*otp*
“jen… dateng ke rumahku yuk… mau kutunjukkin sesuatu nih”
“ahh males ah”
“ihh ayo dong please…”
“ah clara. Okelah, karena kamu sahabat terbaikku, maka aku
akan menurutimu”
“nah gitu dong, Jennifer Louisiana sahabatku yang paling cantik
di dunia”
“hehehe”
“yaudah ya, mau bersihin kamar, kan kamu mau kesini hahaha”
“oke bye!”
“bye!”
Baiklah, demi Clara, apa sih yang gak bisa? Clara adalah
sahabatku sejak TK. Namun kami berpisah saat kami duduk di bangku SD. Namun
kami masih saling berhubungan satu sama lain.
Aku pun mempersiapkan barang-barang yang akan kubawa ke
rumah Clara. Setelah selesai, aku segera menuju ke garasi dan menemui pak
sopir.
“pak, anterin aku ke rumah Clara ya” kataku kepada pak
sopir.
“iya non”
Aku pun berangkat ke rumah Clara dengan mobil pribadiku.
Setelah aku sampai, aku sangat terkejut melihat rumah barunya. Kurasa ia baru
saja merenovasinya. Rumahnya terlihat sangat indah.
“mungkin ini alasan Clara memaksaku datang kesini. Dasar”
desahku.
“pak, nanti ku telpon ya buat jemputnya, sekarang bapak bisa
pulang dulu”
“okay non”
Aku pun segera masuk ke rumahnya. Tidak lupa aku mengetuk
pintu rumahnya. Setelah masuk ke dalamnya, aku terkejut bukan main karena
ternyata ia tidak hanya mengundangku ke rumahnya. Ia mengundang sejumlah
teman-temanku yang lainnya.
“well, kita udah berkumpul. Ayo guys ke kamarku sekarang!!!”
teriak Clara kegirangan. Dan semua teman-teman pun segera berlari ke loteng
menyusul Clara yang memimpin barisan mereka. Namun aku tidak mengikuti mereka.
Aku pun melamun sambil berjalan-jalan. Dan aku pun mendengarkan suara alunan
alat musik piano yang sangat indah. Aku pun penasaran dan segera mencari sumber
bunyi tersebut. Setelah menemukannya, aku segera menghampiri anak yang sedang
memainkan piano tersebut. Aku berjalan berhati-hati menuju ke arah anak
tersebut. Anak tersebut adalah anak laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi,
dan rambutnya bewarna coklat mengkilap apabila dilihat dari belakang.
“sepertinya aku tau siapa dia” desahku.
“he is.. OMG!” desahku kembali. Aku pun langsung memeluk
anak laki-laki tersebut dari belakang. Namun anak laki-laki tersebut kasar
sekali. Ia lang sung menoleh ke arahku dan melepaskan pelukanku serta
mendorongku hingga hampir terjatuh.
“kamu pikir kamu siapa?! Main peluk aja!” bentaknya
kepadaku. Aku hanya melihatnya dengan penuh penyesalan dan kekecewaan. Karena
dia sudah tidak mengenalku lagi. Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi.
Sahabat yang paling kurindukan dari dahulu, sekarang sudah melupakanku. Ia
terus menatapku dengan ekspresi kesal dan marah. Namun aku tak melihatnya.
“greyson? Jennifer? What are you guys doing here? C’mon come
in to my bedroom!” ucap Clara tiba-tiba yang membuatku sangat kaget. Aku hanya
menatapnya kebingungan. Darimana ia dapat mengenal greyson?
“hey.. gadis gila ini siapa sih?! Masa dia main peluk aja ke
aku!” ucap greyson kepada clara. Deg! Itulah yang kurasakan saat ini.
“grey.. sabar dulu dong. Dia itu sahabatku, namanya
Jennifer” jawab Clara sambil tersenyum.
“grey.. kamu itu juga sahabat semasa kecilku. Masa kamu lupa
sih?” batinku.
