"Morning
mom…” sapaku kepada mom.
“morning
Grey.. buruan breakfast ya, kan kamu mau pergi hari ini kan?” tanya mom.
“iyaa mom..”
“sama siapa
aja sih?”
“uhmm… sama
temen-temen Grey mom.. tapi tenang aja, cowok semua kok”
“iya”
“mom, udah
selesai, Grey berangkat dulu yaaa”
“iya Grey,
hati-hati ya bawa mobilnya… oh iya, sebenernya temen-temen kamu udah pada
nunggu kamu tuh di depan..”
“yahh mom
kenapa gak bilang sih daritadi?”
“ya karena
mom gak mau kamu tersedak(?) karena makannya kecepeten. Hahaa”
“ahh mom.
Yaudah ya aku berangkat dulu, byeee”
“byeee”
Aku pun
mengecup pipi mom dan segera pergi meninggalkannya.
Aku menemui
teman-temanku yang sudah berkumpul daritadi di teras rumah. Mereka tampaknya
sedang asyik berbincang-bincang.
“broo!”
sapaku.
“heyy broo..
lama banget makannya” ucap Cody.
“iya nihh,,
ngapain aja sih? Haha” ucap Austin.
“ya gak
ngapa-ngapain sih.. Cuma aku kira kalian belum datang, makanya aku lama-lamain”
“dinikmatin
ya? Hahaha” ucap Justin jail.
“eihh apaan
sih._.” jawabku.
Aku pun
segera memasukkan backpackku ke dalam bagasi mobil. Ya, kami akan pergi untuk
refreshing. Kami akan pergi ke hutan untuk berkemah bersama. Kami menyukai
tantangan. Uhmm.. kami berempat adalah geng yang paling tenar di SMA dengan
Justin sebagai ketuanya. Nama gengnya yaitu geng Maddox, anggotanya Justin,
Cody, Austin, dan aku.
Oh ya btw
aku sampai lupa buat perkenalan diri. Namaku Greyson, umurku 15 tahun. Aku
adalah cowok kece idaman cewek-cewek di SMAku. Hahhaa. Tapi aku pernah diramal
oleh anak idigo di sekolahku bernama San. Dia adalah anak indigo yang pandai
meramal orang. Ia meramal bahwa umurku tak panjang dan aku akan mati
kecelakaan. Tapi sebetulnya sih aku tidak percaya dengan semua ramalan konyol
itu. Haha.
“okay, ayo
berangkat!” teriakku.
“okayy”
jawab teman-teman serentak.
Aku langsung
mengambil alih kemudi dan ini memang mobil pribadiku.
Aku mulai
menyetir untuk berangkat ke hutan yang sudah aku rencanakan sejak lama. Oh iya,
btw ini musim autumn, jadinya kita memutuskan untuk berkemah ke hutan. Supaya
seru gitu deh._.
Sepanjang
perjalanan, aku mengenakan earphone untuk mendengarkan lagu. Ya, aku adalah
anggota paling pendiam dan penyendiri di geng Maddox. Semua teman-teman
berteriak-teriak sambil bernyanyi tidak jelas di dalam mobil. Namun aku hanya
diam sambil mendengarkan lagu milik Bruno Mars yang berjudul Just The Way You
Are. Aku mendengarkannya sambil melamun. Tiba-tiba ponselku berdering dan
otomatis laguku mati. Aku pun menekan tombol accept dan:
*otp*
“hello?”
tanyaku.
“Greyson, we
break up”
“wh.. what?!
Did I do something terrible?”
“no. I just
want to finish with you. I’m in love with Taylor”
“but..”
*tiit*
Ya, itu
adalah telepon dari Lauren, pacarku. Oops, maksudku mantan pacarku. Karena ia
baru saja memutuskanku tanpa alasan yang logis dan jelas. Aku pun shock berat
saat itu dan mataku mulai membuyar. Mobil yang aku kendarai mulai melegak-legok
kesana kemari. Aku mendengar suara histeris teman-temanku secara samar. Karena
aku masih mengenakan earphone dan mendengarkan lagu milik Bruno Mars tersebut.
