganku dan menariknya menuju ke kantin.
“Aly,
kamu mau pilih rasa apa?” tanya Grey
“aku
rasa strawberry vanilla aja deh”
“oke.
Strawberry vanilla nya 2 bu”
“hah?!
Kok kamu juga sama?”
“gapapa
kan?”
“gapapa
sih. Tapi biasanya cowok itu idealnya coklat”
“haahahaha
gapapa, biar kita kembar”
“ihh”
Kami
berdua pun memutuskan untuk duduk berduaan di taman belakang sekolah dekat lapangan
sambil menikmati eskrim yang kami beli. Sesekali Greyson mengelap keringatku
dengan sapu tangannya. Aku hanya tersenyum melihatnya.
Saat
kami selesai memakan eskrim kami, Greyson pun meletakkan tangannya di atas
tanganku. Dan ia menggenggam erat tengan kiriku. Aku menengok ke arahnya, yang
ternyata daritadi ia memandangiku tanpa berkata.
“kamu
kenapa Grey?” tanyaku.
“aku
hanya…”
“kenapa?”
Tiba-tiba
tangannya yang pertama berada di atas tanganku dipindahkannya di pipi kiriku
dan ia mulai mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku hanya dapat memejamkan mataku,
karena terus terang ini adalah yang pertama kali, dan aku tidak mau melihatnya.
Dan yaaa,,, bibir kami bersentuhan dan aku dapat merasakannya. Ia mencium
bibirku dengan sangat lembut.
2
menit berlalu, ia melepaskan ciumannya dan tangannya dari pipiku.
“Greys?
Why..” Greyson memotong ucapanku, “I’m so sorry Aly, I didn’t mean to do that
but..”
“but
why Grey? You stole my 1st kiss!”
“sorry,
because I think you’re the one who must be my 1st kiss. Sorry”
“kenapa
harus aku Greys?!”
“karena..
aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya”
“udahlah,
lupakanlah”
Aku
pun berjalan meninggalkannya untuk kembali ke kelas. Ia juga mengikutiku dari
belakang dengan tatapan penuh bersalah. Aku hanya dapat menahan tangisanku.
Walaupun sebenarnya aku ‘agak’ senang akhirnya aku dapat merasakan my 1st
kiss, but, why must be him?! Okay it’s alright. It has done.
Setelah
sampai ke kelas, aku dan Greyson pun segera duduk sambil kembali meluruskan
kedua kaki kami yang terasa sangat WOW.
“Aly?”
“what?”
“…”
Greyson
tidak menjawab pertanyaanku, melainkan hanya tersenyum nakal ke arahku.
*TINGTINGTING*
bel istirahat berbunyi.
Semua
anak keluar kelas, kecuali aku dan dia, Greyson.
“Grey,
mengapa kau terus menatapku seperti itu? Dan mengapa kau tak segera keluar?”
tanyaku.
“uhm…
gapapa” jawab Grey sambil kembali tersenyum nakal dan ia melihat ke arah
perutku (?) dan tiba-tiba ia menggelitiki perutku.
“aaaa
hahahaaa Grey stop it… geli banget Grey aaaaa” aku berteriak sambil tertawa
menahan geli.
Karena
terus terang, aku tidak pernah dapat menahan rasa geli apabila ada seseorang
yang menggelitiku.
“Grey
please I hate you ahahaaa”
Grey
pun tiba-tiba menarikku ke dalam pelukannya. Aku hanya dapat terdiam. Karena
aku tidak paham apa maksudnya.
“Grey?
Mengapa kau memelukku?”
“kamu
gak perlu tau apa alasannya”
Grey
pun melepaskan pelukannya setelah mendengar suara teriakan seorang perempuan.
Ternyata itu Lauren, mantan pacar Greyson.
“mau
apa kau kesini?! Masih belum puas?!” tanya Grey ketus.
“uhm…
siapa cewek itu?”
“kau
gak perlu tau. Ini urusan pribadi” jawab Grey sambil merangkul pundakku
tiba-tiba.
“hah?!
Apa maksudmu?!” tanya Lala.
“she
is my girlfriend. Puas?!”
“what?!
Give me a proof!”
Greyson
pun mengangkat daguku dan kembali mencium bibirku dengan lembut tapi cepat.
Mungkin hanya 2 detik.