“dia kurang ajar sekali!” ucap Greyson dengan nada kesal
sambil berjalan menuju ke lantai atas. Terus terang, aku tidak terima dengan
ucapannya. Ucapannya sangat menusuk hati. Aku pun sudah tidak kuasa dengan
semua ini. Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki.
“maaf Clar, tapi aku ada urusan yang lebih penting dari ini”
“tapi Jen..”
“maaf” ucapku lalu langsung berjalan keluar dari rumah
Clara.
Aku pun berjalan sambil menangis. Kebetulan jarak rumahku
dengan rumah Clara tidak terlalu jauh.namun sebelum aku pulang ke rumah, aku
memutuskan untuk mampir ke taman bermain terlebih dahulu.
“wow, sepi sekali” gumamku.
Aku pun berjalan-jalan di taman tersebut dan melihat ke arah
atas.
“rumah pohon yang sudah tua. Lebih baik aku memeriksanya”
gumamku lalu segera memanjat rumah pohon tersebut.
Setelah sampai di atas rumah pohon tersebut, aku pun duduk
sendirian sambil melamun. Tak sadar, air mataku pun mulai menetes. Pikiranku
melayang kemana-mana, mulai dari pertama kali kita bertemu, bercanda bersama,
bermain bersama, tertidur bersama (jgn netiv yah), dan lainnya. Aku pun
teringat akan sesuatu. Aku melihatnya. Sebuah ukiran sederhana pada dinding
rumah pohon sederhana ini. Disana tertuliskan, “Jennifer & Greyson forever”
dengan ukiran berbentuk anak perempuan dan anak laki-laki yang sedang
bergandengan bersama. Aku pun semakin menangis membayangkannya.
“aku rindu masa-masa tersebut” gumamku sambil terus
menangis.
Setelah puas menguras air mata, aku memutuskan untuk kembali
ke rumah karena hari sudah sore. Aku tidak berkata apa-apa sepanjang perjalanan
ke rumah. Hingga setelah setengah perjalanan, aku melihat Greyson dan Clara
sedang berjalan bersama sambil bergandengan tangan. It’s make me jealous.
Aku berusaha mengalihkan pandangan dari mereka, namun Clara
tetap saja melihatku.
“jen? Kenapa kamu pulang sendirian dan jalan kaki
sendirian?” tanyanya kepadaku.
“bukan apa-apa. Kau tidak perlu mengetahuinya. Ini masalah
pribadi”
“oh baiklah kalau begitu. Oh ya, aku sampai lupa untuk
memberitahumu sesuatu. Ini Greyson Chance, kekasihku” ucap Clara sambil
menunjuk ke arah Greyson. GOD PLEASE HELP ME! Aku menahan tangisanku ini.
Mengapa mereka tidak segera pergi dari hadapanku, please.
“hey hun, c’mon, you said that we’re going to buy ice cram.
Do you forget?” ucap Greyson tiba-tiba sambil merangkul Clara dan mencium
pipinya, yang semakin membuatku jealous.
“ofc I don’t. well jen, aku pergi dulu yah!”
“oke bye!”
Aku segera melanjutkan perjalanan ke rumahku.
Setelah sampai ke rumahku, rumah terlihat sepi. Tiada
siapa-siapa disana selain Bu Inem, pembantuku.
“non, kenapa kok sempak gitu? Habis nangis ya?” tanyanya.
“iya bu. Aku lagi sedih banget”
“kenapa non? Ceritain deh, nanti ibu bantu nyari jalan
keluarnya”
“gini hlo bu. Tadi waktu diajak Clara ke rumahnya, aku liat
Greyson”
“grey.. greyson?! Sahabat kecilmu dulu?!”