Dan tiba-tiba mobilku menabrak sebatang pohon yang amat besar. Ya, sebenarnya
kami sudah sampai di hutan yang kami tuju. Namun karena ucapan Lauren tersebut,
aku jadi tak bisa konsentrasi saat mengendarai mobil ini. Dan alhasil, kepalaku
terbentur kaca sampai kacanya pecah. Aku sudah tak mempedulikan bagaimana
keadaan teman-teman semua. Yang kutau, aku sudah tak sadar lagi.
Aku
mendengar suara teriakan teman-temanku secara samar-samar. Aku senang, karena
aku dapat mendengar semua suara teman-temanku. Kalian tau kan apa artinya?
Artinya yaitu teman-temanku selamat. Namun aku sendiri tak tau aku ini masih
hidup atau sudah mati.
“Greysoonnn”
suara teman-temanku pun semakin lama semakin samar dan akhirnya menghilang.
Aku sudah
tak bisa merasakan apa pun. Hal terakhir yang aku rasakan yaitu jantungku
berdetak amat sangat kencang dan itu hanya sekali. Dan setelah hal itu terjadi,
aku sudah tak merasakan apa-apa. Yang aku rasakan hanyalah, ketenangan.
Aku tersadar
dan aku berada di suatu tempat yang sangat indah. Bentuknya seperti ladang
gandum yang sangat luas dan aku melihat sesosok laki-laki berpakaian putih
berdiri jauh di depanku. Aku pun beranjak berdiri dan berjalan menghampirinya.
“he.. hey?”
sapaku.
Laki-laki
itu tak menatapku dan ia juga tak menjawabku. Namun tiba-tiba lelaki itu
membalikkan badannya ke arahku dan tersenyum kaku.
“wh.. who
are you?” tanyaku.
“I’m Simon.
I’m your angel”
“angel?”
“yeah. Aku
adalah malaikat penjagamu selama kamu masih hidup”
“masih
hidup? Maksudnya, aku sudah mati, gitu?”
“iya. Apakah
kamu tak tau?”
“gak.”
“ya, kamu
sudah meninggal setelah kamu menabrakkan mobilmu. Dan sebelum kamu kuantar ke
sisi-Nya, aku merasa bahwa kamu sedikit kurang ikhlas”
“kurang
ikhlas gimana?”
“kurasa kamu
masih ingin tetap hidup. Benarkah?”
“semua orang
pasti berkeinginan seperti itu, I think”
“yeah. Aku
akan memberimu 1 kesempatan terakhir. Dan kamu harus menggunakannya sebaik
mungkin. Karena sekali kamu menghancurkan kesempatan ini, kamu tidak akan pernah
mendapatkan kesempatan ini lagi.”
“ya aku
mengerti”
“well. Now,
tell me. What do you want?”
“I just want
to have a true love”
“a true
love, yeah? It’s easy. I’ll give you 3 days and you must use this chance carefully”
“okay. But,
gimana caranya?”
“okay. Rohmu
akan aku kembalikan ke bumi untuk 10 hari ke depan. Rohmu hanya dapat dilihat
oleh perempuan yang benar-benar true love mu. Kalau perempuan itu bukan true
love mu, dia tak akan pernah bisa melihatmu. Jadi intinya, just your true love
who can sees you like this”
“ohh ok…
thanks…”
“no problem.
Ohh and one more”
“what?”
“do not tell
anyone about this chance, include your true love”
“okay”
Dan yaa, aku
terbangun dan aku tersadar sedang duduk di sebuah bangku di tengah hutan yang
sedang mengalami autumn ini. Udaranya sangat sejuk dan pemandangannya sangat
indah. Aku duduk sendiri dambil melamun. Ini adalah hari pertamaku. Aku harus
bertindak cepat untuk mencari true love ku. Aku pun berjalan-jalan sejenak.