“okay”
jawab Lala sambil berjalan keluar.
“Grey?!
Apa maksudmu seperti ini?!” tanyaku kesal.
“uhm..
aku hanya ingin membuatnya panas”
“panas
gimana?!”
“dia
itu mantanku. Dia selingkuh dengan sahabatku sendiri”
“oke.
Makasih buat segalanya”
Aku
pun berlari menuju ke taman dan menangis. Tiba-tiba aku merasa ada seorang
laki-laki memelukku dari belakang dan berbisik “once again, I’m so sorry. I
love you”
Seketika
aku ternganga mendengar ucapan terakhirnya. What? He said “I love you” am I
dreaming or what?!
Aku
pun melepas pelukannya dan berkata, “it’s not your fault” sambil terus
menangis. Greyson pun menghapus air mataku yang terjatuh di pipiku dengan kedua
tangannya.
“Sorry,
I’ve made you cry like this. Omg”
“no
problem Grey” aku pun berjalan menjauh dari Greyson untuk pergi ke toilet. Saat
di toilet, aku melihat ada setetes darah segar yang keluar dari hidungku. Aku
merogoh-rogoh kantongku untuk mencari tissue dan obat. Namun aku hanya
menemukan tissue disana. AKU. LUPA. MENGKONSUMSI. OBATKU. ‘matilah, obatku mana
ya?!’ batinku. Aku pun segera membersihkan darahku dengan tissue dan segera
keluar darinya dengan ekspresi super datar.
“Aly?!
What happened with you?” tanya Grey khawatir.
“nothing”
Aku
pun berjaln menjauhinya dan tiba-tiba aku merasa darah dari hidungku menetes
;agi dan aku pun jatuh tak sadarkan diri.
Greyson
pun langsung berlari untuk menghampiriku yang sedang ‘pingsan’ dan segera
menggendongku ke UKS. Ia menungguiku sampai aku sadar.
“Grey,
aku ada dimana?”
“kamu
di UKS hun”
“hun?! Apa maksudnya??”
“hun?! Apa maksudnya??”
“ohh
gapapa lupakan. Yang penting kamu udah sadar.”
Aku
hanya tersenyum melihatnya yang daritadi terus mengelus-elus rambutku.
“Grey,
boleh aku tanya sesuatu?”
“boleh”
“jangan
bicarakan tentang hal ini kepada siapa pun”
“hal
apa?”
“mengenai
aku yang sering mimisan”
Greyson
menghela nafas sejenak dan bertanya.
“maksudmu?”
“ya,
sebenernya aku punya penyakit yang gak bisa disembuhin”
“jangan
bilang gitu dong. Nothing’s impossible, okay? Aku yakin kok kamu akan segera
sembuh”
“nggak
Grey, aku akan mati”
“jangan
bicara seperti itu lagi”
Tiba-tiba
Grey memelukku sambil meneteskan air matanya. Saat ia kembali duduk, aku pun
menghapus air mataya dengan tanganku, sebagai balasannya selama aku menangis
tadi. Ia hanya tersenyum sambil menggenggam tanganku yang masih berada di
pipinya.
“Grey,
you’re so handsome” kalimat tersebut secara tidak sengaja keluar dari mulutku
ini.
“hah?!
Apa maksudnya??”
“ouhh
gakpapa”
“I
know! You said that I’m handsome and so are you”
“hah?
Jadi intinya kamu muji aku cakep gitu?! Aku ini cewek Grey!”
“no,
sweetheart. You’re perfect”
Aku
mematung dan aku mencoba untuk mengontrol nafasku yang tidak beraturan.
Jantungku berdegup kencang dan ya, aku kembali pingsan. Greyson pun membawaku
ke rumah sakit dengan menggunakan mobilnya.
“dok,
bagaimana keadaan pacar saya?”
“keadaannya
semakin kritis. Apakah dia lupa mengonsumsi obatnya?”
“obat
apa, dok?”
“apakah
ia tak memberitahumu mengenai ini?”
“tidak
dok”
“dia
menderita leukemia”
“dokter
pasti bercanda”
“gak,
waktunya tinggal 2 bulan lagi”
“2
bulan?!”
