*Greyson’s POV*
“Greyson...” sapa Alli kepadaku.
“ya?”
tanyaku balik.
Ya, aku tau. Alli memang sudah menyukaiku semenjak kelas 3. Namun aku
tak mencintainya. Aku hanya mencintai seseorang dengan nama yang indah, Lauren.
Ya, kami berpacaran untuk beberapa tahun hingga akhirnya ia memutuskanku entah mengapa. Dan semenjak itu pula aku tak mau dan tak tertarik untuk mencari a new girlfriend.
Ya, kami berpacaran untuk beberapa tahun hingga akhirnya ia memutuskanku entah mengapa. Dan semenjak itu pula aku tak mau dan tak tertarik untuk mencari a new girlfriend.
Dan.. ternyata ia membawaku ke sebuah taman yang cukup indah menurutku
“Greyson.. I love you. Will you be my boyfriend?” watde.. dia menembakku
duluan. Dimana-mana pasti laki-laki kan yang nembak, masa perempuan. Dan hal
tersebut mengakibatkanku jadi merasa “illfeel” dengan Alli. Walaupun sebenarnya
Alli adalah sahabatku.
“Greyson?” tanyanya karena melihatku yang masih terpaku karena terkejut.
“iya. Iya.. tapi..”
“tapi apa Grey? Apakah aku kurang perfect untukmu?”
“uhm… iya deh. I’m your boyfriend now”
Well, dengan berat hati, terpaksa aku harus menerimanya. Kenapa? Karena
she started to cry. Dan aku paling tidak tahan apabila melihat perempuan yang
menangis karenaku dan aku juga tidak mau menghancurkan hati sahabatku sendiri.
“really?” tanya Alli.
“as you said”
Aku tersenyum dingin karena aku memang laki-laki yang dingin.
“thanks Greyson. But I need a proof”
DEG! Aku terkejut bukan main. Apa maksudnya ini? Aaaa.
“wh.. what?”
“kiss me”
“okay.”
Dan dengan sangat terpakasa aku mencium bibir Alli dengan cepat karena
sebenarnya aku tidak menyukainya.
Ia tersenyum.
“aku pergi dulu ya” ucapku.
“anterin aku dong”
Eh ini perempuan bener-bener manja ya? Padahal aku paling benci dengan
perempuan yang manja.
“iya tapi Cuma hari ini ya..”
“Grey kok gitu sih?”
“karena aku takut Mom marah karena aku pulang terlambat”
“oh yaudah deh. Makasih Grey!”
Alli pun mencium pipiku. Aku hanya diam saja dan mulai berjalan ke arah
tempat parkiran mobilku.
-skip-
Hi, namaku Greyson Michael Chance umur 15 tahun. Aku mempunyai banyak
teman dan aku mempunyai seekor pacar. Ya, dia Alli.
Sebenarnya aku tak menyukainya, aku hanya merasa kasihan dengannya.
“Good morning class” sapa Miss Neni ramah.
“good morning miss”
“well, hari ini kita kedatangan 1 murid baru. Perkenalkanlah”
“hey, my name is Vanessa. I’m 15 years old Japanese girl” seru seorang
perempuan dengan suara lembut dan dengan logat seperti orang Jepang.
“Hi Vanessa”
“oh yeah, for short, please call me Van”
“okay..”
“okay, you can sit there” ucap Miss Neni sambil menunjuk ke bangku di
sebelahku yang kosong. Ya, hari ini Alli tidak masuk sekolah karena demam. Dan
aku belum menjenguknya. Dan tepatnya, aku tidak akan menjenguknya. Karena
kurasa aku benar-benar membencinya sekarang.
“thanks miss” jawab perempuan itu.
Sesekali aku melirik Cody (sahabatku) dan ia menatapku sinis. Apakah ia
menyukai perempuan itu?
Perempuan itu berjalan sambil menyapa satu-persatu murid-murid di dalam
kelas. Aku hanya menyenderkan kepalaku diatas meja.
“hey, what’s your name?” tanya perempuan tersebut ramah kepadaku. Ia
sungguh ramah kepada semua orang dan wajahnya menurutku sangatlah cantik.