“iya bu. Tapi aku sedih banget, karena dia udah lupa sama
aku”
“mungkin dia lupa bukan karena kamu mudah dilupakan. Tapi
mungkin dia lupa karena kesibukkannya. Kau kan tau sendiri kalau dia sekarang
udah sukses dan jadi penyanyi terkenal”
“tapi bu.. tetep aja aku sedih”
“udah lah non, jangan dipikirn terus, ntar sakit hlo” ucap
bu Inem sambil mengelus-elus pundakku. “udah sekarang non mandi dulu aja, trus
makan. Tadi bu inem dapet pesan dari papa kamu, katanya papa sama mama gak akan
pulang malam ini.”
Ya, aku adalah anak tunggal.
“oh. Yaudah deh. Aku mandi dulu ya bu”
“iya”
-skip-
Setelah selesai membersihkan diri, aku segera makan malam.
“oh ya non, ibu sampe lupa ngasih tau kamu. Tadi mom kamu
bilang kalau dia udah pesenin kamu tiket”
“tiket buat apa bu?”
“tiket jalan-jalan”
“jalan-jalan kemana?”
“gatau kalo itu. Tapi kayanya seru kok. Soalnya di pedesaan”
“watdahell? Pedesaan?! Gak salah apa?!”
“ibu juga gak tau. Tapi ibu sih dengernya gitu. Kamu harus
berangkat besok. Dan masalah pakaian, barang-barang, dan makanan udah ibu
persiapin. Nanti kamu tinggal siapin barang-barang pribadi kamu aja. Seperti
dompet, handphone, dan obat asma kamu”
“iya bu makasih”
“yaudah sekarang tidur dulu aja, biar besok tambah fit”
“oke bu! Bye!”
Well, Bu Inem sudah merawatku dari bayi. Jadi gak salah
kalau aku menganggapnya sebagai ibu keduaku, dan ia juga menganggapku sebagai
anaknya. Dan kami sangat akrab satu sama lain.
-tomorrow-
“non.. non… bangun” ucap bu inem membangunkanku.
“eh iya bu”
“buruan mandi terus makan ya, nanti mobilnya dateng 1 jam
lagi”
“hah cepet amat?”
“iya hehe”
“okedeh”
Setelah aku selesai mandi dan sarapan, aku pun mendengar
suara klakson yang dibunyikan di depan rumahku.
“itu pasti mereka. Aku berangkat dulu ya bu, titip winnie!”
. Winnie adalah nama hamster yang aku pelihara selama ini.
“iya non” .
Aku pun pergi meninggalkan rumahku yang nyaman ini untuk
pergi berlibur ke desa, salah satu tempat yang tidak kusukai. Namun kata bu
inem, desanya bagus. Ada hutan juga disana. Dan aku paling suka dengan yang
namanya hutan. Well, lumayan lah.
Aku meletakkan tasku di bagasi dan segera masuk ke mobil.
Betapa terkejutnya setelah aku melihat bahwa di dalam mobil sudah terdapat
Greyson disana! Dan ia duduk di tengah. Well, karena yang tersisa hanya tempat
duduk di sebelah Greyson, maka aku pun mendudukinya. Aku duduk tepat di sebelah
Greyson. Greyson diam saja dan hanya sibuk mengurusi iphone nya. Aku pun
mencoba mengintipnya dan ia menegurku.
“dulu langsung memeluk sekarang langsung mengintip. Mau kamu
apaan sih?!”
“apa kamu bener-bener gak tau siapa aku?”
“aku tau kamu. Kamu adalah cewek teraneh yang pernah aku
lihat. Puas?!”
“kasar sekali kamu! Mentang-mentang sekarang sudah populer! Populer
bukanlah segala-galanya! Dan apabila kamu terus sombong seperti ini, ini tidak
ada gunanya!”
“sok tau kamu.”
Aku tidak menjawabnya. Aku sangat kesal dengannya. Dan aku
pun memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan di luar
“she looks cute anyway” desah Greyson. Dan aku pun mempunyai
ide untuk menjahilinya.
