Pagi ini
sama seperti pagi-pagi biasanya. Aku membuka jendela kamarku. Kuhirup udara
segar pada pagi hari ini. Kulihat burung-burung berkicau menghiasi pagi hari
ini. Kuraih iPhoneku, dan disana tertuliskan “1 message received”. Kubuka pesan
tersebut yang ternyata dari Nancy, sahabatku. “good morning grey, have a great holiday!
<3”. Aku tersenyum membacanya. Aku tidak membalasnya, karena aku kehabisan
pulsa (?).
Aku pun menutup kembali jendela kamarku dan aku memutuskan untuk pergi mandi. Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk untuk menutupi pinggang sampai ke bawah (?). Aku pun mengambil baju yang sudah tertata rapi di almariku. Dan aku pun mengenakannya. Simple, hanya kemeja bewarna hitam dan celana pendek bewarna putih. Aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar kecilku ini, yang sangat dipenuhi oleh poster-poster Lady Gaga. Yeah, I’m a little monster. I love her so much. She inspired me. Aku berjalan menuju tangga secara berhati-hati dan menuruninya. Rumahku terlihat sangat sepi.
Aku pun menutup kembali jendela kamarku dan aku memutuskan untuk pergi mandi. Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk untuk menutupi pinggang sampai ke bawah (?). Aku pun mengambil baju yang sudah tertata rapi di almariku. Dan aku pun mengenakannya. Simple, hanya kemeja bewarna hitam dan celana pendek bewarna putih. Aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar kecilku ini, yang sangat dipenuhi oleh poster-poster Lady Gaga. Yeah, I’m a little monster. I love her so much. She inspired me. Aku berjalan menuju tangga secara berhati-hati dan menuruninya. Rumahku terlihat sangat sepi.
“they’ve
left for sure” desahku.
Aku merasa
belum lapar. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk tidak sarapan pagi itu. Aku
menonton TV. Karena TV merupakan satu-satunya hiburan yang aku miliki selama
liburan ini. Aku merasa sangat bosan. Dan secara tak sadar, aku pun memejamkan
mataku dan terlelap dalam dunia mimpi dalam keadaan TV yang belum dimatikan.
“greysooonn….
Wake up….. it’s 5 p.m.!!” ucap Alexa yang sangat membuatku terkejut.
“OMG!! Do
not scream like that! You made me shocked!”
“hahaha
sorry. Hey, what happened with your face? Hahaha”
“my face?
Ouch, my face looks handsome like usual, right?”
“nooo for
today. See it!” ujar Alexa sambil menyodorkan cermin ke arah wajahku.
“watdahell!!!
Who did all of this?!”
“who else?
Tanner did. Hahaaha. But you look more cute anyway”
“no! I look
bad. Omg. Tanner!! Watch up!!!!”
“for what
hahaha??” ujar Tanner sambil tertawa.
“for this
one!” ucapku sambil menunjuk wajahku.
Aku pun
langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajahku. Mereka
berdua, atau lebih tepatnya kak Tanner, ia mencorat-coreti wajahku dengan
spidol, dan menggambar bunga di wajahku. Sungguh memalukan.
Setelah
kuhapus, aku pun membersihkan diri.
“Greyson,,
c’mon dinner with us!” teriak mom Lisa.
“I’m coming
mom…”
Aku pun
melahap makan malam tersebut. Karena memang aku belum makan sejak tadi pagi.
“Grey, we’ve
planned about our holiday. We’re going to go Canada 2 days later for holiday.
Packa and prepare your things by yourself, okay?”
“okay mom”
jawabku melemas. Ya, sebenarnya aku tidak suka pergi jauh. Walaupun aku sering
mengadakan tour di luar kota, bahkan luar negeri, namun tetap saja aku tidak
menyukai bepergian. Malas rasanya. Yang benar saja, mereka baru memberitahuku
sekarang. Namun mereka sudah merencanakannya sejak dahulu. Huuu.
Setelah
selesai makan malam, aku pun segera pergi ke kamar untuk mengemasi
barang-barang dan baju-baju yang akan kubawa ke Canada. Setelah selesai, aku
pun tidur.