Namun tak ada seorang pun disana. Hutan ini terlihat sangat sepi. Sesekali aku
melihat ke arah tubuhku. Pakaian yang kukenakan sudah kusam dan terdapat darah
di bagian kerahnya. Ya, baju terakhir yang aku kenakan adalah shirt bewarna
putih dengan jaket kulit dengan celana jeans bewarna biru. Aku semakin sedih
membayangkan semua kejadian tersebut. Aku tak dapat membayangkan betapa
terkejutnya mom & dad setelah mengetahui bahwa aku telah tiada. Aku tak
menyangka bahwa hari tersebut adalah pertemuan terakhirku dengan mom dan
Maddox. Aku mencoba mengingat sesekali lagi. Yaaa, aku cukup lega karena
sebelum aku meninggal aku sudah sempat mengecup pipi mom. I love you mom.
Aku kembali
duduk di bangku tadi. Hari sudah mulai siang dan tak ada seseorang pun yang ada
di hutan ini. Aku kembali melamun dan aku duduk tertunduk menghadap ke dedaunan
yang terjatuh di bawah sepatu converseku. Aku menendang-nendang dedaunan
tersebut dan tak sadar, aku meneteskan sedikit air mataku dan air mataku
tersebut menetes di dedaunan yang ada di bawah sepatuku.
Saat sedang
merenung, tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang duduk di sebelahku.
“need friend
to talk?” tanyanya. Suaranya sangat lembut dan indah. Aku segera menoleh dan
ternyata dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Gadis tercantik yang
pernah aku lihat. Wait, kenapa dia bisa melihatku? Atau jangan-jangan she’s my
true love? Omg thanks God.
Aku
tersenyum sejenak lalu kembali menghadap ke dedaunan yang ada di sepatuku.
Tiba-tiba
ada tangan halus yang memegang wajahku dan tangan tersebut menarik wajahku
untuk menatapnya. Ya, itu adalah tangan gadis tersebut.
Ia memegangi
pipi kiriku sambil tersenyum.
“you’re so
handsome” ucapnya.
Aku
tersenyum.
“thanks”
jawabku.
“uhmm wait..
what’s this?”
Ia menunjuk
ke arah kerah kemejaku dan ke kepalaku. Yap aku ingat, waktu itu aku terbentur
kaca sampai kacanya pecah dan membuatku meninggal. Oh God.
Ia pun
mengeluarkan isi tasnya dan ia mengambil perban dan membalutkannya di kepalaku.
Aku tersenyum karena ia sungguh perhatian. Ia memegangi kerahku.
“what?”
tanyaku.
“why there’s
blood in here?” tanyanya sambil menatapku tajam.
“uhmm.. I
don’t know, really” yaahh terpaksa aku berbohong.
Ia tersenyum
sejenak sambil terus memegangi kerahku.
“ehm..”
batukku #kode.
“ohh yeah,
sorry”
“no problem”
“who are
you, boy?” tanyanya.
“I’m Greyson”
“ohh.. I
see. I’m Christine, but you can call me Christie for short”
“ohh okay
Christie. Your name is sooo beautiful just like you..”
“what do you
mean?”
“you’re
beautiful.”
“thanks..
and you’re handsome..”
“ahahaha”
“I have to
go now, I must looking for firewoods”
“oh okay,.”
“ohh wait.
Btw, where do you live?”
“I have no
house”
“aww
really?”
“yeah..”
Aku pun
kembali menundukkan kepalaku. Karena aku benar-benar tak tau apa yang harus
kulakukan.
“uhm.. you
can stay in y house if you don’t mind..”
“really?
But..”
“but what,
handsome?”
Aku
tersenyum karena aku sangat senang apabila ada orang yang memujiku handsome.
“I’m
different”
“different?”
“yeahh..”
“ohh it’s no
problem. C’mon, follow me!”
