Red Bobblehead Bunny

Saturday, June 1, 2013

The Way

Posted by Feren Marcelina at Saturday, June 01, 2013

*Irene POV*

Sunyi. Sepi. Sendiri. I have nothing to do.
I spend all my time by crying and yeah whatever.
*toktoktok*
Aku yang tengah membaca novel kesayanganku pun terkejut bukan main.
Bayangkan, malam-malam jam 11:30 ada seseorang yang mengetuk kamarmu. Aku yakin kalian pasti juga akan takut apabila hal tersebut terjadi kepada kalian. Dengan langkah yang kuperlambat, aku pun menutup novelku dengan perlahan dan kuletakkan di atas tempat tidurku. Aku membuka pintu kamarku dan..
“SURPRISE!!” teriak seorang laki-laki sambil tertawa.
“what the hell you did” jawabku sambil mengerutkan dahiku.
“hahaha jangan marah dong sweetie. Apa kamu lupa kalau hari ini adalah tahun baru? Jadi kita harus merayakannya dong... jangan Cuma baca novel di kos-kosan sendiri. Gak seru tau,..” jawab Greyson sambil tersenyum.
“andd whatever you say..” jawabku ketus.
“ayolah Irene, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Aku Cuma mau ajak kamu ke alun-alun kota. Kata teman-teman, disana sedang diadakan acara perayaan tahun baru dengan membuat suatu pasar malam yang katanya bagus banget. Ayoooo ikut aku dong?”
“uhmm.. tapi.. novelnya belum selesai kubaca..”
“ckckckck hari gini masih suka baca novel. Hahahaa baca love story ya?”
“iya nihh... romantis banget ceritanya” jawabku sambil sok lebay.
“uhmm.. gimana kalau kita buat love story sendiri?” tanya Greyson.
“maksud kamu?”
“ya kita wujudin love story kita sendiri di kehidupan nyata..”
“nggak ah, aku gak mau pacaran dulu...”
“yahhh... yaudah yang penting sekarang kamu ikut aku dulu ya, please?”
“iya Greysonnnn....” jawabku sambil mencubit pipinya.
“ayoo” Greyson langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam mobilnya. Ia mengendarainya sendiri.
Aku hanya dapat terdiam sambil melihat lampu-lampu kota pada malam hari.
Oh iya, namaku Irene umurku 15 tahun. Dan laki-laki yang sedang mengendarai mobil ini namanya Greyson. Umurnya 15 tahun juga. Tapi dia lebih tua 1 bulan dari aku. Hahaha xD .
“udah sampe...” ucap Greyson santai sambil mematikan mesin mobilnya.
“Grey...” sapaku.
“apa?”
“makasih sudah mau mengajakku ke sini”
“iya sweetie..”
Greyson pun menggandeng tanganku dan kami berdua berjalan-jalan bersama. Kami membeli permen kapas, bermain bersama, makan hotdog, dan sampai pada akhirnya Greyson mengajakku untuk masuk ke stand Fortune Teller.
“c’mon..” ajak Grey.                                                                             
“jangan Grey, aku takut... ntar kalau takdirku buruk gimana?” tanyaku.
“tenang aja, takdirmu gak mungkin buruk kok... yakin aja sama aku..” jawab Grey sambil tersenyum.
Aku mengangguk sedikit lalu mengikutinya berjalan masuk ke dalam sebuah tenda (stand) untuk meramal nasib (fortune teller).
Sesampainya di dalam, kami disambut oleh seorang nenek berambut gimbal yang wajahnya sungguh mengerikan. Aku sempat mencubit lengan Greyson sedikit sebagai tanda bahwa aku tak mau melanjutkannya. Tetapi Greyson malah hanya tersenyum kecil dan mengajakku duduk tepat di depan nenek tua tersebut.
“siapa dulu?” tanya nenek tersebut.
“Irene dulu aja..” jawab Greyson santai.
Aku hanya dapat pasrah akan apa yang menjadi takdirku.
Nenek tua tersebut meraih tangan kiriku dan mulai membaca garisnya.
“kau akan menjalani kehidupan yang biasa saja. Tidak baik, tidak buruk. Dan usiamu cukup panjang. Dengan pasangan hidup yang tak dapat dibaca apa maknanya” ucap nenek tersebut sambil terus berkonsentrasi membaca garis tanganku.
“pasangan hidup yang tak dapat dibaca maknanya? Apa itu maksudnya, Nek?” tanyaku memberanikan diri. Walaupun sebenarnya aku masih sangat gugup karena ucapan nenek tersebut.
“ya, kamu tidak akan mempunyai pasangan hidup” jawab nenek tersebut sambil memejamkan matanya sejenak.
“maaf ya nek, tapi aku gak percaya dengan ramalan” jawabku sambil tersenyum.