Dengan mata khas orang Jepang, dia sungguh manis.
“I’m Greyson. You’re Van right?”
“yeah”
Ia pun duduk di sebelahku dan mulai mengeluarkan netbook nya di atas
meja. Melihat hal tersebut, aku jadi ingat dan aku mengeluarkan Mac ku ke atas
meja.
“wow you’re so rich..” ucapnya sambil melihatku.
Aku tersenyum sejenak.
“hahaha no. almost everyone in this country has Mac”
“yeah, but I just have this” ucapnya sambil menancapkan kabel data ke
netbook nya dan menyambungkannya dengan ponselnya.
Aku tertawa kecil melihat tingkahnya.
“what?” tanyanya sambil kebingungan.
“no, you’re so funny. I think I’m gonna be your new bestfriend” ucapku
sambil meng-wink-kan mataku.
Ia tersenyum dengan sangat manis yang membuatku mendapatkan serangan
jantung sementara. Uhmm.. maksudku I got mini heart-attack. Hehee.
“yeah. You’re my bestfriend. Btw, ntar kamu bisa anterin aku untuk
keliling sekolah ini gak? Solnya sekolah ini gedhe banget dan aku takut ntar
aku kesasar”
“ohh oke-oke”
Dan akhirnya pelajaran pun dimulai. Aku terus berbincang-bincang dengan Van. Dia adalah anak yang seru dan humoris. Dia juga cantik pula. Aku.. aku.. kurasa aku menyukainya. Tapi bagaimana dengan Alli? Yeah, I don’t like her. She’s too over..
Dan akhirnya pelajaran pun dimulai. Aku terus berbincang-bincang dengan Van. Dia adalah anak yang seru dan humoris. Dia juga cantik pula. Aku.. aku.. kurasa aku menyukainya. Tapi bagaimana dengan Alli? Yeah, I don’t like her. She’s too over..
Dan tak terasa kini sudah pulang. Sesuai dengan janjiku, aku harus
mengantarkan Van untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah yang besar ini.
Kami pun memasukkan barang-barang kami ke dalam loker dan mulai
berjalan-jalan. Aku memasang earphones di kedua telingaku sehingga menyebabkan
aku tak bisa mendengarkan seluruh perkataan Van.
Oh ya, selama hari ini Cody tidak mengajakku berbicara sama sekali. Aku pun
tak tau pasti apa alasannya. Namun kurasa ia menyukai Van. Namun karena aku
dekat dengan Van, mungkin dia getting jealous dan marah kepadaku.
Van pun memanggil-manggilku sambil melambai-lambaikan tangannya di depan
wajahku. Aku terkejut dan langsung melepas earphone ku yang ada di telinga
kiri.
“apa?” tanyaku.
“entahlah. Kamu sungguh cuek. Haha”
“ya memang. Ehh, ini lagu yang paling aku sukai. Mau denger?”
“lagu apa?”
“uhmm… dengerin aja yaa..”
Aku mulai memasangkan earphone ku yang kiri di telinga kanan Van dan ia
berusaha membenarkannnya.
A time for us someday
there'll be
When chains are torn
by courage born of a love that's free
A time when dreams so
long denied
Can flourish as we
unveil the love we now must hide
A time for us at last
to see
A life worthwhile for
you and me
And with our love
through tears and thorns
We will endure as we
pass surely through every storm
A time for us someday
there'll be
A new world, a world
of shining hope for you and me
“what a great song.. aku suka nadanya…” puji Van.
“ya, ini yang membuatku sangat menukai lagu ini juga. Dan liriknya itu
hloo”
“iya juga ya.. judulnya apa? Ntar aku download :D”
“okey. Judulnya A Time For Us”
“okay..”
“mau dengar lagi?”
“ah boleh-boleh…”
Aku pun me-replay lagu tersebut berulang kali dan tak disangka sekarang
kami sudah sampai di taman belakang sekolah. Taman ini tidak terawat, namun
indah. aku dan Van memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang ada disana
dan kami masih mendengarkan lagu A Time For Us tersebut.