~SKIP~ ~2
days later~
Malas sekali
rasanya harus bepergian jauh AGAIN. Tapi apa boleh buat? Masa iya aku harus
ditinggal di rumah sendirian? Ah enggak deh. Aku sengaja bangun tidur lebih
awal untuk kembali mempersiapkan barang-barang pribadi yang perlu aku bawa.
Setelah selesai, tidak lupa aku pergi mandi dan sarapan.
Pesawat kami
akan berangkat 1 jam lagi, oleh karena itu, kami harus berangkat ke bandara
sekarang juga. Setelah sampai, aku segera mencari tempat duduk yang berada di
dekat jendela. Ya, aku memang sangat menyukai pemandangan. Selama di
perjalanan, yang hanya dapat aku lakukan yaitu melihat-lihat awan sambil
mendengarkan lagu yang aku putar.
4 jam
kemudian, pesawat kami pun sampai di Canada.
“Hi Canada!
Please make my days!” teriakku sambil tersenyum. Tak lupa, aku pun mengambil 1
foto untuk aku post di instagram. Setelah aku edit menggunakan efek-efek yang
tersedia, my photo successfully posted.
“grey.. do not play your mobile here. You
better help us to bring this bag!”
“okay dad”
Aku pun
membawa koperku sendiri.
Tidak
sedikit orang yang memotretku, minta berfoto, minta tanda tangan, memeluk, dan
menciumku. Ada juga yang membawakanku hadiah. They’re the best fans I ever
know. Thank you enchancers.
Setelah
sampai di taxi yang sudah dipesan oleh mom, aku pun memasukkan koperku ke
bagasi dan segera duduk. Selama perjalanan menuju villa, aku hanya dapat
memotret pemandangan yang ada.
~SKIP~
~arrived~
Akhirnya
sampai juga di villa yang sudah disewa oleh mom. Bagus juga tempatnya. Villa
tersebut terdapat di sebuah desa yang damai. Pemandangannya juga indah. Di
halaman villa tersebut juga terdapat sebuah ayunan yang terbuat dari ban mobil
dan tali.
“what a
beautiful scenery” gumamku.
“yeah, do
you like it?” tanya mom tiba-tiba
“yeah I like
it. I’ll enjoy this holiday in here”
Aku pun
duduk di sebuah ayunan yang terdapat di halaman villa tersebut sambil
memandangi sekeliling. Aku pun terbelalak kaget setelah melihat seorang gadis
sedang duduk di ayunan sepertiku. Ia terlihat sangat pucat dan ia menangis. Aku
terus memandanginya dengan penasaran. Dan tak kusangka ia pun melihat ke
arahku. Karena aku sangat penasaran dengannya, maka aku pun memutuskan untuk
menghampirinya.
“are you
okay?” tanyaku kepadanya.
Ia tak
menjawab pertanyaanku. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum terpaksa.
“tell me,
why are you crying?”
“it’s not
your business”
“but.. may I
be your friend?”
“of course”
Aku senang
mendengar jawabannya tersebut. Aku bun menyodorkan tanganku.
“I’m Greyson
Chance. And who are you?”
“I’m Nicky
Loveday”
“what a
beautiful name. just like it’s owner”
Ia pun
memandangku sejenak sambil mencoba tersenyum.
Aku juga
tersenyum ke arahnya.
“Nick…. Come
here!!!!!” teriak seorang wanita dari dalam rumahnya.
“well,, I
have to go now!” Nicky pun berlari dan meninggalkanku sendiri. Namun aku curiga
dengannya. Karena aku melihat seperti nafasnya tersengal-sengal.
Aku pun
kembali ke villa ku untuk instirahat.
***
Hari-hari
berikutnya, aku tak melihat Nicki. Entah mengapa, aku merasa rindu dengannya.
Walaupun aku baru saja mengenalnya. Aku terus melihatnya dari jendela kamarku.