“ya, nenek anjurkan supaya kalian jangan terlalu percaya dengan ramalan nenek. Percayalah pada Tuhan yang telah menentukan takdir kita. Nenek juga manusia, dan nenek pasti tidak selalu melakukan sesuatu yang benar” ujar nenek tersebut sambil tersenyum ke arahku.
“bagaimana denganku, nek?” tanya Greyson tiba-tiba.
Nenek tersebut tersenyum lalu mengambil tangan kiri Greyson dan segera membaca garis tangannya.
“gimana, Nek?” tanya Greyson tdak sabaran.
“usiamu sangat pendek. Jadi tolong berhati-hatilah. Kamu juga tk mempunyai pasangan hidup” jawab nenek tersebut.
“wahh takdirku buruk banget” ucap Greyson.
“iya, tapi sesuai dengan apa yang sudah nenek beritahu ke kalian, yaitu tolong jangan terlalu percaya dengan ramalan. Karena nenek juga manusia” jawab nenek.
“iya nek” ucapku dan Greyson hampir bersamaan.
“terima kasih nek buat waktunya” ucap Greyson sambil memasukkan sebuah amplop berisi sejumlah uang ke dalam kotak sumbangan yang telah disediakan.
Aku dan Greyson pun keluar dari stand tersebut dengan perasaan kecewa.
“tuh kan Grey, aku bilang apa? Takdirku pasti jelek” ucapku sambil menepuk pundak Greyson.
“lah masa umurku pendek sih? Wahh bahaya dong..” jawab Greyson dengan tampang menyesalnya.
“ahh Grey, tolong jangan pernah tinggalin aku sendiri  ya Grey..” ucapku sambil memeluknya dari samping. Ia hanya tersenyum sambil mengusap-usap rambutku dan membelainya. Rasanya hangatttt banget pas meluk si Greyson dan rasanya itu jantungku gak bisa berhenti berdebar dengan sangat kencang. Apakah aku mengalami zing? Ahh jangan sampai deh...
Aku pun segera melepaskan pelukanku.
“hlo, kok dilepas pelukannya? Ayo dong peluk aku lagi (?)” ucap Greyson untuk menggodaku.
Aku hanya mengerutkan dahiku sementara Greyson malah tertawa terbahak-bahak.
“Grey..” panggilku.
“apa?” tanya Greyson.
“aku pengen banget bisa naik itu..” jawabku sambil menunjuk ke arah bianglala yang cukup tinggi tersebut.
“mau ya?” tanya Greyson.
“iya..” jawabku.
“yaudah ayoo..” jawab Greyson sambil langsung menarik tanganku.
Aku dan Greyson pun mengantri karcis untuk menaiki bianglala tersebut. (bianglala = komedi putar, biasanya ada di pasar malam).
Dan finally Greyson membeli 2 karcis untuk kami berdua. Kami berdua pun segera duduk di salah satu bangku yang kosong pada bianglala tersebut.
Aku duduk berhadapan dengan Greyson.
Bianglala pun mulai dijalankan. Dan tiba-tiba aku merasa ada sebuah benda halus dan hangan yang menutupi tanganku. Aku yang daritadi hanya tertunduk, akhirnya mengangkat kepalaku sendiri dan menangkap bahwa tangan Greyson sedang menggenggam tanganku dengan erat dan ia daritadi memandangiku. Ia terlihat sangat serius. Dan tiba-tiba saat aku dan Greyson berada di posisi paling atas pada bianglala, tiba-tiba bianglala nya berhenti. Aku pun panik setengah mati namun Greyson terus menenangkanku.
“tenang sweetie, kita gak akan jatuh dari sini kok..” ucap Greyson sambil terus menggenggam tanganku.
“tapi Grey..”
“sssttt..” potong Greyson.
Dan tiba-tiba, aku mendengar orang-orang mulai menghitung mundur untuk menantikan pergantian tahun ini.
“sepuluh... sembilan.... delapan... tujuh.... enam.... lima... empat...”
Dan tiba-tiba Greyson mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Tangannya memegang pipi kiriku dan membelainya. Sedangkan tangan kirinya masih menggenggam tanganku daritadi. Ia menatapku dengan penuh ketulusan. Dan tiba-tiba ia memejamkan matanya. Refleks aku juga ikut memejamkan mataku. Dan aku merasa ada sesuatu mengenai hidungku yang disusul dengan adanya sesuatu yang sangat lembut dan hangat menyentuh bibirku. Aku pun yakin bahwa Greyson sedang mencium bibirku. Dan tiba-tiba “nol...!!!” teriak orang-orang. Namun Greyson masih tak melepaskan bibirku. Ia masih menahannya di bibirnya. Kami sangat menikmati ciuman tersebut. Greyson pun melepaskan ciumannya selama kurang lebih 2 menit. Suara kembang api ada dimana-mana. Aku dan Greyson melihat ke arah langit yang penuh dengan kembang api tersebut. Aku menganga karena melihat kembang api yang amat sangat indah tersebut. Aaahhh so romantic <3 .
Saat sedang menikmati kembang api, tiba-tiba bianglalanya kembali berputar. Aku pun sangat lega.