“kau tau?” tanyaku.
“tau apa?”
“tentang lagu ini..”
“ya gak lah, aku kan baru ngedengerinnya”
“iya”
“emang kenapa?”
“ya, lagu ini mengisahkan tentang perjalanan Romeo & Juliet yang
saling mengorbankan nyawanya untuk tetap bersama. Dan.. aku sangat menyukai
kisah romantis tersebut”
“oh Romeo & Juliet? Ya, aku membaca novelnya. Dan kisah cinta mereka
memang sangat romantis”
Aku tak menjawab perkataan terakhirnya. Aku hanya tersenyum sambil
mendengarkan keindahan lagu tersebut. Memang lagu tersebut merupakan soundtrack
dari film Romeo & Juliet.
“uhm.. Grey, aku pulang ya, ntar jam 5 ada keperluan” ucapnya.
“ini jam? Oh ya ini udah jam 4:30. Yaudah deh gapapa..”
“okay. Dan, ini, makasih buat lagunya. Such a great song..”
“haha iya..”
Dia pun beranjak dari bangku dan berdiri. Namun aku menahan tangannya.
“now what?” tanyanya sambil tersenyum.
“may I have your number?”
Ia tertawa dan menyobek selembar tissue dari kantongnya dan menuliskan
nomornya di atasnya.
“thanks” ucapku setelah ia memberikan robekan tissue tersebut.
“okay. Byee..” ucapnya.
“wait..” cegatku lagi.
“so what else?”
“you’re beautiful anyway”
Ia tertawa kecil dan pergi meninggalkanku sambil memeluk tasnya.
*Van’s POV*
Aku beranjak dari bangku ini dan Greyson menahan tanganku. Ia meminta
nomorku, lalu kuberikan nomorku kepadanya. Saat aku hendak pergi, ia menahanku
lagi dan berkata “you’re beautiful anyway”
Aku hanya tertawa kecil mendengar perkataan Greyson karena terus terang
kurasa aku sedikit tertarik dengannya.
Aku pergi meninggalkannya dan kembali ke apartemen yang sudah dibeli
oleh ibuku.
“mom, I’m back”
“hey Van, gimana sekolahnya?”
“lumayan J”
“cowoknya ganteng-ganteng ya?”
“ih mom apa-apaan sih”
Aku tersenyum-senyum sendiri karena setelah mendengar perkataan mom
‘ganteng-ganteng’ aku jadi kebayang Greyson. Aku juga tak tau mengapa.
“hayoo.. senyum-senyum sendiri kenapa tuh?” goda mom.
“ihh mom gak ada apa-apa”
“ihh ngaku aja”
“okay. Tadi aku ketemu sama anak cowok berambut coklat dan ber-sleepy
eyes. Dia sangat tampan rupa dan hatinyaa…. Aaaa”
“trus? Dia nembak kamu?”
“belum sih mom, Cuma dia bilang aku cantik..”
“hahha itu memang kenyataan”
“hahaa. Yaudah aku capek banget tidur dulu ya..”
“eh, jam lima nanti kan kamu mau mama ajak ketemu sama temen mama? Dia
adalah alasan mama pindah kesini..”
“siapa sih mom?”
“ah pasti ntar kamu tau. Anak temen mom itu juga ada yang seumuran sama
kamu kok Van. Dan dia juga tampan, seperti apa yang kamu kasih tau tadi”
“haha yaudah deh aku mandi dulu ya..”
“iya..”
Aku pun pergi mandi selama 10 menit dan mulai didandani sedemikian rupa
oleh mom. Rambutku dicatok menjadi sedikit bergelombang dan aku memakai dress
selutut.
“wow,. You’re sooo gorgeous” puji mom.
“ahh biasa aja. But I love this hairsyle..”
“iya dong, siapa dulu yang ngeriting? Mom gitu..”
“haha makasih ya mom. Love you..”
Aku dan mom pun berjalan melangkah keluar apartemen dan menuju ke tempat
parkiran dan segera menuju ke rumah teman mom yang telah ia ceritakan tadi.