Dan akhirnya ia pun keluar dari rumahnya dan menuju ke ayunan, permainan
favoritnya, mungkin. Aku pun segera berlari menghampirinya. Betapa terkejutnya
aku setelah melihat wajahnya yang terlihat sedih tersebut. Ia menangis. Dan aku
melihat wajahnya memar-memar. Aku juga melihat tangannya yang penuh dengan
luka.
“what
happened with her?” tanyaku dalam hati.
Ia terus
terdiam dan melamun. Sampai akhirnya lamunannya terbuyarkan oleh lambaian
tanganku tepat di depan wajahnya.
“hey, are
you okay?” tanyaku kembali, dengan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.
“to be
honest with you, I’m not okay actually”
“why?”
tanyaku dengan perasaan penuh curiga.
“because…becauseee….”
Dan ia pun menangis secara tiba-tiba. Aku pun memeluknya. Dia menangis dalam
pelukanku.
“it’s okay
if you crying. It’s no problem. Crying make us better. Believe or not, I often
cry because of something”
Aku merasa
ia sedikit terhibur oleh ucapanku. Dan ia pun mendesah “thank you”.
Aku
melepaskan pelukannya, dan ia tersenyum ke arahku.
“just tell
me why are you crying?”
“my mom”
“what
happened with her?”
“she always
force me to do what she want”
“for the
example?”
“she forces
me to clean my house. But if I don’t do it, she will torture me, or kick me, or
beat me, etc”
Tak kusangka
ibunya begitu kejam dengannya. Ternyata kecurigaanku benar mengenai dirinya.
Mengapa wajahnya memar-memar dan tangannya penuh luka. Ternyata semua itu
karena ibunya.
“but
actually she’s not my mom. She’s my step mom. My mom is dead last year”
“and how
about your dad?”
“he’s dead
last week”
Aku sangat
iba melihat kehidupannya yang sangat menderita. Mungkin aku termasuk orang yang
beruntung, namun ia tidak.
“c’mon” aku
pun menggandeng tangannya.
Aku
mengajaknya berjalan-jalan sejenak, melihat-lihat lingkungan sekitar. Entah
kenapa, aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya. Aku juga terus membuatnya
tersenyum sore itu. Ia juga tak berhenti-hentinya tertawa mendengar leluconku.
Aku menyukai senyumnya. Senyumnya sangat manis bagiku. Aku kira aku sedang
jatuh cinta. Kami terus bercerita mengenai kehidupan pribadi kami. Walaupun aku
sedikit sedih mendengarkan kisah hidupnya. Kisahnya sangat menyentuh. Aku juga
menceritakan sedikit mengenai sahabatku yang bernama Nancy. Sesekali ia memberikan
senyuman indahnya. She’s really beautiful. Kami berdua pun memutuskan untuk
duduk di bawah salah satu pohon yang cukup rindang di dekat hutan. Kami mulai
mengobrol-ngobrol lagi.
“you’re
lucky” ucapnya tiba-tiba.
“what do you
mean?”
“nothing.
But you’re lucky, not like me”
“why?!
You’re lucky too, because God gives you a chance to enjoy this life”
“He even
doesn’t care about my miseries”
Aku menatap
matanya yang bewarna biru tersebut dalam-dalam, dan aku menggenggam kedua
tangannya.
“no. He
always care about your miseries. I’m pretty sure that He has a great plans for
your life. Just waiting for Him”
Ia hanya
tersenyum melihatku.
“you true”
desahnya tiba-tiba sambil mengalihkan pandangannya dariku.
Aku pun
menarik dagunya dan menangkap pandangannya. Aku mengelus rambutnya yang ikal
bewarna brunette tersebut. Aku juga memegang kedua pipinya. Kemudian aku mulai
mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kami berdua pun memejamkan mata kami. Hidung
kami mulai bersentuhan. Dan akhirnya, bibir kami pun juga bersentuhan. Yeah,
she was my first kiss. Setelah 1 menit, aku melepaskan ciumanku. Aku melihatnya
tersenyum malu. Aku hanya tertawa melihat senyumannya yang sangat menarik
tersebut.
“thank you,
you stole my first kiss” ucapnya tiba-tiba sambil terlihat malu-malu.