Setelah puas bermain bianglala, Greyson pun mengajakku pergi ke suatu tempat. Aku pun menurutinya. Setelah sampai di tempat tersebut, ternyata tempat tersebut adalah sebuah cafe.
Ia menggandeng tanganku dan kami berdua pun masuk ke dalam cafe tersebut. Di dalam cafe, aku dan Greyson hanya duduk bersebelahan sambil menundukkan kepala. Aku tak berani berkata apa-apa. Namun tiba-tiba Greyson mengeluarkan kata-kata dan memecahkan keheningan yang ada diantara kami berdua.
“Irene...” gumam Greyson.
“iya?” jawabku.
“uhmm...”
Tiba-tiba Greyson kembali menggenggam tanganku dan mencium tanganku.
Aku hanya bingung mengapa dia melakukan hal itu.
“Irene.. sebenarnya aku itu udah suka sama kamu dari 2 tahun yang lalu. Aku rela pindah sekolah ke sini Cuma karena kamu. Dan, mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan bahwa..”
Greyson menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya.
“I love you, Irene” sambung Greyson.
Aku menganga sambil terkejut bukan main. Ternyata Greyson yang selama ini kukenal, ternyata ia mencintaiku. Aku bernafas sejenak lalu mulai mengeluarkan kata-kata.
“Grey, to tell the fact, sebenarnya aku juga suka sama kamu. Tapi aku juga gak berani bilang. Karena aku takut kalau kamu nantinya akan menolakku. Daripada sakit hati, mending aku memendam rasa ini..” ucapku sambil kembali menundukkan kepala. *eakkk*
Greyson pun menengok ke arahku. Ia membelai lembut rambutku dan menaikkan daguku.
“Irene..” ucap Greyson tiba-tiba.
“yeah Greyson?” tanyaku balik.
“may I kiss your lips again?” tanya Greyson.
“why?” tanyaku.
Greyson tak menjawab pertanyaanku. Matanya terus menatapku. Ia pun mulai memejamkan kedua matanya dan bibirnya pun bersentuhan dengan bibirku.
Setelah beberapa menit berlalu, ia pun melepaskannya dan kepalanya kembali tertuduk. Pandangannya kosong. Dan genggaman tangannya mulai mengendur.
“kau tak apa-apa kan, Greyson?” tanyaku memberanikan diri.
“ohh aku enggak apa-apa kok.. aku Cuma mau memberitahumu bahwa...” ucap Greyson.
“bahwa apa, Greyson?” tanyaku. Aku mulai merasa sedikit curiga karena perkataaan Greyson tadi.
“aku harus pindah sekolah ke luar kota. Ayahku mau bekerja di luar kota. Jadi ini adalah pertemuan terakhir kita. Besok aku berangkat. Kalau kamu masih mau melihatku yang mungkin untuk terakhir kalinya, kamu bisa temui aku di bandara pukul 7:55” jawab Greyson sambil terus menundukkan kepalanya.
“but Greyson, why you leave me? You’ve promised me that you will never ever leave me. But now, you’re gonna leave me!” jawabku sambil mulai menangis.