“iya,
tolong jaga dia baik-baik”
“iya
dok”
Aku
pun memasukki ruangannya. Terlihatlah seorang wanita terbaring disana. Ia
terlihat amat cantik, namun pucat. “OH MY ALY, I LOVE YOU” bisikku. Tiba-tiba
ia tersadar dan memegang pipiku.
“Aly?”
“yeah,
Greyson”
“kamu
udah sadar?”
“sementara
ini, Grey. Tapi mungkin waktuku gak lama lagi”
“jangan
bilang gitu dong”
“hehehe.
Uhm…”
“apa?”
“aku
perlu bantuanmu”
“bantuan
apa?”
“tolong
carikanku seorang guru piano”
“kenapa?”
“aku
sudah berjanji pada Jay sebelum ia meninggal, bahwa aku akan mengikuti
kompetisi piano”
“Jay?
Siapa dia?”
“dia
adalah mantan pacarku. Namun ia sudah meninggal 4 bulan yang lalu karena sakit”
“oh.
Okay. Tapi sebetulnya, aku ini pianis”
“ah,,
sungguh?”
“tak
percaya? Besok datanglah ke rumahku apabila kau sudah sembuh. Aku akan
mengajarimu bermain piano sampai bisa”
“aku
tak tau dimana rumahmu”
“rumahku
adalah berada tepat d seberang rumahmu”
“ah
sungguh? Lantas kenapa aku tak pernah melihatmu?”
“karena
aku jarang keluar”
“apakah
kamu tinggal dengan orang tuamu?”
“tidak”
“kenapa?
:O”
“mereka
berada di Las Vegas bersama kedua kakakku. Aku hanya bersekolah disini”
“oh.
Oke, besok kalo aku udah sembuh aku akan kesana”
Grey
tidak membalas ucapanku. Namun ia hanya membalasnya dengan senyuman mautnya.
-4
days later-
Yay!!
Kata dokter hari ini aku boleh pulang. Kompetisi akan diadakan 3 hari lagi.
Walaupun sebelumnya aku sudah sering berlatih piano dan bisa sedikit
menguasainya, namun aku tak sehebat pianis lainnya.
Aku
menghabiskan waktu luangku di rumah sendirian. Karena aku disini juga hanya
bersekolah, sama halnya dengan Greyson. Tiba-tiba *toktoktok*
“Grey?”
“Aly!
I miss you so much!” teriak Grey lalu memelukku erat.
“I
miss you too Grey”
Aku
mempersilahkannya untuk masuk dan ia tidak menolaknya. Kami pun memutuskan
untuk menonton film bersama dan mungkin karena aku terlalu lelah, kepalaku
jatuh di pundak Grey. Grey terus memandangku dengan wajah yang penuh dengan
senyuman. Ia juga mengelus pipiku dan mencium keningku. Karena aku sudah
tertidur pulas, Grey pun menggendongku ke kamarku dan langsung pulang.
Saat
bangun tidur, aku langsung membuka jendela kamarku yang letaknya bersebrangan
dengan jendela kamar Greyson. Namun aku tak dapat melihat Grey di dalam
kamarnya. Aku melihatnya sedang mengendarai mobil sendirian. Mau kemana dia?
Sampai
malam tiba, Grey tidak kunjung kembali ke rumahnya. Teleponnya mati, sms tidak
dibalas. Aku semakin khawatir dengan keadaannya. Hingga aku memberanikan diri
untuk menghampiri rumahnya. Aku menengok ke dalam rumahnya dengan jendela. Dan ya,
tak ada seorang pun disana. Bahkan, mobilnya pun tak ada.
Besok
adalah hari kompetisiku. Dan bagaimana ini?! Aku belum latihan. Aku pun
berusaha membuka pintu rumah Greyson untuk mengajarinya bermain piano, walaupun
kemungkinan besar Grey sedang tidak ada di rumah.
*ceklik*
pintu rumah Greyson terbuka. Aku pun memasukkinya. Rumah yang sangat gelap,
besar, namun terlihat sangat menarik. Mungkin Grey suka dengan semua film yang
berisi dengan penyihir dan terinspirasi olehnya, sehingga ia dapat
memperagakannya di kehidupan nyata, yaitu rumahnya. Aku mendengarkan suara
alunan alat musik piano yang sangat merdu. Ia sedang memainkan lagu Purple Sky,
lagu yang paling kusukai. Aku berusaha untuk tetap mengatur pernafasanku dan
terus berjalan mencari sumber suaranya. Aku berusaha untuk tidak terlihat
gugup. Karena… Greyson sangat keren omg!