“hahaha no
problem. You stole mine too. May I ask you something?”
“of course,
you may”
“can I call
you sweetheart?”
“what do you
mean? And what is the meaning of sweetheart?”
Hahaha aku
geli mendengarnya. Ia sangat polos. Bahkan ia tak mengerti akan maksudku dan
dia juga tak mengerti apa maksud dari ‘sweetheart’.
“hahaha
you’re too funny” kataku sambil mencolek hidungnya.
Dan tebak,
ia menunjukkan ekspresi kesalnya. Namun ia terlihat semakin cute menurutku. Aku
pun menjelaskannya.
“I mean,
would you be mine? And sweetheart is a term of someone that I loved”
Seketika
wajahnya memerah. Dan aku dapat merasakannya, apabila ia sangat senang
mendengarkan kata-kataku tadi. Jantungnya juga berdegup kencang.
“why not?”
jawabnya, lalu memelukku erat.
Aku membalas
pelukannya dan mencium keningnya. Dan akhirnya, kami berdua pun berjalan
kembali ke rumah kami sambil bergandengan tangan.
Setelah
sampai di depan rumah Nicky, lagi-lagi aku mendengar suara wanita tersebut.
“nick!!!!”
“omg… I have
to go again”
“okay. Be careful.”
Ia pun
berlari dengan nafas yang kembali tersengal-sengal. Aku merasa kasihan
melihatnya.
Aku
menungguinya dari sore. Namun ia tidak kunjung keluar. Hingga pada malam
harinya, aku mendengar teriakan yang sangat keras. Dan kedengarannya, suara tersebut
seperti suara teriakan Nicky. Aku harap tidak terjadi apa-apa dengannya. Aku
terus menunggunya di bawah pohon di depan rumahnya. Tak terasa, aku pun tertidur
di bawah pohon tersebut.
Matahari
sudah bangun dari tidur pulasnya, demikian juga denganku. Aku masih
menunggunya. I still wait her. Waiting, waiting, waiting, waiting. Aku semakin
khawatir dengannya.
“maybe she’s
still sleeping right now” desahku, lalu berjalan kembali pulang ke villaku. Aku
membersihkan diri dan sarapan pagi.
“where were
you last night?” tanya kak Alexa tiba-tiba.
“I was… I
was… I was in there!” jawabku sambil menunjuk ke arah jendela yang menghadap ke
rumah Nicky. Ya, rumah kami berseberangan.
“omg
greyson… what are you doing there?”
“I waited
for Nicky, but she didn’t come out from her house. So I slept under that tree”
“omg grey…
don’t you know that… that…. That her mom is very vicious and a bit crazy?”
“well I knew
that her mom is very vicious. But I don’t know that her mom is a bit crazy. Is
it true?”
“yeah. She’s
crazy”
“how can you
know obout her mom?”
“oww don’t
ask about that. Mom Lisa told us yesterday to stay away from them. They’re a
bit crazy”
Aku sedikit
kurang terima mendengar ucapan kakakku tersebut.
“no! nicky
is not crazy anymore! But she isn’t lucky anymore. She was with me yesterday
evening. And she’s really nice, kind, and fun”
“aww really?
Is she your new girlfriend? So sweet”
“yes she
was”
“omg….”
Aku pun
segera meninggalkan kak Alexa yang sangat KEPO tersebut. Karena sejujurnya, aku
tidak terlalu suka dengan orang yang kepo. Aku membuka twitterku dan mem-post
sebuah tweet yang berbunyi “last night was amazing. And now I’m waiting for
her. #praying”
Setelah usai
mengotak-atik twitter, aku pun kembali berjalan ke luar dan duduk di ayunan
sambil menunggunya. Aku bingung, mengapa ia tak kunjung keluar? Aku pun
memberanikan diri untuk mengintip jendela rumahnya. Dan… tidak ada orang
disana. Aku semakin khawatir. Aku kembali menunggunya di dekat ayunan miliknya,
di bawah pohon di depan rumahnya. Namun ia sama sekali tidak terlihat. Bahkan
suaranya pun tidak terdengar sama sekali. Apa yang terjadi dengannya? Apakah ia
sudah melupakanku? Aku rindu senyumannya. Aku pun terus menunggunya hingga
tanpa kusadari, aku kembali tertidur di sana. Aku membuka mataku dengan lebar.