“what for?”
“looking for
some adventure” jawabnya sambil meng-wink-kan matanya. Ia tersenyum dan menarik
tanganku. Aku hanya tersenyum dan mengikutinya.
“where will
we go?” tanyaku.
“looking for
firewoods. Forget?”
I think I
got mini heart-attack…
“ohh yeah..
of course..”
Aku pun
berjalan mengikutinya. Sungguh, Christie benar-benar wanita yang sangat cantik.
Ia juga ramah kepadaku. Namun buat apa ia mencari firewoods?
“uhm.. may I
ask you something?” tanyaku.
“what?”
“what will
you do with those firewoods?”
“hahha it’s
for my mom..”
“oh ok”
Hari sudah
sore dan kami sudah berhasil mendapatkan benyak firewoods.
“c’mon, stay
at my house!” ajak Christie.
“oh okay,
thanks before..”
“it’s no
problem”
Saat kami
sedang berjalan sambil memikul kayu bakar yang sangat berat ini, tiba-tiba ada
sesuatu yang menyandung kaki Christie dan ia pun hampir terjatuh. Aku segera
melempar semua kayu bakarnya dan memeluknya supaya ia tak terjatuh. Selama kami
berpelukkan, aku sempat menatapi matanya yang bewarna biru tersebut. She’s
gorgeous.
“uhmm..
sorry” ucapku sambil melepaskan pelukannya.
“thanks”
bisiknya.
“what?”
Ia tiba-tiba
memegangi kedua pipiku dan mencium keningku. Ohhh I got heart-attack again…
Ia tersenyum
dan segera merapikan kayu bakarnya. Aku membantunya merapikannya dan mulai
memikulnya.
“ohh I think
it’s too night” ucap Christie tiba-tiba.
“what do you
mean?” tanyaku.
“kita harus
istirahat dulu, Grey. Ini udah larut malam”
“ohh.. ya
gak apa-apa. Tapi, kita istirahat dimana nih?”
“aku tau! Di
sekitar sini ada pondok kecil yang cukup buat kita berdua. Biasanya kalau aku
pulang terlalu larut aku juga slalu istirahat di sana. Ayo, ikut aku!”
“okay..”
Aku pun
mengikutinya dari belakang.
“nahh here
is it..” ucap Christie sambil menjatuhkan kayu-bakarnya ke tanah.
Aku pun ikut
menjatuhkan kayu bakarnya ke tanah.
“kayu
bakarnya biar disini aja, gak ada yang nyuri kok. Hehee” ucapnya.
“iyaa.. ayo
kita masuk..” ajakku.
Aku
meng-wink-kan mataku ke arahnya. Ia pun tersenyum dan menarikku untuk masuk ke
pondok kecil tersebut.
Aku dan
Christie duduk bersebelahan dan berhimpitan.
“aku ngantuk
banget Grey, aku tidur dulu ya”
“iya,
sweetie”
Ya, aku
memberanikan diri untuk mengucapkan kata tersebut, sweetie.
Ia terlihat
sedikit terkejut dan aku tertawa melihatnya.
Tak lama
kemudian, ia pun tertidur dan aku menarik kepalanya di atas pundakku. Aku
merangkulnya dan aku menatapnya dalam-dalam. Dia sangat cantik bagiku.
Aku mengusap
lembut pipinya dan tak lama kemudian aku pun juga tertidur pulas sambil masih
merangkulnya.
Saat sedang
tertidur, tiba-tiba aku mendengarkan suara Christie terbatuk-batuk. Aku pun
terkejut dan aku segera melepaskan rangkulanku. Aku melepaskan jaket kulitku
dan memakaikannya di tubuh Christie. Christie yang daritadi masih tertidur
pulas tak menyadari bahwa aku telah merangkulnya dan memakaikannya jaket. Setelah
selesai memakaikan jaket, aku pun beranjak berdiri dan melihat keluar dari
jendela kecil pondok tersebut. Hari sudah sangat gelap dan malam ini terdapat
bulan purnama. Aku yang merasa kesepian ini hanya dapat menatap indahnya langit
pada malam hari. Setelah bosan menatap langit dan bula, aku pun kembali duduk
di sebelah Christie dan kembali meletakkan kepalanya di pundakku dan
merangkulnya.