“hey
sweetie, come here” ucap Grey tiba-tiba.
“hey
Grey. Teach me now?”
“ofc”
Aku
mulai meletakkan jari-jemari ku diatas tuts-tuts piano. Greyson juga meletakkan
jari-jarinya diatas jariku. Ia juga mengajariku bagaimana ekspresi yang sesuai
dengan lagu yang akan kita mainkan menggunakan piano ini. Setelah selesai, aku
segera kembali. Namun saat aku akan berbalik, tiba-tiba ada tangan yang menahan
tanganku supaya tidak pergi. Hamun aku nekad. Aku menarik tanganku untuk pergi
darinya namun tiba-tiba ia menarikku kembali dalam pelukannya.
“grey…
I think I have a heart attack” bisikku.
“ofc.
Because I know that you love me”
“hahaha”
Aku
melepaskan pelukannya dan pulang ke rumahku yang letaknya hanya berseberangan
dengan rumahnya. Saat aku tidur, aku mengimpikan hal yang sangat aneh terjadi pada Greyson. Aku mimpi dia kecelakaan! Karena terlalu mengerikan, aku pun memaksakan mataku untuk terbuka dan segera membuka jendela kamarku. Seperti sebelumnya, rumah Greyson masih tampak gelap dan sepi. Mobilnya pun juga belum kembali.
"kau sungguh membuatku khawatir, Grey" gumamku.
Aku segera memakai jaketku dan hendak menuju rumah Grey. Setelah selesai memakai jaketku, aku segera berjalan menyeberang dan mencoba membuka pintu rumahnya. Oh iya, aku mempunyai cadangan kunci pintu rumahnya. Ia memberikannya saat aku pulang dari rumah sakit. Dan aku juga memberikannya cadangan kunci rumahku, karena aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Setelah masuk aku melihat rumah yang sangat sepi dan gelap. Aku juga tidak melihat tanda-tanda keberadaan Greyson. Aku pun segera menuju ruang pianonya, namun tidak ada seorang pun disana. Aku menengok ke jam dinding, waktu menunjukkan pukul 23.00. Aku duduk di bangku di depan piano Greyson dan mulai memainkan dan menyanyikan lagu berjudul Hello dari Lionel Richie. Aku memulai menekan tuts-tuts piano dan mengeluarkan suara indahku. Saat selesai, aku terdiam sejenak dan melamun senambi duduk di depan piano. Mataku berpaling saat melihat ada sebuat foto yang diletakkan di meja kecil di sebelah pianonya. Aku mengambilnya. Ternyata, itu adalah fotoku?! OMG! Foto ini kupasang di twitter. Apakah ia menyimpannya dan mencetaknya?! Ini sungguh aneh! Aku mencoba menghela nafas sejenak dan tiba-tiba...
"Alyssa Simpson? Is that you?"
Aku segera meletakkan foto tersebut dan menoleh. Ia.. ia.. ia Greyson! Ia terlihat sangat pucat. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan segera berlari dan memeluk Grey.
"Grey? Kemana saja kau?? Aku sangat mengkhawatirkanmu" ucapku sambil memeluknya sangat erat. Tubuhnya terasa sangat dingin. Dingin sekali. Ia pun melepaskan pelukanku dan menatapku dalam-dalam.
"I'm just.. nothing" jawab Grey sambil tersenyum paksa dan memelukku lagi.
"Just tell me Grey, I think you told me a lie"
"No sweetie" WHAT?! SWEETIE?!
"uhmm Grey..."
"yeah?"
"why do you save my photo?"
"what photo?"
Aku melepas pelukannya perlahan dan menunjuk ke arah meja kecil tersebut.
"oh, do not think about that, hahaha"
"ouhh Grey"
Tiba-tiba ia menggenggam tanganku. Tangannya terasa sangat dingin.
"Grey? Kenapa tanganmu dingin sedingin tubuhmu?"
Ia terlihat kaget namun tetap berusaha untuk tenang.
"uhm... nothing"
"what happened with you?? kenapa daritadi kamu bohong terus sih Grey?"