30 menit perjalanan akhirnya kami sampai juga. Walaupun sedikit
terlambat, tapi itu bukan masalah. Hahaa.
Sungguh rumah sederhana yang cukup besar. Rumah ini juga terlihat tua
namun rapi dan indah. well, aku juga menyukai rumah yang seperti ini.
Mom pun menekan bel rumah yang ada di samping pagar dan tak lama
kemudian seorang perempuan seumuran dengan mom pun keluar dan membukakan
pintunya.
“hey Hollie” (Hollie adalah nama mom)
“hey Lisa”
“yeah, long time we never meet. How have you been?” Tanya perempuan
tersebut.
“as usual. Haha”
“as usual. Haha”
“okey, come in”
Kami berdua pun masuk ke rumahnya. Dan disana telah berada 3 orang anak.
2 diantaranya lebih tua dariku dan yang 1 itu adalah..
What??
HE IS GREYSON CHANCE.
Aku tak menyangka..
Greyson!!
Laki-laki yang kusukai..
“Greyson?” tanyaku tidak percaya.
*Greyson’s POV*
Aku yang sedang tertunduk pun tiba-tiba mendengar suara seorang
perempuan yang suaranya terdengar ‘khas’ ditelingaku.
“Greyson?”
Aku menaikkan daguku dan…
Dia adalah Vanessa.
Seorang perempuan cantik yang berhasil memikat hatiku.
“Vanessa?”
Aku tersenyum dan dia juga membalas senyumanku. Oh ya, hari ini adalah
hari terakhir sekolah karena hari ini adalah tanggal 24 Desember dan tujuan
kami mengundang keluarga Mrs. Hollie disini adalah untuk merayakan acara
Christmast Eve bersama.
Aku segera berdiri dan memeluk erat dirinya. Tubuhnya terasa hangat.
Oh iya, aku lupa memberitahu kalian bahwa sebenarnya aku mempunya
penyakit asma kronis.
“uhmm…” ucapku.
“what Grey?”
“c’mon..”
*Van’s POV*
“c’mon..” ucap Greys seraya menarik tanganku. Aku tak tau ia akan
membawaku kemana.
“kita hampir sampai sweetie” ucapnya lagi.
“kemana sih?”
Ia hanya tersenyum ke arahku sambil menggenggam tanganku.
Dan tiba-tiba ia membawaku di bawah sebuah pohon. Kurasa aku tau apa
nama pohon ini.
“uhm.. Grey..”
“yeah?” tanyanya sambil memeluk pinggangku.
“what will you do to me?”
“close your eyes”
“no”
“come on, sweetie”
Aku pun menutup mataku perlahan dan aku merasa ada sesuatu menyentuh
bibirku. Rasanya sangat lembut dan dingin.
Aku mencoba membuka mataku perlahan dan menagkat wajah Greyson tepat di
depan wajahku dan ia sedang memejamkan matanya. Aku juga melihat ke arah
bibirku dan ternyata sesuatu yang menyentuh bibirku tersebut adalah bibir
Greyson.
Aku terkejut namun berusaha untuk tenang. Aku pun menutupkan mataku
kembali dan menikmati my first kiss.
5 menit berlalu, ia melepaskannya dan menatapku dalam-dalam.
“what kind of this tree, Grey?” tanyaku dengan penuh keraguan.
“it’s called mistletoe”
“what? Mis.. mistletoe?”
*Greyson’s POV*
“Well, aku sering mendengar perkataan orang-orang bahwa apabila ada
couple yang berciuman di bawah pohon mistletoe, maka mereka tidak akan
terpisahkan” ucapku santai sambil tersenyum ke arahnya.
Ia terlihat seperti terkejut bukan main.
“wh.. what?” tanyanya.
Aku tak menjawabnya. Aku hanya tersenyum sambil menggenggam tangannya.
Although we just met today, but I think being with her is like 1000,000,000,000,000
years.
“I think you’re so cold” bisikku sambil mengusap wajahnya yang dingin
tersebut.
“yeah.. how do you know?”