Hari sudah
pagi dan aku membuka mataku secara perlahan. Aku melihat Christie yang masih
tertidur pulas di rangkulanku. Aku tersenyum dan mengelus pipinya yang lembut
tersebut. Tak lama kemudian, ia tersadar dan ia pun membuka matanya.
“good
morning sweetie..” sapaku.
Aku melemparkan
senyuman pertamaku kepadanya.
“morning too
Grey..” jawabnya.
“hey, whose
jacket is this? Is this yours?” tanyanya.
“ahaha yeah.
Kemarin kamu batuk-batuk, dan mungkin itu karena kedinginan. Makanya aku
pakaiin kamu jaketku”
“thanks
Greyson”
“anytime”
“yaudah ayo
balik, ntar aku bisa dimarahi sama mama”
“okay”
Aku dan
Christie pun beranjak dan berdiri. Kami pun mengambil kayu bakar hasil
pencarian kami kemarin lalu kembali memikulnya.
“masih jauh
ya, Chris?” tanyaku, karena aku sudah mulai merasa kelelahan.
“nggak kok,
sedikit lagi..”
“baguslah”
“haha,
kecapean ya? Hahaa”
“iya hehe”
“sabar dulu
yaa..”
“iyaa…”
Sekitar 30
menit kami berjalan, akhirnya kami sampai juga di rumah Christie.
“nahh this
is my house” ucapnya.
“thanks”
Aku meletakkan
kayu bakarnya dan Christie pun mengajakku untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumahnya
sederhana namun cukup nyaman untuk ditinggali.
Ia menggandeng
tanganku.
“hey Chris..
udah dapet kayunya?” tanya mama Christie.
“udah maa…”
“eh, kamu
gandeng siapa?”
“ini Greyson
ma, temen baruku..”
“Greyson? Orang
gak ada siapa-siapa kok di sebelahmu..”
“gak ada
siapa-siapa gimana sih ma? Ini Greyson.. ini hloo ini diaa…”
“ahh udah
lah, lebih baik kamu tidur dulu aja, mungkin kamu sedikit sakit..”
“nggak ma
aku gak sakit..”
“ya mungkin kamu butuh tidur..”
“ya mungkin kamu butuh tidur..”
“nggak ah
ma. Aku mandi dulu ya Grey, kamu tunggu disini dulu aja..” ucapnya kepadaku.
“iya”
jawabku.
Aku duduk di
teras rumahnya dan merenung. Aku menundukkan kepalaku dan berpikir sejenak. Aku
pun mengingatnya! Simon bilang bahwa hanya cinta sejatiku yang dapat melihat
wujudku, sedangkan orang lain tidak akan ada yang bisa melihatku. Mungkin mama
Christie tak bisa melihatku dan Christie bisa melihatku karena ia adalah cinta
sejatiku? Ahh, aku tak akan menggubrisnya lagi.
“Grey…
jalan-jalan yukk…” teriak Christie.
“eh iyaa..”
jawabku terkejut.
“kemana?”
tanyaku lagi.
“ahh rahasia
deh, pokoknya bagus banget.. aku bawa kamera juga”
What?! Camera?!
Padahal aku kan bukan manusia, aku itu hantu!
“uhmm..
kamera?” tanyaku ragu.
“iya,
kenapa?”
“gapapa kok.”
“yaudah,
berangkat yuk..”
Ia kembali
menarik tanganku dan mengajakku di suatu tempat.
“arrived!”
teriaknya.
“where are
we?” tanyaku.