“I bet you’re talking about me”
“no I’m not”
Aku tertawa melihat ekspresi anehnya dan seketika wajahnya
memerah. Cute sekali diaaa.
“hahaha don’t be lie. Aku tau kok kalo aku itu imut”
“ih. Geer kamu!”
“hahahaha”
“btw, nama kamu siapa?” asli, sakit ngedengerinnya. Masa
namaku aja dia lupa. Aku menarik nafas sejenak dan menghembuskannya.
“aku Jennifer Louisiana.”
“aku…” aku memotong ucapannya, “ya, aku tau. Nama kamu itu
Greyson Michael Chance, lahir tanggal 16 Agustus 1997, umur 15 tahun sama
sepertiku, pernah sekolah di Cheyenne Middle School”
“kok kamu tau sih?”
“karena aku ini sahabatmu grey……” batinku.
“hm… karena aku enchancer, mungkin?”
“haha thanks” jawabnya sambil mengacak-acak rambutku. Huh,
dia nakal sekali. Kelakuannya tetap seperti anak kecil. Ia masih tidak berubah.
Ya, saat kecil, hobi Greyson memang mengacak-acak rambutku. Yeah, it’s no
problem.
Aku pun melamun dan akhirnya tertidur. Saat aku tertidur,
aku merasa kepalaku diletakkan oleh Greyson di pundaknya. Dan aku juga
merasakan ada sesuatu yang jatuh di pipi kananku. Aku pun melihatnya dengan
samar-samar. Dan itu adalah Greyson!
IA. BARU. SAJA. MENCIUM. PIPI. KANANKU.
Dan tak lama setelah ia mencium pipiku, ia pun tertidur di
atas kepalaku. Aku dapat merasakannya.
Tak terasa, akhirnya kami sampai juga di desa.
“jen.. wake up! We just arrived!”
“okay”
Aku pun membuka mataku dan segera keluar dari mobil. Sungguh
sebuah desa yang nyaman, menurutku. Udaranya sangat sejuk.
“I love it here!” gumamku sambil tersenyum.
“jen, bring your bag by yourself, okay?” tanya greyson
tiba-tiba.
“okay”
Aku pun membawa tasku dan berjalan menuju ke villa yang akan
kami inapi selama 1 minggu ini.
Pembagian kamar pun dimulai.
……
Jennifer – Greyson
……
“watdahell” desahku.
“hey.. kita satu ruangan!”
“trus?”
“ya kan gapapa, dengan begitu kita bisa makin deket kan”
“ya gak bisa lah. Kamu kan udah punya pacar”
“sebenernya Clara itu bukan pacarku sih”
“tapi kenapa kamu kemarin berlagak sok romantis di depanku?”
“eeee kamu cemburu ya? Eciye”
“ya gak lah. Kamu gila apa?”
“hahaha just joke”
“it’s okay”
Ya, kami sudah mulai dekat karena kami sempat
berbincang-bincang di dalam mobil selama perjalanan.
Pukul 16.00-17.00 adalah watu bebas kami. Setelah mandi,
Greyson langsung menarik tanganku dan mengajakku berjalan-jalan di dalam hutan.
Dan saat kami ingin kembali ke villa, kami pun lupa dengan arahnya.
“matilah kita grey”
“enggak apa-apa. Kan ada aku”
“Hiiihh”
"kenapa? Kamu gak suka ya?”
“bukan. Aku cuman masih kesel aja sama kamu. Masa kamu
bener-bener lupa sih sama aku? Oops” aku keceplosan!
“hm. Gimana ya? Inget sih inget. Cuma aku tau kalo Clara itu
suka kepadaku. Oleh karena itu, aku hanya berakting kemarin. Maaf”
“what??? Dia inget sama aku???? BEST DAY EVER!!” batinku
sambil senyum-senyum sendiri.