Greyson pun melihat ke arahku dan menghapus air mataku.
“sorry sweetie, but I have to. I love you sooooo much sweetie. Sebenarnya aku juga gak mau pindah. Tapi masalahnya kalau aku gak mau pindah, ayahku tak mau lagi membayariku untuk bersekolah. Jadi terpaksa aku harus ikut dengannya. Sekali lagi maaf ya, sweetheart” jawab Greyson sambil menghapuskan air mata yang menetes di pipiku.
“it’s okay Greyson, it’s okay..” jawabku.
Seketika aku melemas. Aku terlalu lemah untuk menerima semua ini. Aku pun berjalan meninggalkan Greyson yang masih terdiam di cafe tersebut.
Saat aku melangkatkan kakiku sambil membuka pintu cafenya, tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang memelukku dari belakang.
Aku menengokkan kepalaku dan ternyata itu Greyson.
Ia mulai berbisik, “although I’ll leave you tomorrow, but my heart will never leave you. I love you, honey, and I promise that someday we’ll meet again”.
Aku tersenyum sejenak sambil mengahapus air mataku, lalu mulai melangkah kembali untuk keluar dari kafe tersebut.
Keesokkan harinya, aku bangun sangat terlambat karena acara tahun baru kemarin. Aku membuka mataku dan mengucek-uceknya. Ternyata ini sudah jam 7:30. Sedangkan pesawat Greyson akan berangkat 25 menit lagi.
Aku segera berlari menuju ke kamar mandi dan pergi membersihkan diri. Setelah itu, aku tak sempat sarapan pagi itu. Aku segera mengendarai motorku dan pergi menuju ke bandara. Aku sangat mengebut pagi itu.
Setelah sampai di bandara, aku pun mencari dimana keberadaan Greyson. Aku menengok ke arah jam tanganku, dan ternyata ini sudah jam 7:50. Aku pun berlari menuju tempat menunggu. Disana, aku melihat seorang laki-laki yang bermodel rambut hampir sama dengan Greyson. Aku pun memanggilnya sambil menepuk pundaknya. Wajahku berseri-seri.
“Greyson!” panggilku.
Namun setelah ia bepaling, ternyata ia bukan Greyson. Ia hanya mirip dengan Greyson, namun ia bukan Greyson. Aku pun kecewa.
Saat sedang menundukkan kepalaku, tiba-tiba ada pengumuman.
“pesawat penerbangan Los Angeles akan segera berangkat pada pukul 7:55. Para penumpang yang belum masuk ke pesawat, diharapkan segera memasukki pesawat.  Terima kasih.”
Aku pun sudah mulai hopeless. aku menunduk sambil berjalan menuju jendela bandara (?) supaya aku dapat melihat pesawat Greyson terbang. Aku duduk di pinggir jendela sambil memeluk lututku. Dan ya, aku melihat pesawat Greyson sudah terbang.
Aku pun kecewa dan menyesal karena keterlambatanku. Akupun pulang ke kos-kosan ku dengan perasaan yang sangat kecewa.