Well, dia
mengajakku di sebuah tempat yang luar yang sangat indah dan terdapat sebuah
danau kecil ditengahnya. Walaupun ini adalah autumn, namun ini sangat indah.
“c’mon”
panggilnya.
Ia menggandeng
tanganku untuk mengajakku pergi ke tepi danau. Di tepi danau kecil tersebut,
terdapat sebuah papan kayu yang menjorog ke air. Di tepi danau tersebut juga
terdapat sebuah perahu kayu kecil yang masih bisa dipakai.
Aku dan
Christie duduk berduaan di papan kayu di tepi danau tersebut. Ya, aku sudah tak
tahan lagi. Kupikir, aku harus segera mengungkapkan perasaanku yang
sesungguhnya kepadanya. Karena kutahu, waktuku tinggal 1 hari lagi dan aku
harus menjalankan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Aku mulai menggenggam
jari-jemarinya dan mengelusnya secara perlahan. Ia terkejut dan menghadapku.
“what are
you doing Grey?” tanyanya.
“well.. i..”
“what?”
“I love you.”
“huh?! But we
just met yesterday”
“yeah I know
this sounds crazy but I can’t delay it. I must tell you the reality that I’m in
love with you”
“really?”
“yeah”
“thanks”
Ia tersenyum
kepadaku dengan senyuman khas nya. Walaupun kami baru bertemu selama 2 hari,
namun aku merasa bahwa detik-detik bersamanya sungguh berharga.
Aku mengambil
perahu kecil yang ada di tepi danau tersebut dan menggandeng Christie untuk
ikut menaikinya bersamaku.
Aku mendayung
perahu tersebut dan Christie memelukku dari belakang. Tubuhku merasa sedikit
hangat karena pelukannya tersebut.
Aku pun
memutuskan untuk menepi dan aku menggandeng Christie. Kami sampai di sebuah
tempat yang amat indah. terdapat sebuah pohon besar yang tampak sudah tua
disana. Aku menoleh ke atas dan ternyata terdapat sebuah rumah pohon tua
disana. Aku mengajak Christie untuk memanjat pohon tersebut bersama. Saat sedang
memanjat, tiba-tiba Christie tergelincir dan ia jatuh ke tanah. Tangannya berdarah
karena terbarut batang pohon. Aku mengambil sapu tanganku yang kebetulan masih
bersih yang ada di kantongku. Aku pun melapinya secara perlahan.
“awwh sakit
Grey” desahnya.
“iya gapapa
nanti juga sembuh kok”
Aku terus
melapinya, namun darahnya tak kunjung berhenti mengalir. Aku mulai khawatir dan
Christie mulai merintih kesakitan. Aku pun memegangi tangan Christie yang
berdarah tadi dan aku pun mengemutnya. Tujuan dari tindakanku yaitu supaya
darahnya cepat berhenti. Dan tak kusangka akhirnya darahnya berhenti sendiri.
“c’mon”
ajakku lagi.
“no Grey
no.. please stop.. aku gak mau jatuh lagi kaya tadi” ucap Christie.
“yaudah
sini, aku gendong”
Aku pun
menggendong Christie dan aku pun berhasil naik ke rumah pohon tua tersebut.
Aku dan
Christie duduk berduaan di sudut ruangan rumah pohon kecil ini. Tiba-tiba
Christie menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku pun terkejut namun aku
berusaha untuk tenang. Aku mengelus-elus rambutnya yang lebut tersebut lalu
menciuminya. Ia hanya melamun melihat ke arah luar.
“Grey..”
gumamnya tiba-tiba.
“what?”
tanyaku.
“I love you”
“yeah. I love
you more”
“may I be
yours?”
DEG!! Aku terkejut
bukan main mendengar pertanyaan Christie baru saja. Apa bila aku menerimanya,
aku takut aku akan mengecewakannya besok. Namun apabila aku menolaknya, ia akan
kecewa terhadapku. Aku sangat bimbang.
“Grey?”
tanyanya lagi.
