*Marceline POV*
“Steve,...” teriakku dari kejauhan.
“apa?” tanyanya.
Aku berjalan mendekat dan mencium
pipinya.
“uhm.. maksudmu apa ya?” tanya
Steve.
“udahlah,, terima aja. Good night,
sleep well!”
“uhm.. thanks! Be careful, honey!
<3”
“thanks <3”
Aku berjalan menjauh dan melihat Steve
tersenyum dari kejauhan. Aku pun segera menarik koperku dan segera masuk ke
dalam pesawat.
Hey guys... Namaku Marceline
(dikutip dari nama lengkap saya sendiri :p) . Aku biasa dipanggil Mary. Entah
mengapa namaku bisa berubah sejauh itu, aku pun tak mengetahuinya.
Oh ya, Steve itu pacarku yang super
dupeeerrr gantengg… Dia itu idolanya cewek-cewek 1 SMA. Tapi tak kusangka, ia
malah jatuh hati denganku. Hhahaa menurutnya sih aku itu cute, cantik, tapi
kurasa dia berbohong. Namun apabila dilihat dari sorotan matanya, kurasa ia tak
berbohong. Dia itu adalah ketua OSIS di SMAku dan dia juga kapten tim basket.
Pokoknya dia itu perfect banget deh menurutku <3. Okay, back to story…
Aku berjalan ke arah pesawat. Ya,
ini adalah perjalanan malam pertamaku dalam pesawat. Aku pun sampai di dalam
pesawat dan segera duduk di seat yang dekat dengan jendela. Aku menyukai
pemandangan malam. Pesawatku pun lepas landas dan aku menitikkan sedikit air
mataku. Aku mulai merenung. Membayangkan tentang kisah cintaku dengan Steve.
Kurasa aku merindukan Steve. Padahal baru beberapa menit aku tak bertemu
dengannya, haha.
-skip-
“Mary, bangun” bisik seseorang.
Aku membuka mataku perlahan dan dia
adalah ibuku.
“Mary, sudah sampai” ucapnya lagi
sambil tersenyum.
“iya ma, makasih udah bangunin aku”
jawabku.
“udah seharusnya dan sepantasnya”
“hahaha bahasanya lucu”
Aku pun melepas sabuk pengamanku
dan mulai beranjak dari kursi empuk ini.
“Hello Paris, wish I can have a
great holiday in here!” teriakku sambil merentangkan kedua tanganku.
Aku kembali menyeret koperku dan
berjalan mencari taxi. Aku berjalan bersama ibuku. Oh iya, kami ke Paris bukan
karena suatu urusan, melainkan untuk liburan. Ini adalah hadiah ulang tahunku.
Hahaa. Setelah mendapati sebuah taxi, aku dan ibu segera memasukkinya dan kami mulai
meninggalkan bandara.
Kubuka ponselku, tak ada telepon
yang masuk. Namun terdapat 1 sms yang belum aku buka. Aku pun membukanya.
“dari siapa Mar?” tanya ibu.
“hehehe, Steve ma…” desahku.
Aku mulai mengetik balasan untuk
dikirim ke Steve.
Beginilah bunyi smsnya, “good
morning Mary, how was your night? Wish you have a great holiday there..”
Aku pun membalasnya, “thanks Steve,
love you.. text you later…”
Ia kembali membalasnya, “it’s okay
sweetie… <3 u 2”
Aku tertawa membacanya dan segera
memasukkan ponselku ke dalam tasku.
Aku mengambil kamera polaroid dari
dalam tas ku dan aku memotret diriku sendiri. Ibu tersenyum melihatku yang
bertingkah sedikit alay saat memotret diriku sendiri.
“we arrived” ucap sopir taxi yang
mengejutkanku hingga membuat kameraku hampir terjatuh.
Aku menganga. Aku berada di depan
menara eiffel. Tempat yang menjadi idamanku selama ini. Aaaaa... seandainya ada
Steve disini.
Ibuku segera membayar taxi-nya dan
kami berjalan menuju ke dekat menara eiffel. Aku pun duduk di salah satu bangku
disana dan mulai mengambil beberapa fotoku menggunakan ponselku. Aku pun
menguploadnya ke instagram dan tak lupa aku meng-tag-nya ke Steve. Beberapa
menit kemudian, ia meng-comment fotoku tersebut.
Beginilah bunyi comment-nya: “aaaa
you’re so pretty… #proudtobeyourbf <3 ”
Aku tertawa kecil dan membalasnya,
“hahaha thanks… <3”
Aku kembali memasukkan ponselku ke
dalam tasku dan mulai berjalan-jalan di sekitar menara eiffel.
“sini, mama foto!” ucap ibu tiba-tiba.
“hahaha iyaa,, motonya sampe
keliatan seluruh bagian menaranya yaaa hehehe”
“iya-iya”
Ibu pun mengambil fotoku dan aku
bergaya aneh di depan menara tersebut.
Ya, orang-orang menatapku tajam.
Mungkin mereka mengiraku gila. Karena aku bergaya-gaya aneh sendiri, mungkin.
Hahaha.