*Greyson POV*

1 tahun perpisahan dengan Irene. Aaaa rasanya berat sekali menjalani hari-hariku tanpanya. Kira-kira, apakah Irene masih sering memikirkanku ya? Well tiap hari aku selalu memikirkannya. I don’t know why I love her so much. Irene, seandainya kau tau bahwa aku masih sering memikirkanmu. Tetapi, apakah kau masih memikirkanku?
“Greyson, come on..” panggil seorang laki-laki.
Aku tak menjawabnya. Aku hanya keluar dari rumahku dan menmuinya. Oh, ternyata dia Mario, temanku.
“ohh hey, what’s up bro?” tanyaku sambil menepuk pundaknya.
“how about hang out?” tanya Mario.
“hang out? And how about walking around at the downtown?” tanyaku balik.
“uhmm.. okay..” jawab Mario.
Aku dan Mario pun berjalan-jalan di perkotaan pada malam hari. Aku dan Mario memang sering sekali berjalan-jalan pada malam hari untuk mengisi waktu luang. Well mungkin kedengarannya aneh, dua swaggers berjalan-jalan bersama pada malam hari? Hahaha. Well tapi itu memang sudah menjadi kebiasaan kami. Mario adalah sahabat laki-lakiku selama aku tinggal di LA. Walaupun dia swagger, tapi sikapnya sangat baik. Ia tak pernah macam-macam terhadap wanita dan ia juga bukan seorang playboy. Ya semua itu adalah sebab-sebab mengapa aku suka jadi sahabatnya. Dia adalah laki-laki yang sangat gentle.
Saat sedang di jalan, tiba-tiba jantungku terasa sangat sakit. Ya, aku sudah menderita penyakit jantung sejak 3 bulan yang lalu.
“aww” teriakku.
Mario pun terlihat terkejut.
“eh, kambuh lagi ya?” ucap Mario sambil mendudukkanku di tepi jalan di sebuah warung kaki lima (?).
“iya nih kayanya.. sakit banget jantungku...” jawabku sambil menahan rasa sakit yang ada di dadaku.
“aku bawa ke rumah sakit?” tanya Mario.
“ehh udahlah gak perlu.. aku masih kuat kok.” Jawabku sebisanya.
Aku pun duduk di tepi jalan sambil meminum segelas air putih ditemani dengan Mario di sampingku. Dia adalah sahabat terbaikku yang pernah aku punya.

-skip-
Pagi ini aku dan Mario berangkat ke sekolah bersama. Aku mengendarai mobilku.
Sesampainya di sekolah, seperti biasanya, banyak cewek-cewek yang mengejar-ngejar kami. Well, kami memang terkenal sebagai swaggers di sekolah. Dan itu sebabnya mengapa banyak siswi yang selalu mengejar-ngejar kami setiap hari.
Aku hanya tersenyum sambil memandangi mereka. Demikian juga dengan Mario.
Saat sampai di kelas, guru kami sudah masuk.
“anak-anak, besok lusa kita akan mengadakan camping akhir tahun di dekat sebuah telaga” ucap Miss Rose.
“hah? Camping?” tanyaku sambil menoleh ke arah Mario.
Semua murid-murid bersorak-sorak kegirangan. Namun tidak bagiku dan Mario. Karena aku mempunyai penyakit jantung dan Mario juga tau tentang itu. Ia tak ingin akan terjadi apa-apa padaku.
Aku pun memberanikan diri untuk mengangkat tanganku.
“yeah, Greyson?” tanya Miss Rose.
“boleh gak kalau misalnya aku dan Mario enggak ikut?” tanyaku.
“maaf Greyson, Mario, tapi acara ini wajib untuk seluruh siswa..” jawab Miss Rose.
Aku pun tertunduk dan Mario merangkul pundakku dengan gaya swag nya.
“acara camping akan dilaksanakan lusa. Besok kita libur untuk persiapan buat camping lusa” ucap Miss Rose lagi.
“humph.” Gumamku.
“udahlah Grey, sabar aja...” timpal Mario.
Akhirnya aku dan Mario pun pulang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan diri.