Aku kembali tak menjawabnya. Aku hanya melepaskan jaketku dan
memakaikannya di tubuh Van. Walaupun aku mempunyai penyakit asma yang kronis
dan tidak diperbolehkan untuk tidak memakai jaket di musim salju, namun kali
ini aku nekad melakukannya hanya demi seorang wanita yang baru saja aku kenal
hari ini. Aku sungguh bodoh.
“come on” ucapku yang sudah mulai menggigil kedinginan dan kurasa
nafasku menjadi sedikit sesak.
*Alli’s POV*
Aku dan kakakku Cody sedang berjalan-jalan di kompleks perumahan
Greyson. Perumahan ini terlihat indah. banyak pohon cemara dan pohon mistletoe
yang sudah dihiasi seindah mungkin. Kami berdua berniat untuk datang ke acara
Christmas Eve keluarga Chance. Oh ya, walaupun aku demam, namun aku bela-belain
untuk datang ke rumah Greyson karena aku sungguh mencintainya. Well, aku dan
kakakku Cody adalah orang yang pendendam. Kami gemar melakukan balas dendam
kepada orang lain yang telah melukai perasaan kami tak peduli apa nanti yang
akan menjadi akibatnya. Saat sedang berjalan, aku dan Cody melihat Greyson dan
Van sedang berciuman di bawah sebatang pohon mistletoe yang katanya apabila apa
sepasang couple yang berciuman disana, maka mereka akan menjadi sepasang
kekasih yang tak dapat dipisahkan. Aku dan Cody pun getting jealous. Ya, tadi siang
Cody bercerita kepadaku bahwa ia menyukai anak baru di kelasnya yang bernama
Van. Namun ia tak dapat mendekati Van karena Greyson. Greyson selalu berlagak
sok di depan Van untuk menarik perhatiannya dan itu menyebabkan Cody menjadi
marah besar dengan Greyson. Cody juga bilang bahwa ia akan mendiamkan Greyson
dan tak akan mengajaknya berbicara selama Greyson masih tetap dekat dengan Van.
Namun setelah kejadian ini, kejadian mereka berciuman under the mistletoe, Cody
marah semakin menjadi-jadi. Aku juga marah besar melihat Greyson yang selingkuh
di hadapanku. Berani-beraninya dia melakukan hal itu.
“Alli, liat deh si Greyson deketin Van mulu. Aku akan bunuh dia!” ucap
Cody.
“bunuh? Eh jangan dong. Walaupun kakak dendam tapi ya jangan sampe ngebunuh”
ucapku.
“mending disiksa aja gimana kak?” lanjutku.
“ide bagus” jawab Cody.
Kita berdua tersenyum licik lalu langsung meninggalkan mereka.
Well, aku sudah memberitahu kalian bahwa kita adalah pendendam.
*Van’s POV*
Greyson memakaikanku jaket dan setelah itu aku melihat wajahnya memucat,
dan ia menggigil kedinginan. Aku segera menariknya untuk berjalan. Setelah sampai
di rumah Greyson, kami berdua segera masuk dan telah tersedia banyak hidangan
yang enak-enak.
Aku dan Greyson duduk bersebelahan dan kami berdua terus mengobrol
sendiri tanpa memperatikan yang lain.
“oke, setelah kita selesai makan ntar sesi pembagian kadonya jam 00:00
ya..” ucap kak Tanner (kakak laki-laki Greyson)
“okee” jawab kami serentak.
Dinner pun selesai. Aku dan Greyson pun memutuskan untuk duduk berdua di
teras atas (lantai 2) untuk melihat ke arah langit.
“what a beautiful sky” desahku.
“yeah, just like you..” jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke
wajahku. Wajahku memanas dan ia tertawa.
“hahaha pipimu kebakaran tuh”
“ihh Greygrey :3”
Kami berdua bercanda bersama sambil menikmati keindahan langit pada
malam Natal ini.
Tiba-tiba ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan ternyata itu adalah
sebuah ipod.
Ia memasang earphonenya dan memberikannya 1 untukku.
Ia memutar lagu milik Ed Sheeran yang berjudul Give Me Love.
Aku mendengarkannya.