“jen? Are you crazy or what? Kamu ketawa-ketawa sendiri
tau!”
“iya aku tau”
Matahari sudah terbenam dan tibalah giliran bulan untuk
berjaga. Aku dan grey memutuskan untuk mencari pohon yang rindang untuk
digunakan sebagai tempai berteduh. Dan akhirnya kami pun menemukannya. Kami
berdua pun duduk bersebelahan.
“jen..” ucapnya tiba-tiba
“ya?”
“still remember our first meeting?”
“of course! Why not?! You were my first bestfriend!”
“hahaha you true. I don’t know why. But I just can’t forget
all of those moments. Those were so sweet really”
“yeah you true”
Tiba-tiba greyson menyenderkan kepalaku ke pundaknya dan ia
memelukku.
“grey?”
“what?”
“why you hug me like this?”
Seketika ia melepaskan pelukannya.
“jen”
“yeah grey?”
“can you count those stars?”
“no. why?”
Ia pun membalikkan badannya ke arahku. Dan secara refleks,
aku juga mengahadapnya. Ia menatapku dalam-dalam dan mulai berkata, “really?”
“yeah” jawabku sambil tersenyum. Aku melihatnya. Ia
menunjukkan ekspresi yang terlihat seperti orang yang sangat bahagia.
“hahaa what happened with you greys?” tanyaku kebingungan.
“if you can’t count how many stars, so you can’t count how
much I love you”
“what do you mean grey? I don’t understand”
Ia menghadapku lagi dan aku juga menghadapnya.
“so, my beautiful pricess who can’t count how much I love
you. May I feel your lips?”
Seketika aku terkejut mendengar perkataannya. Aku tidak bisa
berkata-kata. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, ia sudah memegang pipi
kananku dan mulai mencium bibirku dengan lembut. Aku tidak dapat melakukan
apa-apa. Yang aku pikirkan hanyalah ‘mengapa ia menciumku?’. 1 menit berlalu,
ia pun melepaskan ciumannya dan berkata, “thanks for the first kiss. I enjoyed
it”. Dan tanpa kusadari, aku mengucapkan, “so do I”
Ia masih menatapku sambil tersenyum bahagia. ‘Words can’t
describe how much I love him’ batinku. Aku pun berhenti menatapnya. Karena
jujur saja, aku tak tahan melihat tatapan mautnya.
Aku pun bersandar pada pohon tersebut dan tak lama kemudian,
ia menjalarkan tangannya diatas bahuku. Ya, ia merangkulku. Aku pun tertidur
dan ia kembali menyenderkan kepalaku di pundaknya.
-skip- -morning-
Aku terbangun lebih awal dari Greyson dan aku berjalan-jalan
sejenak. Saat sedang asyik berjalan-jalan, tiba-tiba ada seseorang yang
mendekapku dari belakang dan membuatku tidak bisa bernafas. Aku pun pingsan dan
orang tersebut menggendongku dan membawaku ke suatu rumah tua. Aku tersadar
ketikat mendengar suara orang tersebut. Tunggu.. dia terlihat seperti Danielle!
Omg why did he do it to me?!
“Dan?! Why..” belum selesai aku berkata kepadanya, ia sudah
menutup mulutku. Ya, dia memang menyukaiku sejak SD. Dan kebetulan, ia juga
mengikuti acara kemah ini bersama denganku dan Greyson.
“semakin sedikit kau tau, semakin baik”
“Dan!” dan tiba-tiba Dan menamparku keras sekali.
“diam kau! Kalau kamu gak diem, kubunuh kau!” ia pun
menempelkan lakban di mulutku, suapaya aku tidak bisa berteriak lagi.
Aku hanya bisa menangis saat itu. Kemana greyson? Mengapa ia
tak menolongku? Padahal aku sangat butuh pertolongannya. Greyson help me!! Dan
pun pergi keluar meninggalkanku. Aku berusaha untuk melepaskan diri, namun
tidak bisa. Ia mengikatku sangat kencang pada bagian tangan, kaki, dan perutku.