"aku gak bohong. Tapi ini adalah kenyataan"
"baiklah. Aku akan pulang"
Aku melepaskan genggaman tangannya namun ia menahanku,. Ia membalikkan tubuhku dan menciumku dengan lembut. Setelah selesai, ia berbisik, "Good night sweetheart, sweet dream, and good luck for tomorrow!"
Aku tersenyum sejenak dan berlari kecil meninggalkannya yang masih berdiri mematung di dalam kegelapan.
-esok hari-
Aku bangun dengan mata yang sangat berat. Aku mengucek-ucek mataku dan melihat ada sebuah boneka teddy bewarna soft pink yang sangat besar di atas meja belajarku. Aku menghampirinya dan mengambilnya.
"boneka ini cantik, siapa yang memberikanku ini?" bisikku. Aku pun melihat sepucuk surat yang terletak di dekat boneka teddy tersebut.
"Dear Alyssa Simpson ♥
Sorry I've made you like this. Sorry I've made you worry. Sorry I lied you yerterday. Sorry I was so upset when you hit me at the first time I met you. And sorry for everything.
Thanks for being my special girl. Thanks for always be my side. Thanks for the 1st kiss. And thanks for everything.
You changed all my days long. You're such a perfection. You're the most perfect girl I ever knew. You're the one.
Sorry I just tell you now. I'm in love with you at the moment when you sit on my side. I felt so pleasant at that moment with you. When Lala came and need my proof that you were my girlfriend, then I kissed you on your lips, I received and gave my 1st kiss to you, and so did you. Thanks for everything, Aly. And thanks for being my first love.
Your love, Greyson Michael Chance ♥ "
Aku membacanya dan menangis. Sesekali aku menghapus air mataku. Aku memandangi boneka teddy tersebut dan memeluknya, seakan-akan dia adalah seorang Greyson Michael Chance. Aku menengok ke jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 8.00. Lomba akan dilaksanakan pukul 9.00, maka aku harus bersiap-siap. Aku segera meletakkan boneka tersebut di tepi ranjangku yang bercorak pink. Aku menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, aku menghampiri ranjangku untuk memandangi boneka teddy itu sejenak dan menyelipkan surat dari Greyson di buku diaryku. Aku keluar dari kamarku dengan perasaan gembira. Aku sarapan dan segera berangkat. Saat aku keluar rumah, aku melihat rumah Greyson tetap sepi. Mobilnya tak ada.
"uhm.. mungkin dia sudah sampai. Sebaiknya aku berangkat sekarang" gumamku dan segera menuju ke mobilku.
"kau sungguh membuatku khawatir, Grey" gumamku.
Aku segera memakai jaketku dan hendak menuju rumah Grey. Setelah selesai memakai jaketku, aku segera berjalan menyeberang dan mencoba membuka pintu rumahnya. Oh iya, aku mempunyai cadangan kunci pintu rumahnya. Ia memberikannya saat aku pulang dari rumah sakit. Dan aku juga memberikannya cadangan kunci rumahku, karena aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Setelah masuk aku melihat rumah yang sangat sepi dan gelap. Aku juga tidak melihat tanda-tanda keberadaan Greyson. Aku pun segera menuju ruang pianonya, namun tidak ada seorang pun disana. Aku menengok ke jam dinding, waktu menunjukkan pukul 23.00. Aku duduk di bangku di depan piano Greyson dan mulai memainkan dan menyanyikan lagu berjudul Hello dari Lionel Richie. Aku memulai menekan tuts-tuts piano dan mengeluarkan suara indahku. Saat selesai, aku terdiam sejenak dan melamun senambi duduk di depan piano. Mataku berpaling saat melihat ada sebuat foto yang diletakkan di meja kecil di sebelah pianonya. Aku mengambilnya. Ternyata, itu adalah fotoku?! OMG! Foto ini kupasang di twitter. Apakah ia menyimpannya dan mencetaknya?! Ini sungguh aneh! Aku mencoba menghela nafas sejenak dan tiba-tiba...
"Alyssa Simpson? Is that you?"
Aku segera meletakkan foto tersebut dan menoleh. Ia.. ia.. ia Greyson! Ia terlihat sangat pucat. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan segera berlari dan memeluk Grey.