“ma, sudahlah, orang-orang sudah
menganggapku gila” ucapku memelas.
“haha, mereka tak menganggapmu
gila, tapi mereka menganggapmu cantik, hahaa”
“ah mama”
Aku pun memutuskan untuk kembali
duduk di tempat yang tadi.
Seketika mataku melotot melihat ada
sebuah kios kecil yang menjual hotdog. Oh iya, hotdog adalah makanan yang
paling aku sukai.
“mamamamaa” teriakku.
“apa to?”
Aku tak menjawabnya, namun aku
hanya menunjuk ke arah kios hotdog tersebut. Ibu tersenyum dan langsung menggandengku
untuk menuju kios hotdog tersebut.
Oh iya, kopernya masih aku bawa,
ingat itu! *hloh?* ._.
Ibu, *ahh pake mama aja deh ya?*
maksudku mama, ia segera memesan 2 hotdog dan kami pun memakannya bersama-sama.
Oh iya, itung-itung breakfast gitu deh :9.
Setelah selesai memakan hotdog,
mama juga membelikan kami 2 gelas soda. Saat aku sedang berdiri sambil membawa
sodaku, tiba-tiba ada seorang laki-laki tinggi dan tampan menabrakku dari
belakang. Dan ini menyebabkan soda yang tadinya aku pegang jatuh ke tanah dan
menyiprat kemana-mana, termasuk ke bajuku dan baju anak laki-laki itu.
“I’m so sorry” ucap laki-laki
tersebut terbata-bata.
“uhh.. look at what you did! You
make my favorite shirt dirty!” bentakku.
“I’m so sorry, I didn’t mean to do
that to you, but it just…”
“it’s okay” jawabku melemas sambil
terus menatap noda soda yang ada di baju favoritku.
“kalo gak keberatan, aku bisa ajak
kamu dinner malam ini. Itung-itung buat gantinya”
“watdahel what are you thinking
about?! I just arrived and I’m so tired!” bentakku lagi.
“and this… you make my shirt
dirty!” lanjutku.
“aku kan udah minta maaf kan, galak
banget._.”
“okay-okay, please stop fighting!”
ucap mama tiba-tiba.
Aku dan anak laki-laki tersebut
langsung mengalihkan pandangan kami ke arah mama.
Mama hanya tersenyum dan berkata,
“gapapa Mar, toh maksud dia baik kan? Terima aja. Mama suka kok kalo kalian
bisa berteman”
“mama?” ucapku terkejut.
“iya gapapa” jawab mama.
Laki-laki tersebut tersenyum nakal
di depanku.
“hahaha so, my princess, accept my
request?” godanya.
“request?!”
“yeah. Would you dinner with me?”
“it’s okay” jawabku mulai melemas.
“hahaha I’ll take you”
“but, aku belum booking hotel”
*jangan netiv*
“hahaha sini ikut aku, aku cariin
hotel yang sesuai denganmu” *jangan netiv*
Aku mengangguk sambil memegang
koperku. Mama tersenyum sejenak dan mengikuti laki-laki tersebut.
Ternyata anak tersebut mengendarai
mobilnya sendiri. Dan ia mengajak kami untuk masuk ke mobilnya. Kami pun tak
menolaknya.
“what’s your name, sweetie?”
ucapnya tiba-tiba yang membuatku terkejut. Ia memanggilku sweetie? Omg. Kita
baru bertemu!
“I’m Marceline”
“what a beautiful name, like its
owner”
“thanks. And how about you?”
tanyaku balik.
“I’m Greyson”
“oh”
“yeah. Nice to meet you, guys” ucap
Greyson.
“you’re so kind” ucap mama
tiba-tiba.
“haha thanks mom” jawabnya. What?!
Dia manggil mama mom?? Dia pikir dia siapa?!!
Aku mulai merasa kurang nyaman
karena tingkahnya tersebut. Ia sangat “KEPEDEAN” mungkin.
“yeah” jawab mama.
“nah,, arrived!” ucap Greyson
tiba-tiba. Waaahh, dia membawa kami di sebuah hotel yang amat mewah.
“ini kemahalan Grey…” ucapku.
“gak kok, hotel ini murah tapi
mewah. Makanya aku bawa kalian kesini”
“hahaha makasih” jawabku datar.
“anytime, sweetheart”
Ia turun dari mobilnya dan mulai
membantu kami membawakan koper kami.
-skip-
Setelah kami selesai booking, Grey
pun segera berpamitan dengan kami berdua.
“alright, I must go now, my mom
called me just now. And I’ll take you later… give me your number?” tanya Grey.
“of course… it’s 0856xxxxxxxx”
“thanks bye!”
Greyson pun meninggalkanku dan
mama.
“Mar, anak itu baik banget ya” ucap
mama.
“gak juga tuh mah, biasa aja. Masih
baik Steve… oh iya Steve!”
“hah?!”
“aku lupa gak ngabarin dia kalo aku
udah di hotel…”
“ah, nanti aja ngabarinnya.
Sekarang kamu tidur aja, nanti malam kan mau diajak Greyson dinner..”