Aku tak dapat bergerak sama sekali. Rasanya sangat tidak nyaman!
Aku pun berdoa secara terus menerus. Berharap ada sebuah
pertolongan yang datang. Dan yang benar saja, tiba-tiba ponselku berbunyi.
“omg…” desahku. Aku berusaha mengambilnya. Poselku berada di lantai. Namun
tiba-tiba Dan datang dan langsung mengambil ponselku tersebut.
“hahaha, so your hero just trying to call you like this?”
tanyanya sambil mendekatkan ponselku ke arah mukaku. “he’s such a loser!”
teriaknya lalu langsung membanting iphoneku. Aku semakin ketakutan melihatnya.
*Greyson POV*
“hah?! Kok mati sih?? Aduh dia kemana sih??” gumamku sambil
terus melihat ke arah iphoneku.
“aku harus mencarinya!” aku pun berlari mencari kemana dia
berada.
Hari sudah malam dan aku belum menemukannya. Aku sungguh
payah. Aku bodoh sekali!
Aku terus berlari kesana kemari, hingga aku menemukan
gelangnya!
“ini gelangnya! Aku yakin sekali ini pasti miliknya!”
Aku terus berjalan mencarinya. Namun ini sudah terlalu larut
malam. Aku pun memutuskan untuk tidur dibawah suatu pohon besar. Saat tengah
tertidur, aku bermimpi mengenainya. Aku bermimpi bahwa ia sedang dikurung di
suatu rumah tua yang letaknya tidak jauh dari sini. Aku juga melihatnya bersama
2 orang berbadan kekar dan 1nya lagi adalah Danielle. Aku juga bermimpi aku
berhasil menyelamatkannya.
*Jennifer POV*
-morning-
aku terbangun dari tidurku yang sama sekali tidak nyenyak
ini. Aku melihat keadaanku. Yah, masih sama seperti kemarin. Keadaan yang
sungguh memprihatinkan. Masa iya aku tidur dengan balutan tali di tangan,
kaki, dan perutku, serta lakban hitam yang menempel di mulutku. Ini sungguh
memprihatinkan. Aku mencoba untuk menengok jendela, namun tidak bisa.
“waiting for your loser, princess?” ucap Dan tiba-tiba.
“mmmhhh!!!” teriakku sambil menggerak-gerakkan tubuhku,
seakan ingin sekali rasanya untuk terbebas dari balutan tali dan lakban ini.
“hahaha you can do nothing so does your loser!”
Aku pasrah menghadapi semuanya. Aku yakin, Greyson tidak
akan hadir disini untuk menolongku. Mungkin ia sudah kembali ke villa dan
bersantai bersama dengan teman-teman yang lain kecuali aku dan Dan. GREY PLEASE
HELP ME!
*Greyson POV*
Hari sudah siang dan aku masih tidak menemukan dimana rumah
tua itu berada. Aku terus mencarinya hingga tiba-tiba aku tersandung batu dan
jatuh. Bodohnya aku, tidak melihat jalan. Aku terus memikirkan keadaan Jen.
Bagaimana apabila terjadi sesuatu dengannya? Aaah. Sepertinya kakiku terkilir.
Rasanya sakit sekali. Namun aku harus tetap pantang menyerah untuk mencari
keberadaan Jen. Sesekali aku beristirahat untuk memijat kakiku yang terkilir
tersebut.
“huh, I’m tired. And I’m hungry”
Aku pun melanjutkan perjalananku untuk mencari rumah tua
tersebut.
Hari sudah sore dan FINALLY aku melihatnya! Sebuah rumah tua
yang kumuh dan sepi. Aku pun berjalan cepat untuk menolong Jen.