"Grey? Kemana saja kau?? Aku sangat mengkhawatirkanmu" ucapku sambil memeluknya sangat erat. Tubuhnya terasa sangat dingin. Dingin sekali. Ia pun melepaskan pelukanku dan menatapku dalam-dalam.
"I'm just.. nothing" jawab Grey sambil tersenyum paksa dan memelukku lagi.
"Just tell me Grey, I think you told me a lie"
"No sweetie" WHAT?! SWEETIE?!
"uhmm Grey..."
"yeah?"
"why do you save my photo?"
"what photo?"
Aku melepas pelukannya perlahan dan menunjuk ke arah meja kecil tersebut.
"oh, do not think about that, hahaha"
"ouhh Grey"
Tiba-tiba ia menggenggam tanganku. Tangannya terasa sangat dingin.
"Grey? Kenapa tanganmu dingin sedingin tubuhmu?"
Ia terlihat kaget namun tetap berusaha untuk tenang.
"uhm... nothing"
"what happened with you?? kenapa daritadi kamu bohong terus sih Grey?"
"aku gak bohong. Tapi ini adalah kenyataan"
"baiklah. Aku akan pulang"
Aku melepaskan genggaman tangannya namun ia menahanku,. Ia membalikkan tubuhku dan menciumku dengan lembut. Setelah selesai, ia berbisik, "Good night sweetheart, sweet dream, and good luck for tomorrow!"
Aku tersenyum sejenak dan berlari kecil meninggalkannya yang masih berdiri mematung di dalam kegelapan.
-esok hari-
Aku bangun dengan mata yang sangat berat. Aku mengucek-ucek mataku dan melihat ada sebuah boneka teddy bewarna soft pink yang sangat besar di atas meja belajarku. Aku menghampirinya dan mengambilnya.
"boneka ini cantik, siapa yang memberikanku ini?" bisikku. Aku pun melihat sepucuk surat yang terletak di dekat boneka teddy tersebut.
"Dear Alyssa Simpson ♥
Sorry I've made you like this. Sorry I've made you worry. Sorry I lied you yerterday. Sorry I was so upset when you hit me at the first time I met you. And sorry for everything.
Thanks for being my special girl. Thanks for always be my side. Thanks for the 1st kiss. And thanks for everything.
You changed all my days long. You're such a perfection. You're the most perfect girl I ever knew. You're the one.
Sorry I just tell you now. I'm in love with you at the moment when you sit on my side. I felt so pleasant at that moment with you. When Lala came and need my proof that you were my girlfriend, then I kissed you on your lips, I received and gave my 1st kiss to you, and so did you. Thanks for everything, Aly. And thanks for being my first love.
Your love, Greyson Michael Chance ♥ "
Aku membacanya dan menangis. Sesekali aku menghapus air mataku. Aku memandangi boneka teddy tersebut dan memeluknya, seakan-akan dia adalah seorang Greyson Michael Chance. Aku menengok ke jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 8.00. Lomba akan dilaksanakan pukul 9.00, maka aku harus bersiap-siap. Aku segera meletakkan boneka tersebut di tepi ranjangku yang bercorak pink. Aku menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, aku menghampiri ranjangku untuk memandangi boneka teddy itu sejenak dan menyelipkan surat dari Greyson di buku diaryku. Aku keluar dari kamarku dengan perasaan gembira. Aku sarapan dan segera berangkat. Saat aku keluar rumah, aku melihat rumah Greyson tetap sepi. Mobilnya tak ada.
"uhm.. mungkin dia sudah sampai. Sebaiknya aku berangkat sekarang" gumamku dan segera menuju ke mobilku.
"Waoww,
aku sudah siap dengan kompetisi ini! Pokoknya aku harus menang!!" teriakku saat ada di dalam mobil.
"pokoknya neng harus juara ya! hehehe" ucap pak sopir.
"sip pak"
"pokoknya neng harus juara ya! hehehe" ucap pak sopir.
"sip pak"
Setelah sampai, aku
berjalan menuju tempat perlombaan. Namun hari ini sedikit aneh rasanya. Karena, ternyata Greyson tidak ada disini! OMG! Sebenarnya dia kemana sih?! Dia telah membuatku khawatir sekali. Saat tengah berjalan, aku pun bertemu dengan Bu Doltie, guru yang paling kubenci.
“Bu,
tau Greyson dimana gak ya bu?”