“ahh mama”
“hahaha”
Aku pun segera berbaring di tempat
tidur dan meninggalkan mama yang masih merapikan barang-barangnya dan
mengeluarkan pakaian-pakaian dari dalam koper.
Aku terlelap dalam dunia mimpi yang
indah.
“Mar, bangun”
Aku mulai membuka mataku perlahan.
“ada apa ma?”
“buruan Greyson udah datang jemput
kamu…”
“hah?! Aduh aku belum mandi maa…”
“hahaha sana buruan mandi, ntar dia
mama ajak ngobrol-ngobrol dulu aja”
“ya ma..”
Aku segera mengambil simple dressku
yang sudah disiapkan mama. Aku masuk ke kamar mandi dan mandi. Dari dalam kamar
mandi, aku mendengar percakapan mama dan Greyson secara samar-samar. Kurasa
mereka sedang membicarakanku, haha.
“mom, Marceline itu cantik banget
yaa…” suara Greyson mulai terdengar.
“hahaha memang. Tapi kekurangannya
Cuma 1”
“apa?”
“dia itu keras kepala. Hahaa”
“iya bener banget.”
“oh iya, kamu darimana? Kok kayanya
kamu bukan orang Paris asli?”
“iya memang bukan, aku dari LA”
“ohh brarti dari Amerika ya?”
“iyaa…”
“kok bisa disini?”
Greyson menarik nafas panjang lalu
mengehembuskannya.
“ceritanya gini, aku itu sebenarnya
bukan orang biasa”
“nah, trus?”
“aku itu penyanyi”
“what?! Hla kok bisa nyasar sampe
sini?”
“hahaha itu dia masalahnya. Aku itu
nekad bawa mobil sendiri waktu di menara eiffel. Terus kemarin aku nabrak
Marceline karena dikejar-kejar fans. Dan ya, sebenarnya aku juga tinggal di
hotel ini. Namun aku gak berani ngungkapinnya ke Marceline.”
“kenapa gak berani?”
“ya nanti kalo dia tau kalo aku
penyanyi, ntar dia sebar lagi..”
“hahaha dia gak ember”
“oh yaudah deh..”
“nah, ini kamu nanti dinner sama
Marceline juga gak ditemenin sama bodyguard?”
“nggak, ini aku kabur lagi dari
mereka”
“hahaha yaudah, ntar jaga Marceline
baik-baik ya”
“iya mom”
Begitulah bunyi percakapan mereka
yang bisa aku dengar. Aku segera keluar dari kamar mandi dengan menggunakan
simple dress ku.
Aku melihat Greyson menatapku dari
rambut sampat ujung kaki.
Aku hanya tertawa kecil melihat
tingkah konyolnya.
“hahaha what are you doing,
Greyson? I’m beautiful, isn’t it?” godaku.
“no you’re not just beautiful, but
perfect. Oops”
“hahhaa keceplosan ya? Kasian… aku
tau kok”
“ihh kamu. Yaudah atur rambut kamu
dulu gih! Atau perlu aku antar ke salon?”
“ahh gak gak gak usah” jawabku
gugup. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa gugup.
“hahaa yaudah buruan”
“iyee..”
Aku pun meminta mama untuk mengatur
rambutku. Mama menggerai rambutku dan mama memasangi sedikit hiasan berbentuk
bunga di rambutku.
“nahh, you look soooo beautiful”
puji mama.
“hahaha thanks.. aku pergi du;u ya
ma..”
“iya, hati-hati yaa..”
“tenang mom” ucap Grey tiba-tiba
dan ia langsung menggandeng tanganku.
Sesampainya di mobil, ia bertanya
padaku. Wajahnya terlihat serius.
“uhm.. Marceline, what do you think
about me?”
“why are you asking about it?”
“it’s nothing. I just ‘kepo’”
“hahaha you’re kind, nice, and
handsome”
Ia tersenyum lega.
“and what will you do if I’m a
famous person?” tanyanya.
“udahlah Grey, aku tau kali. Aku
itu tau kamu penyanyi. Udah kan?”
ia terlihat sedikit bingung.
ia terlihat sedikit bingung.
“darimana kamu tau?” tanyanya.
“aku denger percakapan kalian”
“omg.”
“what?”
“nothing. I’m afraid.”
“afraid of, what?”
“aku takut kalo kamu mau berteman
denganku Cuma kerena itu”
“haha ya gak lah Grey..”
“uhm.. bagus deh”
Aku melihat pemandangan di Paris
pada malam hari. Ini sungguh awesome…
“Mar…” desahnya.
“iya?” tanyaku.
“gapapa deh.”
“ihh”
“hahhaa we arrived”
“aww really?”
“yeah..”
Greyson pun keluar dari mobilnya
dan menggandengku keluar. Restaurantnya tampak angker.
“Uhm.. Grey? Kenapa kok creepy
banget ya tempatnya?”
“ahh gak juga.. sini..”
Greyson pun menutup mataku
menggunakan kain bewarna merah dan ia menuntunku berjalan memasukki restaurant
yang menurutku cukup ‘angker’ tersebut.