“what does it mean?”
Ia menatapku dalam-dalam lalu tersenyum.
Give me love like her,
'Cause lately I've been waking up alone.
Paint splatted tear drops on my shirt,
Told you I'd let them go.
And that I'll fight my corner,
Maybe tonight I'll call ya,
After my blood turns into alcohol,
o I just wanna hold ya,
Give a little time to me, or burn this out,
We'll play hide and seek, to turn this around,
All I want is the taste that your lips allow,
My my, my my-y oh give me love,
My my, my my-y oh give me love,
My my, my my-y oh give me love,
My my, my my-y oh give me love,
My my, my my-y oh give me love..
Ia menyanyikan lagu tersebut di hadapanku sambil menggenggam
kedua tanganku.
“wh.. what does it mean?” tanyaku lagi.
“give me love?” ucapnya tiba-tiba.
Serasa jantungku ini hampir lepas dari urat syarafku. Aku
merasa seketika dunia berhenti bekerja. Aku hanya terpaku melihat Greyson yang
istilahnya ‘menembakku di malam Natal’.
Aku ragu ingin menjawabnya apa. Sebenarnya aku suka
sama Greyson but.. kita baru ketemu hari ini.
“how?” tanya Greyson dengan wajah yang meyakinkanku.
“okay.. I’ll give you the answer 2 days later. Come to
the rooftops of my apartment next 2 days” jawabku sambil tersenyum.
“okay” jawabnya sambil mencium tangan kananku. Dia sungguh
romantis.
*Author’s POV*
Tak disangka ternyata percakapan mereka daritadi direkam oleh Cody dan
Alli. Mereka pun mempunyai ide untuk melaksanakan pembalasan dendam karena
Greyson dan Van telah menyakiti perasaan Alli dan Cody.
*Greyson’s POV*
Aku menembaknya namun aku belum mengetahui hasilnya. Ia hanya menjawab, “okay.. I’ll
give you the answer 2 days later. Come to the rooftops of my apartment next 2 days”.
Aku jadi
penasaran, apa yang akan terjadi?
Saat kami
sedang berduaan sedang berpegangan tangan, tiba-tiba Van menjatuhkan kepalanya
di atas pundakku sam bil tersenyum.
“can you
feel this?” tanyaku sambil menggenggam tangannya di atas dadaku.
“yeah..
you have a… heart attack?” tanyanya polos.
Aku hanya
tertawa dan dia kebingungan.
“yeah. I got
it because I love you” ucapku.
“thanks”
“for what?”
“for
loving me”
“it comes
naturally, really”
“hahaha
thanks Grey”
“okay”
Saat aku
sedang memeluknya dan mengusap-usap rambutnya sambil menggenggam tangannya,
tiba-tiba… *syuuuttt dueerrr syuuuutt dueeerrrr*
Akhirnya pesta
kembang api pun dimulai.
Aku dan
Van tengah duduk berdua sambil berpelukan di teras atas walaupun salju sedang
turun.
“this is
so beautiful” ucapku berbisik.
“yeah I agree”
jawabnya.
Aku melihat
ke arahnya dan mengusap pipinya. Ia hanya melihat tanganku yang sedang mengusap
pipinya dengan penuh kebingungan.
*tulalalala*
tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku membukanya dan ternyata ada 1 sms masuk dari
Alli -_-.
“Alli: GC,
we break up”
“Grey:
great.. thanks for the helping”
“Alli:
helping you what?”
“Grey:
somethin’”
Setelah itu,
Alli tak membalasku lagi. Aku memasukkan ponselku ke dalam sakuku dan
mengeluarkan sesuatu dari saku satunya.
“it’s the
time for give you this” ucapku sambil memasangkan gelang dengan ukiran
berbentuk hati.
“sebenernya
aku mau kasih ini ke Alli, tapi dia mutusin aku baru aja. Dan sebenernya aku
gak pernah suka sama yang namanya Alli. Dan dari awal aku sudah berencana untuk
memberikan gelang ini kepada perempuan yang berhasil merebut hatiku. Dan kau
lah orangnya“ lanjutku.