“uhmm
apa kamu gak tau?!”
“nggak
bu”
“hlo,
kamu kan sahabatan sm dia kan?”
“iya”
“kok
gak tau?”
“dia
gak kasih tau”
“uhm.. begini.”
Bu Doltie mengantarku untuk duduk bersebelahan dengannya di salah satu kursi di bawah pohon.
"apa kamu yakin mau mengetahuinya?" tanyanya yang membuatku semakin curiga.
"i.. iya bu" jawabku ragu.
"sebenernya.."
"sebenernya apa bu? tolong beritau saya!"
"Dia sudah meninggal."
Seketika itu air mataku menetes walaupun ekspresiku menunjukkan rasa kebingungan dan tidak percaya.
"apa kamu yakin mau mengetahuinya?" tanyanya yang membuatku semakin curiga.
"i.. iya bu" jawabku ragu.
"sebenernya.."
"sebenernya apa bu? tolong beritau saya!"
"Dia sudah meninggal."
Seketika itu air mataku menetes walaupun ekspresiku menunjukkan rasa kebingungan dan tidak percaya.
“a..
apa?! Apa bu?! Dia meninggal?! kenapa?!”
“dia
kecelakaan pas dia mau beliin kamu boneka sebagai hadiah
karena kamu sudah keluar dari rumah sakit”
“gak
mungkin bu… kemarin aku menemuinya di rumahnya. Ia mengajariku dan melatihku bernyanyi dan bermain piano. Ia memelukku. Ia tersenyum padaku. Ia menggenggam tanganku. Dan ia, ia mencium bibirku” jelasku melemas.
“Sebenernya ibu juga masih gak percaya dengan semua ini. Ini mendadak. Saat perjalanan kemarin, ia mengendarai mobilnya sendiri dan ia kecelakaan. Ia tak sadarkan diri sambil terus menyebut-nyebut namamu. Dan akhirnya ia meninggal saat hendak dibawa ke rumah sakit. Namun
apa boleh buat? Semuanya sudah terjadi.”
Aku
masih terus menangis hingga tiba-tiba namaku dipanggil.
“ALYSSA
SIMPSON” aku segera berlari menuju atas panggung dan menyanyikan sebuah lagu
yang sangat sesuai dengan Greyson. Aku bernyanyi Purple Sky sambil membayangkan
kisah-kisah indah kita semasa lalu. Dan air mataku dan penghayatanku sangat
bagus.
Hingga
akhirnya pengumuman kejuaraan pun dibacakan. Aku pun mendapat peringkat ke-2,. Walaupun
kurang sempurna, namun 2 besar tetap bagus.
***
Aku berjalan secara berhati-hati. Ini sudah 10 tahun setelah kematian my first love, Greyson. Aku juga sudah sembuh dari penyakit mematikanku ini. Pasti kalian bingung, kenapa leukemia bisa disembuhkan? Hahaha jawabannya adalah aku tidak tau. Aku pikir ini adalah sebuah keajaiban. Sebuah anugrah dari-Nya.
Aku terus berjalan menyusuri makamnya sambil membawa surat terakhirnya di sakuku dan boneka teddy yang ia berikan padaku 10 tahun yang lalu. Aku berhenti ketika mendengar seorang laki-laki memanggil namaku.
"Alyssa!"
Aku menoleh ke belakang dan dia adalah... Greyson Michael Chance, my first love♥! Ia terlihat sangat bersih dan ia mengenakan pakaian serba putih. Wajahnya sangat bersih dan menawan. Aku terkejut sekali melihatnya.
"I bet you're looking at me" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menghampiriku.
Aku terkejut melihatnya. Namun ia tetap berjalan mendekatiku. Ia pun mendekapku sambil berbisik, "I love you so much, Aly. I can't stop loving you"
Aku menangis di dekapannya dan berbisik, "I love you more that everything"
"And I love you more than my life" jawabnya.
Ia melepas pelukanku sambil tersenyum 'maut' ke arahku. Ia pun mencium pipiku dan berbalik dan berjalan meninggalkanku. Saat aku mengedipkan mata, ia sudah tak terlihat lagi.
Aku tersenyum dan berkata, "good bye Greyson!"
Aku kembali melanjutkan perjalananku.
~THE
END~
0 comments:
Post a Comment