“yeahh sweetie, open your eyes!”
ucap Grey seraya melepaskan kain yang menutupi mataku tersebut.
“omg Grey.. did you decorate it?
OMG!” ucapku.
Restaurantnya ternyata tak seburuk
yang kukira. Ternyata ini sungguh indah. ini tak anger, ini, ini, ini luar
biasa! Aaa kok rasanya jantungku jadi dag-dig-dug gini ya? Padahal aku kan sudah
punya Steve. Hah? Steve? Oh iya aku lupa belum mengabarinya!
“Grey,, I’m gonna go to toilet..
may I?” tanyaku.
“ofc, why not?! I’ll wait you here”
“okay.. it won’t take many minutes”
“okay”
Aku pun meninggalkan Greyson yang
duduk di kursi de tengah restaurant tersebut. Tak kusangka, ternyata ia telah
mendekorasinya. Dan kurasa restaurant ini sudah ia pesan, khusus untuk kami
berdua. Ya, SPECIAL FOR BOTH OF US!
Aku segera menuju toilet dan
membuka ponselku. Terdapat 6 missed calls dan 9 messages disana. Wahh, apakah
Steve marah denganku? Aku sangat khawatir..
Aku pun memutuskan untuk
menelponnya.
*otp*
“he.. hello?” ucapku sedikit ragu.
“yeah. Is this Mary?” tanya seorang
laki-laki di balik telepon tersebut. Ya, dia adalah Steve.
“yes I am. What’s going on? I’m so
sorry I was sleeping just now. I’m so tired..”
“it’s no problem sweetie.. I just
want to tell you a bad news. Really bad news”
“what news? Don’t make me worry
like this.. oucch please tell me!”
“I… I..”
“you what?”
Aku semakin khawatir. Karena Steve
berkata sambil terbata-bata dan dia bilang dia punya berita yang amat sangat
buruk. Apa itu?
“I..”
“ohh Steve please just tell me! I’m
your gf! Don’t you remember?” ucapku. Karena aku jantungku berdegup semakin tak
karuan. Aku yakin berita tersebut sangat buruk sehingga membuat Steve tak
berani mengatakannya. Dan ia tak pernah bersuara terbata-bata seperti ini. Ini
adalah yang pertama kali! Ia mengucapkan kalimatnya dengan terbata-bata. Ini
semakin membuatku khawatir.
“Steve?” tanyaku lagi. Ia tak menjawabnya.
Aku hanya dapat mendengar suara hembusan nafasnya dan.. wait? Isak tangisnya??
Ia menangis?? Aku yakin, dia tidak baik-baik saja! Omg!
“Steve! Just tell me…” ucapanku
dipotong olehnya.
“yeah. I got cancer” suaranya
melemah. Isaknya menjadi-jadi. Dan ini juga membuatku sedikit terkejut.
“you.. you.. you what?”
“I got cancer. Yeah, cancer. You
know what? My life is not long..”
“aww please my boy, you kidding me
right? Aha”
“noo hun, I never lie you.
Remember?”
Aku mulai menangis. Tangisanku
pecah seketika. Ya aku tau, dia tak pernah berbohong. Kenapa begitu cepat?
“ta.. tapi.. kok amu bisa kena
kanker? Gimana ceritanya?” tanyaku sambil terus menangis.
“jangan nangis dong Mar, dengerin
dulu..”
“ta.. tapi…”
“no matter what happens, I will
always be stranded on your heart”
“Steve..”
“ya, kemarin setelah aku pulang
dari bandara, tiba-tiba aku pusing dan mimisan. Karena mom khawatir, aku pun
dibawa ke doktor. Dan doktor pun bilang kalo ini adalah penyakit serius dan ia
juga menyuruhku untuk periksa di rumah sakit. Mom pun membawaku ke rumah sakit.
Dan ya, hasil tesnya keluar sore ini. Dan ternyata, aku terdeteksi kanker”
jelas Steve panjang lebar.
“kanker apa?”
“kanker darah. Dan kankerku
tergolong..”
“tergolong?”
“ganas”
“omg.. so.. berapa lama kamu bisa bertahan?
Uhm.. maksudku, dokter memvonismu..” ucapanku kembali dipotong oleh Steve.
“2 minggu”
“2 minggu? Segitu cepatkah?!”
“ya, itu hasilnya”
“pa.. pada.. padahal.. aku baru
pulang dari Paris 2 minggu lagi..”
“iya aku tau kok. Mungkin pertemuan
kita kemarin di bandara adalah pertemuan kita yang terakhir”
“Steve.. please jangan ngomong gitu
dong.. aku tau kok kamu itu laki-laki yang kuar, tangguh, dan aku yakin kamu
bisa ngalahin penyakit itu”
“kali ini nggak Mar, ini adalah
penyakit yang serius. Dan kamu juga tau kan, sudah banyak orang yang meninggal
karena terserang penyakit kanker. Dan kankerku bukan sembarangan, melainkan
kanker darah yang tergolong ganas, dan aku sudah memasukki stadium 3!”
“tapi.. kenapa kamu baru tau
sekarang?”