“thanks..
it’s too pretty…” pujinya sambil memegangi gelangnya.
“and I have
this for you. Dan sama sepertimu, aku juga berencana untuk memberikan bullet
neklace ini untuk seorang laki-laki yang kusukai. Dan ternyata dia adlah
seorang Greyson Michael Chance” lanjutnya.
Ia memakaikan
bullet neklace tersebut di leherku dan mulai memelukku. Ia menciumi leherku.
-skip-
Last night
was sooooo incredible. I told her that I love her, I gave her that bracelet,
she gave me a bullet neklace, we was kissing under the mistletoe, see the
fireworks together, she hugged me, I hugged her, I touch her face (cheek), and
she kissed my neck.
Ohh great.
Hari ini
aku bangun amat siang karena kecapekan. Setelah aku bangun, aku membersihkan
diri dan berjalan-jalan.
Saat sedang
berjalan, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang kukenal, ia memukul
wajahku. Laki-laki tersebut adalah Cody.
“Cody? Why
are you doing this?” tanyaku.
“it’s for
Van!” bentaknya.
Ia pun
meninggalkanku dan aku menyentuh hidungku. Oh, ternyata aku mimisan. Aku segera
kembali ke rumahku dan membersihkan darahnya. Aku pun memutuskan untuk kembali
tidur.
Well, ini
sudah malam dan hari ini aku tidak bertemu dengan Van sama sekali. Entah apa yang terjadi dengannya, aku tak tau
pasti.
Oh iya,
besok adalah hari penentuan apakah Van akan menerimaku atau tidak. Doakan aku
yaa…
Aku sangat
ingin meng-sms Van namun aku tak berani. Jadi malam ini kuputuskan untuk tidak
melakukan apa-apa dan hanya memandangi bullet neklace pemberiannya kemarin. Aku
masih mengingat kata-katanya yaitu, “and I have this for you. Dan sama
sepertimu, aku juga berencana untuk memberikan bullet neklace ini untuk seorang
laki-laki yang kusukai. Dan ternyata dia adlah seorang Greyson Michael Chance”.
Aku tersenyum-senyum
sendiri dan memasukkan kembali bullet neklace di balik kaosku.
Dan akhirnya
aku tertidur pulas dengan kondisi tanganku memegangi dadaku untuk meraba bullet
neklaceku.
*Van’s
POV*
Hari ini
biasa saja. Aku tak bertemu dengan Greyson. Well, walaupun hari adalah hari
Natal, namun tak ada yang kulakukan selain pergi ke gereja untuk melakukan misa
Natal. Setelah pulang dari gereja, aku hanya mengurung diriku di kamar
sendirian. Aku hanya tiduran sambil memandangi gelang yang diberikan oleh
Greyson kemarin. Terus terang aku sangat menyukai kalung tersebut. Karena kelelahan
karena acara kemarin (Christmas eve), aku jadi tertidur terus dan pulas selama
hari ini. Well, besok aku harus memutuskan apakah aku harus menerima Greyson
atau tidak. Aku masih ragu. Namun hati nuraniku terus berkata bahwa aku harus
menerima Greyson. Aku pun pusing dan aku mengambil ipodku untuk mendengarkan
lagu yang baru saja aku download, yaitu lagu favoritku dengan Greyson, A Time
For Us.
A time for us someday
there'll be
When chains are torn
by courage born of a love that's free
A time when dreams so
long denied
Can flourish as we
unveil the love we now must hide
A time for us at last
to see
A life worthwhile for
you and me
And with our love
through tears and thorns
We will endure as we
pass surely through every storm
A time for us someday
there'll be
A new world, a world
of shining hope for you and me
Aku sudah
cukup hafal liriknya, jadi aku dapat menyanyikannya dengan baik. Aku pun mengingat
pertama kali aku duduk di taman bersama Greyson dan mendengarkan lagu soundtrack
dari Romeo & Juliet itu.
Tak lama
kemudian, aku pun ketiduran sambil masih mendengarkan lagu A Time For Us yang
daritadi kuulang-ulang mulu.