*Irene POV*

“apa?! Besok kita berangkat ke LA?!” teriakku kegirangan.
“iya Irene, kan sesuai janji mama yaitu akan mengajakmu pergi ke LA kalau kamu bisa masuk 3 besar” jawab mama sambil tersenyum.
“baik ma.. aku bersiap-siap dulu ya...” ucapku sambil tersenyum-senyum.
Aku pun segera mengunci kamarku dan melihat keluar ke arah jendela. Aku memandangi langit. Seketika aku mengingat sebuah malam yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Suatu malam yang sangat indah. Ya, yaitu malam tahun baru, malam dimana Greyson menciumku. Dan malam dimana aku melakukan perpisahan dengan Greyson. Malam dimana Greyson mengungkapkan perasaannya kepadaku. Ahh, sungguh malam yang amat indah.
Dan tiba-tiba air mataku menetes dan membasahi pipiku.
Aku menghapuskannya dan aku membayangkan apabila Greyson ada di hadapanku sekarang.
‘Greyson, aku akan menyusulmu’ batinku.  Aku tersenyum-senyum sendiri lalu menutup jendelaku dan kembali mempersiapkan barang-barang yang harus aku bawa besok.

Hari ini aku akan berangkat ke LA. Hanya aku dan mamaku. Aku pun masuk ke dalam pesawatku dan duduk sambil memainkan lagu-lagu di ipodku.
Aku melihat keluar jendela sambil memikirkan Greyson lalu aku pun tertidur.
Setelah sekitar 2 jam perjalanan, aku dan mama pun sudah sampai di LA.

“ma, kita akan pergi ke mana?” tanyaku sambil membawa koperku.
“gimana kalau ke telaga? Mama udah lama gak kesana.” Jawab mama.
’yahh.. ntar gak bisa ketemu Greyson dong?’ batinku.
“i.. iya deh ma..” jawabku.
Aku dan mama pun melakukan perjalanan menuju ke telaga.
Setelah sampai di telaga, aku hanya dapat ternganga. Pemandangannya sangat indah disini.

“gimana?” tanya mama sambil menyenggol lengan kananku.
“soooo amazing,...” jawabku sambil meletakkan koperku.
“hello paradiseeeeeeeeeeeeeeeee!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku sambil merentangkan kedua tanganku.
“yaudah, mama masukkin barang-barang dulu ya ke dalam villa. Mama udah pesen villa kemarin malam” ucap mama.
“iya maa...” jawabku lalu segera berlari ke tepian telaga. Aku duduk di bawah sebuah pohon disana sambil menggenggam buku novelku.
Aku tersenyum-senyum sendiri lalu memeluk lututku dan mulai membaca novelku.
Aku pun tertidur di bawah pohon sampai sore. Akhirnya mama membangunkanku dan menyuruhku untuk tidur di villa. Namun karena sudah tertidur seharian, aku jadi tidak bisa tidur lagi. Tengah malam, mama sudah tertidur pulas namun aku tak bisa tertidur. Aku pun berjalan mengendap-endap keluar dari kamar dan aku menemui 2 orang receptionists yang sedang membicarakan sesuatu. Aku pun menguping sejenak.
“eh iya, besok katanya ada 41 orang yang mau bermalam disini.” Ucap receptionist yang pertama.
“iyaa, katanya 40 murid dan 1 guru” ucap receptionist yang kedua.
Aku pun penasaran lalu memberanikan diri untuk bertanya kepada kedua receptionists tersebut.
“mbak, kalau boleh tau nih, besok ada yang bermalam disini ya?” tanyaku.
“iyaa, katanya dari sekolah mana gitu” jawab salah satu receptionist.
“ohh yaudah makasih ya mbak..” ucapku lalu tersenyum dan keluar dari villa tersebut dan duduk di salah satu kursi di dekat telaga.
Walaupun ini sudah malam, namun telaga masih tampak indah dengan pantulan sinar bulan yang ada di air telaga.
Sungguh, pemandangan yang sangat indah.
Aku pun kembali terbayang.
‘seandainya ada Greyson disini’ batinku.
Entah mengapa selama 1 tahun berpisah dengan Greyson, rasanya setiap hari aku sealu memikirkannya. Greyson, kenapa kau harus ada di dalam pikiranku?
Akupun kembali tertidur di kursi tersebut.