“aku juga gak tau. Baru ketahuan
tadi. Tapi sebenernya dari dulu aku memang suka mimisan. Tapi aku gak berani
bilang ke kamu. Takutnya kamu khawatir”
“iya itu dulu, tapi apa kamu gak
mikir kalo nanti kamu gak ada, terus aku sama siapa? :”””( “
“tenang. Aku udah punya temen yang
dengan senang hati mau menerima kamu sebagai pacarnya kok”
“siapa dia?” tanyaku penasaran.
“nanti kamu juga tau. Dia bukan
orang indonesia sih, dia american”
“kok kamu bisa kenal dia?”
“yahh, lewat twitter. Aku sudah
sahabatan sama dia 5 tahun. Apa kamu gak tau?”
“nggak lah. Kenapa kamu gak pernah
cerita?”
“karena kurasa mungkin kamu akan
lebih tertarik dengannya apabila aku memberitahumu…”
“kok bisa?”
“dia lebih perfect dari aku..”
“mm…”
“ya?”
“I miss you.. I really want to hug
you!”
“me too Mar, but you’re in Paris
now!”
“yeah..”
“Marceline? Kamu gak apa-apa kan?”
suara Greyson terdengar samar-samar.
“ohh my friend just call me.. bye!
Call you later!” ucapku ke Steve.
“okay honey!”
“GWS..”
“thanks… love you!”
“love you too”
*call ended*
“yeah Grey..” teriakku dari dalam
toilet. Aku segera menghapus air mataku yang sedikit membasahi pipiku. Aku tak
menyangka bahwa Steve akan terserang penyakit yang paling kutakuti, kanker.
“kenapa lama banget sih?” tanya
Greyson sambil tersenyum.
“heheh maap yah tadi aku telpon
Steve..” jawabku.
“Steve, siapa?” raut wajah Greyson
terlihat sedikit terkejut dan dia juga terlihat sedikit kecewa. Namun ia
berusaha menutupinya dengan terus tersenyum. But I know that his smile is fake!
“dia..” aku sedikit ragu untuk
mengakuinya. Mata Greyson melebar, tanda ia mulai mengkepo(?).
“dia pacarku” lanjutku setelah
menghela nafas beberapa saat.
“pa.. pacarmu??” tanya Greyson dan
ekspresi wajahnya berubah 90˚. Omg..
“iya. Emang kenapa?” tanyaku balik.
“eng.. enggak kok..”
“yaudah. Eh aku laper nih, boleh
makan gak?”
“eh iya boleh, maaf ya tadi aku
kepo…”
“iyaa gapapa..”
-skip-
Selesai dinner, Greyson pun
membawaku kembali ke hotel.
“thanks for the dinner..” ucapku.
“anytime, sweetie…”
Aku berjalan perlahan dan aku
merasa Greyson masih menatapku dari dalam mobilnya. Sesekali aku menengok ke
belakang namun Greyson hanya berpura-pura tidak melihat. Uh, sebenarnya dia
kenapa sih?
*Greyson POV*
Aku masih berada di dalam mobil dan menatapnya
yang berjalan dengan sangat anggun tersebut. Ia sungguh cantik dan sexy *oops*.
Aku pun menunggunya hingga ia benar-benar tak terlihat. Aku pun segera
memarkirkan mobilku di tempat parkir dan masuk ke dalam hotel. Ya, sebenarnya
aku 1 hotel sih sama Marceline. Cuma aku tak mau mengakuinya.
Aku membuka twitterku dan ya
seperti biasa, banyak sekali enchancers yang meminta followback dariku. Aku
hanya memilih 2 enchancers dan men-stalk nya sejenak lalu meng-klik tombol
follow nya. Tak lama kemudian, aku melihat mereka menulis “thanks Greyson”. Aku
tersenyum dan aku pun membuka Direct Messages ku. Ya seperti biasa juga,
terdapat banyak sekali DM yang masuk. Aku mencari username Steve salah satu
sahabat twitterku karena aku sangat rindu dengannya. Namun aku tak kunjung
menemukannya. Karena merasa muak, aku pun memutuskan untuk langsung mengunjungi
account nya dan aku meng-stalk nya sejenak. Ia hanya tweet 1x hari ini. Aneh
sekali, kubuka DM nya dan ia juga tak membalasnya. Apa yang terjadi dengannya?
Aku jadi khawatir. Aku mencoba me-mention dia, “what happened, bro? reply my
DMs please (:” . tak lama kemudian, ia membalas mentionku, “something terrible
just happened to me. Check ur dm, I’ve dm’ed u” . aku tercengang sejenak untuk
memahami kalimatnya. Eh? Dia bilang ada sesuatu yang terrible terjadi padanya?
Aduh. Aku pun dengan cepat dan kilat langsung meraih laptopku dan membuka DM.
karena sebelumnya aku hanya on lewat iPhone.
Ini bunyi Dmnya:
G: “what happened bro? reply my dms
pls”
S: “idk, I just can’t believe it”
G: “believe about what? Tell me x”
S: “i..”
G: “what? Please do not make me
worry”
S: “I got cancer. A blood cancer.