“what?”
“take me,
maybe?”
Aku berpikir
sejenak dan akhirnya otakku menghasilkan keputusan yang bulat.
“okay, you’re
taken by me today” jawabku tanpa ba-bi-bu lagi.
Ia tertawa
kecil dan a membalikkan tubuhnya ke arahku. Ia memelukku dengan sangat erat.
“thanks Grey”
ucapnya sambil terus tersenyum berbahagia (terharu).
“anytime,
baby” jawabku.
Aku memeluknya
dan mengelus-elus rambutnya.
Hari sudah
sore dan kami memutuskan untuk turun dari rumah pohon tersebut untuk
bermain-main. Aku menggendong Christie di punggungku dan akhirnya kita berdua
berhasil turun.
Christie
turun dari punggungku dan mulai berlari.
“chase me
Greyson if you can!” ejeknya.
“of course I
can!” teriakku lalu aku mengejarnya.
“I’ll kiss
you if I catch you!” teriakku lagi.
“kiss? Ohh nonono…”
“yes I can!”
Aku pun
mempercepat lajuku dan aku pun berhasil menangkapnya. Aku langsung memeluknya
dari belakang dan membalikkan badannya. Ia sekarang menghadapku. Ia tersenyum. Aku
mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya dan aku tetap mengelus-ngelus rambutnya
yang halus tersebut. Aku memejamkan kedua mataku. Aku sudah dapat merasakan
hembusan nafasnya. Saat bibir kami hampir bersentuhan, tiba-tiba ia memegang
kedua pipiku.
“belum
waktunya, Grey” ia tersenyum nakal kearahku dan meng-wink-kan matanya.
Aku tertawa
kecil.
Ia merebahkan
tubuhnya di atas dedaunan dan aku mengikutinya. Aku juga merebahkan tubuhku
disampingnya. Kami berdua menatap ke arah langit yang sangat cerah ini.
Langit pun
menjadi hitam dan hujan pun turun. Pemandangan yang semula indah menjadi
hancur. Aku dan Christie berlari-larian untuk berteduh. Dan kami berdua pun
memutuskan untuk duduk berteduh di bawah rumah pohon. Aku melihat ke arah Christie
yang menggigil kedinginan karena kehujanan. Aku pun kembali melepas jaketku dan
memberikannya kepada Christie.
“this is for
you” ucapku.
“no, thanks.
This is yours” jawabnya.
“no, you
need it more than me. Just wear it”
“thanks”
Ia pun
memakai jaketku dan aku memeluknya untuk menghangatkannya.
Ia pun
tertidur di pelukanku lagi. Dan aku kembali mengelus-elus pipinya. Tak lama
kemudian, aku juga tertidur pulsan sambil memeluknya.
“Greyson…”
Aku mendengar
suara lelaki dengan samar-samar. Aku pun terbangun dan mendapati bahwa aku
tidak di bawah rumah pohon tersebut, melainkan aku kembali berada di ladang
gandum yang sangat luas tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan Simon.
“Simon?”
tanyaku.
“Greyson. Waktumu
sudah habis”
“tapi.. aku
belum sempat menciumnya untuk yang pertama dan terakhir kalinya…”
“aku sudah
bilang, pergunakanlah kesempatanmu sebaik-baiknya”
“tapi.. dia
nolak dicium kemarin..”
“tapi ini
sudah 3 hari”
“please Simon,
berikanlah aku 2 jam lagi untuk bertemu dengannya untuk yang terakhir kalinya”
“baiklah. Kuberi
kamu 2 jam untuk menemuinya. Cepat!”
“okay”
Aku terbangun
dan aku berada di suatu bangku di tengah hutan, dimana tempat pertama kali aku
bertemu dengan Christie.
Aku duduk
sendiri disana, berharap Christie akan datang menghampiriku.