Aku pun melihat sesosok Nicky sedang tersenyum melihatku. Ia menggandengku.
Namun aku tak menerimanya. Aku melihat raut wajahnya yang terlihat sedikit
kecewa dan sedih pastinya. Tak lama kemudian aku pun terkejut dan tersadar dari
lamunanku. aku pun kembali mendengar suara teriakan seorang perempuan.
“aaaaaaaaaaaaaaa……..!!!!!!!!!”
“it must be
her”
Aku berjalan
cepat menuju ke depan jendela rumahnya. Aku memberanikan diri untuk kembali
mengintipnya. Dan aku pun terkejut melihatnya. Aku melihatnya! Nicky! Ia sedang
dihajar oleh ibu tirinya! Ibu tirinya sedang mencambukkinya dengan sabuk! Ibu
tirinya memang sangat kejam menurutku. Aku melihatnya menangis kesakitan.
Akhirnya, ibunya pun pergi meninggalkannya sendirian di rumahnya dan keluar
melalui pintu belakang. Aku segera bersembuyi di balik rumahnya. Aku melihat
ibu tirinya yang kejam tersebut membawa sesuatu. Setelah kuamati dalam-dalam,
ternyata itu adalah selembar kain putih yang berlumuran darah. Betapa
terkejutnya aku melihatnya. Rasanya ngeri sekali.
“is that
hers?” batinku.
Tiba-tiba
ibunya menengok ke arahku. Namun untungnya, aku berhasil membuatnya tidak
curiga. Aku melihatnya kembali. Aku melihat ibu tirinya sedang berjalan
menjauhi rumah.
“I think she
will go to the forest” desahku.
Aku pun berjalan
mengendap-endap untuk masuk ke dalam rumah Nicky. Aku pun berhasil masuk. Aku
pun langsung mencari dimana letak kamarnya. Setelah menemukannya, aku pun
membuka pintunya karena pintunya tidak terkunci.
“Nick?”
sapaku. Aku melihatnya sedang duduk melamun di pojok ruangan. Wajahnya masih
memar dan tangannya penuh luka. Ditambah lagi kakinya juga penuh dengan
goresan-goresan. Aku menghampirinya. Ia pun melihatku dan memelukku sambil
menangis.
“I miss you
so much greys…”
“I miss you
too. I’m really worry about your condition. I saw she ..”
“sssstt…
don’t say about that. I won’t remember it.”
Aku
tersenyum dan memeluknya erat.
“don’t
worry. I will always waiting for you”
“no.”
“why?”
“I’m pretty
sure you won’t”
“why?? Don’t
you know that everyday I sleep under that tree?” tanyaku sambil menunjuk pohon
yang selalu kugunakan untuk berteduh.
Ia terdiam
sejenak dan mengangguk.
“I don’t
know about that, but I believe you”
“great. May
I kiss your cheek?”
Aku
melihatnya tersenyum malu.
“of couse”
ia pun menjawabnya dengan malu-malu pula. Ia sungguh menarik bagiku. Aku pun
mencium pipinya dan tiba-tiba..
“Nick!!!!
Where are you??!!!!” teriakan perempuan itu terdengar lagi.
“greyson…
get out please… shw will kill you if she sees you..”
“no I won’t”
“pleaseee
greyson…. Or maybe she will kill me” ia pun meneteskan air matanya. Aku pun
pergi meninggalkannya melalui jendela. Aku memanjat jendelanya dan jatuh di
depan rumahnya.
“ouch”
desahku sambil melihat kakiku yang penuh dengan darah. Ibu tirinya sungguh gila.
Ia menempelkan sejumlah kawat pada dinding di bawah jendelanya. Dan bodohnya,
aku tak mengetahuinya. Kakiku penuh dengan goresan dan darah.
“maybe
that’s why her legs are full of wounds” batinku sambil menahan rasa sakitku.