And my time is just 2 weeks. And..”
G: “omg.. how did it happen?!”
Aku semakin khawatir dengan Steve.
Karena aku masih bingung. Kok dia bisa kena kanker?
S: “…..”
G: “Steve pls reply me,. I’m ur
bro, remember? We’re bestfriends since 2008”
S: “yeah I know.. I just want to
ask you something. And it’s very important”
G: “okay, ask me!”
S: “how if I dead?”
G: “ahh bro don’t say that!”
S: “but I think I’m gonna die, a
few days later. And I just..”
G: “just what?”
S: “kamu tau kan tentang si Mary?”
G: “Mary? Marceline maksudmu?”
S: “iya.. dia lagi di Paris
sekarang.. dan kau tau, rasanya berat sekali ninggalin dia”
What? Marceline? Paris? Apakah
Marceline yang baru aku kenal adalah pacar Steve? Oh iya dan aku baru ingat!
Marceline bilang kepadaku bahwa pacarnya bernama Steve. Ya, tidak lain ternyata
Marceline yang aku kenal adalah Marceline milik Steve!
G: “aku mau terus terang”
S: “terus terang apa?”
G: “waktu aku tour di Paris ini,
aku ketemu sama cewek cantiiikkk banget –c-“
G: “-c- dan cirinya itu sama kaya
yang kamu kasih tau ke aku.. dan namanya –c-“
S: “namanya?”
G: “ya, Marceline.. dan maafkan
aku, tapi kurasa aku menyukainya, dan aku baru saja mengajaknya dinner..”
S: “ah itu bukan masalah (;”
G: “uh?”
S: “itu dia yang akan kubicarakan.
Aku mau titip Marceline ke kamu <3”
G: “maksud?”
S: “itu sudah jelas, Grey. Aku
yakin Marceline lebih menyukaimu daripada aku –c-“
S: “dan kamu juga menyukainya
bukan? Yaudah, kalian jadian aja. Toh waktuku juga gak lama lagi”
G: “Steve-_- I’m not hurting my
bro!”
S: “you’re not hurting me. Please?
Help me?”
G: “okay. Tapi, apakah aku harus ke
Indonesia untuk menemuimu?”
S: “ah tidak perlu”
G: “but. You’re my bro and I think
I must go there! Tell me your address”
S: “you’re too kind.. okay… Jalan
Wow No 11 Jakarta”
G: “thanks.. I’ll take Marceline
too”
S: “nooo.. Marceline is having
holiday there.. I won’t break her holiday”
G: “but, she said that she miss you”
S: “ah really?”
G: “did I ever lie you?”
S: “no, ahaha thanks! I must sleep
now bye!”
G: “get well soon. I’ll be there
soon <3”
Ya itu adalah isi percakapan kami
berduan. Ya kami memang sudah bersahabat sejak 5 tahun yang lalu (2008) sebelum
aku menjadi penyanyi terkenal. Ya, dia benar-benar sahabat twitter terbaik yang
pernah aku punya. I <3 him. Tapi aku tak menyangka, dia kanker! Dan dia
berkata bahwa umurnya hanya tinggal 2 minggu lagi. It’s too short omg. Dan aku
juga tak tau bahwa ternyata Marceline yang kukenal adalah perempuan yang selama
ini selalu Steve ceritakan kepadaku. Apakah ini sebuah ‘takdir’? Entahlah,
nobody knows.
Aku pun mematikan laptopku dan
menaruhnya di meja. Aku tertidur pulas di ranjangku.
-next morning-
Aku bangun tidur dan segera menuju
ke kamar Marceline. Oh ya, lebih singkatnya, aku pangiil dia Mary.
*toktoktok*
“ohh yeah come in” suara khas Mary
terdengar dari dalam. Aku membuka pintunya yang kebetulan gak dikunci.
“good morning Mary” sapaku.
“eh Grey, yeah..”
“eh, what are you doing with those
bags?”
“I’m packing”
“where will you go?”
“I’m going to go back to Indonesia.
I must with Steve”
“ohh Steve.. may I coming?”
“you mean, you will go to Indonesia
with me?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Jantungku berdegup
kencang tak tau mengapa._.
“if you don’t mind” jawabku sambil
tersenyum tipis.
Ia membalas senyumanku dan ia
berkata, “NO!”
“why?”
“you must finish your tour first..”
“i.. I can delay it..”
“what?! Are you crazy? Do you want
to make your enchancers crying and screaming and whatever because you delay
your tour?!” bentaknya.
“no. but I have an important event
there”
“what event?”
“it’s.. it’s a secret!” jawabku
canggung.
“ohh okay._.”
“may i?”
“no,”
“c’mon…”
“whatever”
Yay! Akhirnya Mary mengijinkanku
untuk ikut dengannya ke Indonesia. Apabila aku ikut Mary, aku kan tak perlu
susah payah mencari alamat rumah Steve. Aku hanya perlu mengikutinya saja.
“thanks Mary..” ucapku. Aku pun tak
segan-segan mencium pipi Mary. Ya, mencium pipinya <3. Pipinya pun memerah
seperti apel setelah kucium. Haha.