*Jennifer POV*
Dimana Greyson? Aku terus memikirkan keadaannya. Dan
tiba-tiba aku mendengar suara Greyson! Yeah, ini benar DIA! FINALLY. Greyson
mencoba masuk ke rumah tua gombal ini dan membukanya. Namun tiba-tiba Dan
datang bersama kedua bodyguardnya dan langsung mendorong Greyson hingga jatuh
ke lantai.
“ouch!” teriaknya.
“ow, so this is the little loser? Beat him!” perintah itu
pun keluar dari mulut Dan.
“okay!” jawab kedua bodyguardnya.
Dan yang benar saja, ia menarik greyson dan menghajarnya.
Aku dapat melihat ekspresi kesakitannya. Tak sedikit pula darah yang keluar
dari tubuh Greyson. Di mulutnya, dan di kepalanya! Sesekali ia menghapus
darahnya tersebut dan kembali dihajar oleh bodyguard Dan.
‘apakah dia akan mati? Tidak. Aku tidak akan membiarkannya
mati’ batinku lalu segera berusaha keras untuk melepaskan semua tali yang
menjulur di tubuhku.
“do it Jen! I know you can!” teriak Grey tiba-tiba yang
membuat Dan menatap ke arahku.
“ow, so the loser ask the princess to escape from me huh?!”
Dan pun langsung menyodorkan pisau di leherku. Otomatis, aku sangat takut. Aku
hanya dapat memejamkan mataku. Karena, aku phobia dengan pisau! Bodyguardnya
pun berhenti menghajar greyson yang sudah berlumuran dengan darah. Greyson pun
mencoba untuk berdiri dan ia mengambil alat tembak yang ada di dekatnya dan
menembak kedua bodyguardnya.
“and now it’s your turn” ucap Greyson kepada Dan dengan
ekspresi santainya.
“if you shoot me, I’ll kill her. Put it down!”
“no I won’t” ucap Greyson sambil terus mendekat.
“put it down!”
“no greys! Please. Don’t do that! It’s better if I’m dead!”
ucapku sambil terus mengeluarkan air mata.
“no! I won’t let you die!”
“but. Maybe today is the last day I met you. Thank you grey
for everything”
“no!” tiba-tiba Greyson menjatuhkan alat tembaknya dan ia
pun bersujud. Dan pun tertawa melihatnya.
“you’re really a little loser” ucap Dan sambil menaikkan
dagu Greyson.
Aku melihat wajah Greyson yang sudah penuh dengan
kepasrahan. Kepalanya berdarah dan hidungnya juga terus mengeluarkan darah.
Dan JLEBB!! Dan menusuk perut Grey dengan pisau. Aku
terkejut melihatnya. Aku pun benar-benar muak dengan tingkah laku Dan dan
akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil alat tembak tersebut dan menembakkannya
ke tubuh Dan.
***
Aku terus berlari di lorong-lorong ini. Aku langsung
memasukki ruangan Greyson berada.
Saat sedang menangisinya, tiba-tiba Greys tersadar sejenak.
Ia memegang pipi kiriku dan mengatakan “sekarang aku sadar bahwa populer memang
bukanlah segala-galanya. Dan kaulah segala-galanya bagiku” dan -TIIIIIIIITTTTTT- Ya. Itulah kalimat terakhir yang ia
katakan. Aku tidak akan bisa melupakannya. Dia telah mengorbankan nyawanya bagiku.
Dan sekarang aku sadar bahwa. IA. BENAR-BENAR. MENCINTAIKU.
***
Hari ini adalah tepat 1 tahun setelah hari kematian Greyson.
Aku berjalan menuju ke taman bermain. Dan seperti biasanya, aku langsung
memanjat ke rumah pohon tua tersebut dan kembali memandangi ukiran-ukiran
sederhana kami berdua, yang hanya berupa gambar anak perempuan dan anak
laki-laki sedang bergandengan tangan. “Jennifer & Greyson forever” .
-THE END-
0 comments:
Post a Comment