-skip-
Hari ini
kujalani seperti biasa. Membosankan. Sungguh the boring holiday.
Aku terus
menunggu hingga malam tiba. Aku menaiki sampai ke atap apartemen dan aku
melihat Greyson sudah berpakaian rapi dengan kemeja yang kancingnya dibuka 3
kancing dan dilengkapi dengan celana jeans dan jaket. Seperti biasa, ia
menjambulkan rambutnya sehingga membuatku hampir mati.
Ia melihatku
dan tersenyum melihatku. Ia kembali mendengarkan lagu dengar earphonenya.
Aku tertawa
dan menghampirinya.
“A Time
For Us?” tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
“of course”
“great
song”
“so, will
you be my girlfriend?” tanya Greyson tanpa basa-basi lagi.
“okay
Greyson. I’m confused. But I should choose yes” jawabku sambil memeluk Greyson
dari samping.
*Greyson’s
POV*
“okay
Greyson. I’m confused. But I should choose yes” itulah kalimat yang diucapkan
oleh Van. Ia pun memelukku dari samping.
Aku memasukkan
ipodku dan menarik Van untuk berdiri. Sekarang kita berdua sedang berdiri di
atas kota yang indah ini.
Aku menggenggam
kedua tangannya dan mengecupnya sambil tersenyum.
Aku merebahkan
tubuhnya di tubuhku.
Aku menatap
matanya sangat dalam dan ini mnembuatnya melting.
Aku mengusap
blonde hair nya dan mendekatkan wajahku ke arahnya. Aku mengecup lembut
bibirnya yang dingin tersebut.
Kami berciuman
selama 10 menit hingga tiba-tiba Van..
*Van’s POV*
Saat kami
sedang menikmati ciuman kami, aku mendengar suara langkah kaki yang semakin
mendekat ke arah kami.
Aku membuka
mataku sedikit dan melihat Cody sedang berdiri tepat di belakang Greyson dengan
membawa sebuah pisau.
Aku langsung
membalikkan tubuh Greyson dan..
*JLEBB*
Pisau tersebut
menancap di punggungku.
Rasanya sangat
sakit, seperti mau mati.
Bibir kami
tetap bersentuhan sampai akhirnya Greyson melepaskannya dan melihat keadaanku
yang sudah seperti ini.
*Greyson’s
POV*
Aku melepaskan
bibirnya dan sangat terkejut melihat keadaan Van. Ia berlumuran dengan darah
dan wajahnya sangat pucat. Aku meraih pergelangan tangannya untuk mencari
denyut jantungnya, namun denyutnya sudah tak terasa lagi.
Aku mencoba
untuk memberi nafas buatan untuk Van namun tidak bisa. Ia telah tiada.
Aku mulai
menyanyikan lagu ini sambil menangis,
A time for us someday
there'll be
When chains are torn
by courage born of a love that's free
A time when dreams so
long denied
Can flourish as we
unveil the love we now must hide
A time for us at last
to see
A life worthwhile for
you and me
And with our love
through tears and thorns
We will endure as we
pass surely through every storm
A time for us someday
there'll be
A new world, a world
of shining hope for you and me
Aku melihat
ada setetes air mata yang keluar dari matanya yang sudah sangat berat untuk
kembali membukanya.
Aku mengulangi
bagian kalimat:
A time for us at last
to see
A life worthwhile for
you and me
Lalu
mencium keningnya untuk yang terakhir kali.
I’m crying
so hard. And then I can’t breathe well and it’s too difficult to breathe.
I think my
ashma is coming back.
Then I take
my last breathe and sleep forever with Vanessa.
***
I met
Vanessa in Heaven and we live happily after that moment happened to us. Yeah,
a time for us.
From this story, we can learn that every couple has their own stories. So do Romeo & Juliet. They have a beautiful love story, aren't they? Yeah, Greyson & Vanessa have the different story too. Yeah, love is different.
From this story, we can learn that every couple has their own stories. So do Romeo & Juliet. They have a beautiful love story, aren't they? Yeah, Greyson & Vanessa have the different story too. Yeah, love is different.
0 comments:
Post a Comment