“hey what did you do?! Aku udah ada
yang punya Greyyy…”
“Steve kan?”
“iya.. kok kamu tau?”
“kan kamu yang bilang”
“oh”
“yaudah aku packing juga yaa”
“iya buruan, pesawatku taking off 2
jam-an lagi.”
“iyaa”
Aku segera berlari keluar
meninggalkan kamar Mary dan segera meminta ijin kepada mom dan Staci. Tak kusangka,
mereka mengijinkanku omg.
“I’m ready” ucapku sambil membawa
koperku.
“yeah. C’mon”
Aku mengikuti Mary dari belakang
dan setelah selesai, kami berdua pun masuk ke pesawat.
Mengapa hanya berdua? Karena mom
nya Mary mau liburan di Paris dulu #egois
Kami duduk bersebelahan.
-skip-
-Indonesia-
“welcome to Indonesia, wish you
have the best experience here” ucap pramugari ramah kepada kami setelah pesawat
kami mendarat dengan selamat.
“nahha ayoo..” ajak Mary.
“eh iya tunggu tunggu!”
Sepanjang perjalanan, banyak
enchancers yang menatapku. Namun aku tetap berusaha untuk tenang dan tidak
menggubrisnya. Karena aku sudah memakai kacamata hitam dan jaket tebal. Semoga saja
mereka benar-benar tak mengenaliku.
“rumah sakitnya dimana ya, Mar?”
tanyaku.
“udah ikut aja. Ini aku juga mau
langsung ke rumah sakit. Ikut ya..”
“iya”
Aku pun ikut dengan Mary untuk
menjenguk Steve di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit yaitu di ruang 304,
kami berdua pun masuk ke ruangan tersebut dan melihat seorang laki-laki kinda
handsome yang terbaring lemah di atas ranjang.
“Steve?” sapa Mary.
Steve membuka matanya perlahan dan
tersenyum. Mary segera mengambilkanku tempat duduk dan ia juga mengambil tempat
duduk untuk ia duduki di sebelah Steve.
*Marceline POV*
“Mary.. kenapa kok..”
Ucapan Steve kupotong, “iya Steve. Aku
khawatir banget sama kamu. Jadi aku lebih milih pulang ke Indonesia aja. Daripada
ntar aku di Paris malah depresi mikirin keadaan kamu”
“ya ampun Mar, kamu gak perlu
segitunya kali. Aku gapapa kok J”
“jangan bohong dong! Aku Cuma mau
nemenin kamu aja” aku menggenggam tangan Steve dan mencium keningnya.
“gws ya Steve..” bisikku.
Steve tak menjawab sepatah kata
pun. Ia hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambutku. Tiba-tiba ia berhenti
mengacak-acak rambutku.
“wait, who is that guy?” tanya
Steve tiba-tiba.
Greyson yang daritadi bengong pun
merasa terpanggil(?). ia berdiri dan tersenyum ke arah Steve. Steve terlihat
kebingungan dan mengingat-ingat sesuatu.
“Grey.. Greyson?” tanya Steve
tiba-tiba. Wait, kenapa Steve bisa tau sih kalo dia Greyson? Aku aja awalnya
gak tau._.
“hey bro!” Greyson tertawa dan
memeluk Steve.
“heyy you really come here omg”
“yeah.. I’ve told you yesterday,
don’t you read?”
“hey I read it. And I replied it
too bwahahaa. Hey bro, you look more handsome than your icon and photos”
“aahhh wait! You guys, kenapa
kalian bisa saling kenal sih?!” teriakku di sela-sela mereka. Mungkin ini
kedengarannya tidak sopan. Namun rasa ‘kepo’ku memang tak bisa dikalahkan.
“hahaha sweetie, aku sudah titipin
kamu ke Greyson kok ;)” ucap Steve melemah.
“hey jangan bilang gitu dong! Kamu gak
akan tinggalin aku kan? Iya kan?”
“yes I will. Sorry, but it’s the
plan for me”
“Steve.. please.. jangan ngomongin
itu dongg…”
Steve hanya tersenyum.
“bye Mary..” ucapnya tiba-tiba
sambil menggenggam erat tanganku.
Ia terlihat menahan kesakitan.. aku
tak tega melihatnya…
“and bye Greyson.. thanks for being
my bestfriend for 5 years..” ucap Steve.
“you too, Steve. Please don’t leave
us!” jawab Greyson dengan wajah kepanikannya.
“5 years?” tanyaku.
Steve mengangguk pelan dan
genggaman tangannya mulai mengendur. Matanya mulai melemah dan menutup secara
perlahan.
“Stevee…. Pleaseee… don’t leave
meee…. I love youuuu….”
Dan *TIIITTTTT*
Steve telah meninggalkanku dengan
Greyson sendirian. Sekarang apa?!
-skip-
-funeral day-
Hari ini hari pemakaman Steve. Tak kusangka,
pertemuanku dengan Steve sangat singkat. Dan kalian tau? Greyson juga
menemaniku di acara pemakaman Steve. Greyson sudah menceritakan semuanya
kepadaku. Tak kusangka, ia sudah bersahabat dengan Steve selama 5 tahun melalui
twitter. Dan mereka bersahabat sebelum Greyson menjadi terkenal seperti
sekarang.