Aku pun
berlari meninggalkan rumah tersebut untuk bersembunyi dengan menahan rasa sakit
kakiku ini. Saat sedang berlari tiba-tiba aku mendengar suara teriakan Nicky
yang sangat lantang. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!”. Namun aku tidak
sempat membalikkan badan karena tiba-tiba kak Tanner datang untuk menolongku
dan ia menggendongku (?).
***
Hari demi
hari selalu kupenuhi dengan “WAITING”. Aku menunggunya setiap hari. Namun
mengapa akhir-akhir ini aku tidak pernah mendengar suara teriakannya lagi. Aku
juga tidak mendengarkan suara teriakan ibunya yang gila tersebut.
“it has been
a week since I kissed her cheek” gumamku sambil terus menunggunya di bawah
pohon tempat biasa aku menunggu.
Aku pun
curiga karena rumahnya sangat sepi. Aku pun berusaha mengintipnya untuk yang
terakhir kalinya. Aku melihat ke dalam, tidak ada seorang pun disana.
Aku
memutuskan untuk membuka pintu rumahnya dan pintunya tidak terkunci.
“weird”
gumamku.
Aku pun
segera menuju ke kamar Nicky yang terletak di lantai 2. Aku membuka pintunya,
namun pintunya terkunci.
“she even
never locks her door. It’s not usual” gumamku.
Aku pun
mencoba untuk mendobrak pintunya. Dan aku berhasil mendobraknya.
“oh my God!”
Aku
terbelalak kaget melihat keadaan Nicky. Ia sudah terbaring kaku di bawah
jendela kamarnya. Aku menatapnya terus menerus. Mungkin aku sulit menerima hal
ini, namun apa boleh buat. Ia telah tiada. Aku melihatnya untuk yang terakhir
kalinya, karena besok lusa aku akan kembali ke LA. Aku melihat luka-luka yang
ada di dekujur tubuhnya. Aku masih tidak percaya akan semua ini. Aku juga
melihat darahnya keluar dari hidungnya. Aku memeluknya erat. Ini sangat sulit
bagiku untuk menerimanya. It’s too hard! I’ve been waiting for her for about 2
weeks and all of this are useless! She’s died! Aku terus memeluknya untuk yang
terakhir kalinya. Air mataku menetes di pipinya. Aku sangat ingin melihatnya
tersenyum lagi. Namun ini mustahil. Tak kusangka hari itu merupakan hari
terakhirku untuk melihat senyumannya yang menawan tersebut.
“Good Bye
Nicky Loveday my sweetheart, I will always love you!” bisikku padanya.
Aku pun
berjalan meninggalkannya. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku berjalan-jalan di
hutan sendirian. Hingga pada akhirnya, aku duduk di bawah pohon yang merupakan
tempat dimana kami berciuman untuk yang pertama kalinya. Aku terus mengenangnya
dan aku terus menangisinya. Aku sungguh mencintainya. AKU SANGAT
MENCINTAINYA!!!!!
Matahari pun
tenggelam dan digantikan oleh bulan. Aku masih duduk di bawah pohon tersebut.
Aku tak peduli apa yang akan dikatakan oleh dad, mom, Tanner, dan Alexa. Yang
aku pedulikan hanyalah dia, Nicky Loveday. Aku pun menunduk. Dan tiba-tiba aku
merasa daguku terangkat. Aku pun melihatnya. Ia… iaa… iaaa adalah Nicky. Ia
mengenakan pakaian putih dengan rambut ikal brunette nya yang ia gerai. Ia
terlihat sangat cantik. Dan ia tidak memiliki luka di sekujur tubuhnya. Ia
tersenyum melihatku. I love her smile. Dan tiba-tiba ia mencium bibirku. Maybe
this’s the last kiss. Ia pun melepaskan ciumannya dan membisikkan sesuatu di
telinga kiriku, “it’s okay if you crying. It’s no problem. Crying make you
better. Believe or not, I alwayscry because of everything” . dan ia pun
meninggalkanku untuk selamanya.
-THE END-
0 comments:
Post a Comment