Aku kembali
merenung. Aku menundukkan kepala dan memandangi dedaunan yang ada di bawahku. Aku
juga mengambil satu dau dan memainkannya, memotongnya menjadi kecil-kecil,
melipat-lipat, dll. Aku pun akhirnya bosan. Ini sudah 1 jam dan Christie
benar-benar tidak datang. Aku ingin sekali rasanya memeluknya untuk yang ke
terakhir kalinya. I love her so much.
Aku bersender
di bangku tersebut sambil memejamkan mata. Berharap akan adanya suatu keajaiban
yang terjadi di hidupku. Namun aku sadar, bahwa aku sudah mati. Aku melihat
pakaianku. Kini pakaianku sudah berubah menjadi serba putih. Putih bersih. Aku tersenyum
sejenak sambil terus memainkan dedaunan yang ada.
Aku kembali
memejamkan mata dan tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang berjalan ke arah
sini. Aku pun memutuskan untuk beranjak dari bangku tersebut dan berdiri sambil
membuat daun tersebut.
Tiba-tiba,
aku merasa ada sesuatu yang mengenai tubuhku. Ya, dia adalah Christie. Dia memelukku
dari belakang sambil menangis. Aku memegangi kedua tangannya yang terdapat di
dadaku.
“I love you
so much Greyson.. please don’t leave me” mohonnya sambil menangis dan air
matanya juga membasahi pakaian putihku.
“I won’t
leave you, Christie. I’ll be always on your heart” jawabku sambil terus
memegangi kedua tangannya yang terdapat di dadaku.
Aku melepaskan
tangannya dan aku membalikkan badanku untuk menghadap Christie.
“listen, I’m
serious, I love you. You’re beautiful, cute, funny, nice, kind, and you’re
perfect!” ucapku sambil menggenggam kedua tangannya.
“i..”
“you have a
beautiful heart too…” lanjutku sambil terus menggenggam tangannya.
“I love you
too Greyson, since the first time I met you” jawabnya.
Aku tersenyum
dan memeluknya.
“me too
sweetie, I’m in love with you since we met in here. And I think you’re my true
love…” bisikku.
“and..”
lanjutku.
“and what
Grey?” tanyanya.
“you have to
know that I’m not a human..”
“so?”
“I’m a
ghost. I died 3 days ago. But I asked for a chance to find my true love. And yeah,
my angel said that noone can see me except my true love. And you can see me,
right? So it means you’re my true love. Thanks for being my true love since
long time ago”
Aku merasa
bahwa Christie sedang menangis. Ia menangis cukup lama di pelukanku hingga
bajuku dibasahi oleh air matanya.
“so, you
must leave me?” tanyanya lagi.
“yeah, but I’ll
be always on your heart. I promise and I swear!”
Ia tertawa
kecil dan melepaskan pelukanku.
Ia memegangi
kedua pipiku dan ia menatapku dalam-dalam. Aku tau bahwa jantungnya berdebar
sangat kencang. Aku hanya tersenyum. Dan tiba-tiba ia menarik wajahku secara
kilat den mengecup bibirku perlahan secara lembut. Aku hanya dapat
merasakannya. Ini adalah ciuman yang pertama dan yang terakhir yang diberikan
olehnya kepadaku. Omg.
Ia pun
melepaskan ciumannya dan tersenyum ke arahku.
“thanks,
Christie..” ucapku.
“anytime Grey.
And thanks for everything…” ucapnya.
“Greyson”
panggil seorang pria dan aku mengenali suaranya. Ya, waktuku telah tiba.
“I have to
go now, sweetie. Remember, I’ll be always on your heart, okay?” aku mulai
berpamitan dengan Christie.
“okay
Greyson, I love you!” ucapnya sambil melepaskan pelukannya. Ia menangis sambil
terus berusaha untuk tersenyum.
Aku pun
berjalan mundur dan berbalik darinya. Aku mendekati Simon dan Simon pergi
membawaku untuk tidak kembali lagi ke dunia selamanya.
-THE END-
0 comments:
Post a Comment