Greyson juga memberitahuku bahwa
Steve sering menceritakan tentangku kepadanya. Dan Steve juga pernah
mengiriminya fotoku. Dan Greyson menyukainya sejak pertama kali ia melihat
fotoku. Tak kusangka. Tak kusangka. Tak kusangka. Takdir. Hingga aku dan
Greyson dapat bertemu di menara eiffel, dinner bersama, sampai Greyson ikut ke
Indonesia untuk menemui Steve untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya. Dan
pada akhirnya semua terbongkar. Steve juga sudah merelakanku untuk menjadi
milik Greyson. Karena Steve tau, aku lah yang cocok bagi Greyson. Dan Steve
tau, Greyson sudah menyukaiku sejak pertama ia melihat fotoku. Waktu berjalan
sungguh cepat, hingga akhirnya Steve dipanggil oleh-Nya untuk menghadap-Nya. Memang,
aku sedikit tertarik dengan Greyson di kala pertama kali kita bertemu. Namun aku
tak pernah menyangka sejauh ini bahwa ternyata Greyson juga menyukaiku. Dan Steve
menjodohkan kami berdua. Are we meant to be together forever?
Ya. Aku dan Greyson masih duduk di
sebelah makam Steve dan merenunginya. Aku terus menangisi Steve dan Greyson
menghapus air mataku untuk beberapa kali. Greyson juga sudah menghiburku untuk
beberapa kali. Sesekali ia memelukku.
Setelah puas menangis, aku dan
Greyson pun memutuskan untuk pulang. Kami berjalan berduaan dan Greyson
menggandeng tanganku. Saat sedang berjalan melewati sebuah taman, tiba-tiba
terdengar suara laki-laki yang sangat khas di telingaku.
“hey you two!” suaranya.
Secara spontan, aku langsung
meneriaki namanya.
“Steve!” teriakku.
Aku dan Greyson berbalik dan
melihat Steve tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah kami berdua. Ia memakai
pakaian serba putih dan wajahnya terlihat sangat bersih. Ia berjalan mendekat
ke arah kami berdua dan berbisik.
“kalian berdua sangat cocok!”
bisiknya.
Aku dan Greyson tersenyum malu.
Steve pun meng-wink-kan matanya ke
arah Greyson sebagai tanda dari sesuatu yang disembunyikan. Aku pun tak tau artinya._.
Greyson mengangguk pelan sambil
tersenyum tanda mengerti. Ia pun mengambil sesuatu dari kantungnya dan ternyata
itu adalah sebuah kalung! Kalung yang sangat indah dengan liotin berbentuk angel
berukirkan “Marceline”. Aku tersenyum haru dan Greyson langsung memakaikan
kalung tersebut di leherku. Steve masih tersenyum memandang kami berdua dengan
kedua tangannya dilipatkan di depan dadanya.
Sesekali aku menengok ke arah Steve
yang sedang tersenyum melihatku. Aku masih tak mengerti dengan semua ini.
Setelah Greyson selesai memakaikan
kalungnya di leherku, ia pun berbalik badan dan membuka jaketnya. Tak kusangka
ternyata daritadi ia memakai kaos yang bertuliskan “I love you Marceline, be
mine today?” di bagian punggungnya. Aku tertawa dan langsung memeluk Greyson
dari belakang. Aku merasakan bahwa jantung Greyson berdetak sungguh kencang.
“yes. I’m yours” bisikku.
Steve tertawa dan Greyson pun
melepaskan pelukanku. Ia menghadap kearahku. Ia mendekatkan wajahnya ke arahku.
I know what does it mean. Aku memejamkan kedua mataku. Saat jarak wajah kami
sudah tinggal 3cm, tiba-tiba Steve berteriak.
“ohh noo!! Kalian kalo mau kissing
jangan di depanku dong! Ahaha”
Aku dan Greyson langsung membuka
mata lebar-lebar dan menghadap ke arah Steve. Steve cekikikan sendiri dan
menghilang.
Aku dan Greyson saling bertatapan
kebingungan.
“alright. May I steal your first
kiss?” tanya Greyson tiba-tiba.
Ya, memang aku belum pernah kissing
bahkan dengan Steve sekalipun.
Aku tersenyum malu dan menarik
nafas panjang lalu menghembuskannya.
“of course, steal mine!” jawabku.
Tangan kirinya langsung memelukku
dan tangan kanannya memegang pipi kiriku. Ia menarik wajahku perlahan dan ia
mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Dan yaa, bibir kami bersentuhan.
1 menit berlalu, Greyson melepaskan
ciuman dan pelukannya. Ia tersenyum kepadaku dengan senyuman mautnya.
“thanks sweetie” bisiknya ke
telingaku.
“anytime, Grey” jawabku.
Greyson pun tertawa dan
menggandengku untuk pulang.
-THE
END-
0 comments:
Post a Comment