Aku mendengar suara ayam telah berkokok. Aku membuka mataku perlahan dan mendapati sudah terdapat sekuntum bunga mawar ada di meja kecil di depanku. Aku pun sangat bingung. Aku melihat ke samping villa ini dan ternyata sudah terdapat sebuah bus terparkir disana.
“ha?” tanyaku tak percaya.
Aku pun segera berlari masuk ke villa dan membersihkan diri. Setelah selesai mandi dan breakfast, aku pun melihat dari jendela kamarku. Aku melihat segerombolah anak-anak seumuran denganku sedang bermain-main di tepian telaga.
Aku sangat yakin bahwa mrekalah yang dimaksudkan oleh kedua receptionists tersebut.
Akupun menunggu telaga sampai sepi. Supaya aku bisa menghabiskan waktuku disana dengan menyendiri.
Aku pun terus menunggunya hingga waktu menunjukkan pukul setengah lima sore. Aku pun keluar dari villa ku sambil membawa sekuntum mawar merah di genggamanku. Saat hendak menuju ke tepian telaga, aku melihat seorang laki-laki sedang tertunduk dan ia menyendiri di tepian telaga.
Dengan rambutnya bewarna coklat mengkilap, kurasa aku pernah mengenalinya.
Aku pun berjalan mendekat ke arahnya. Dengan sepatu converse yang ia letakkan di sebelahnya, dengan separuh kaki yang ia masukkan ke dalam air. Dengan tatapan kosongnya. Ia berkaca di permukaan air. Pandangannya kosong. Ia terdiam. Aku pun melepaskan sepatuku lalu memberanikan diri untuk duduk di sebelahnya. Separuh kakiku kumasukkan ke dalam air, memecahkan air tersebut dan membuyarkan lamunannya.
Aku tersenyum sambil mentap lurus ke depan. Ya, sekarang aku tau bahwa, dia adalah Greyson. Laki-laki yang selama ini selalu memenuhi pikiranku.
Ia tersenyum lalu menoleh ke arahku dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba ia menarik daguku lalu menatapku dengan tatapan yang sangat tulus.
Aku membuang pandanganku lalu kembali menatap telaga.
Ia pun memegang kedua pipiku lalu ia mencium bibirku lembut tepat saat matahari tenggelam.
Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari Greyson. Ia tampak pucat dan tangannya sangat dingin. Bibirnya juga sangat dingin.
1 menit ia menciumku, akhirnya ia melepaskannya.
Ia tersenyum ke arahku dengan tulus.
“thanks for the rose..” ucapku sambil mencium mawar merah yang aku temukan di meja kecil di depanku tadi pagi.
“Irene.. do you still love me?” tanya Greyson tiba-tiba. Wajahnya seketika berubah menjadi cemberut. Ia menggenggam tanganku.
“no..” jawabku santai sambil tersenyum.
Ia pun tampak kecewa lalu menundukkan kepalanya.
“really?” tanyanya lagi.
“no. I can’t stp loving you..” jawabku santai.
Ia tersenyum sejenak lalu menatapku lagi.
“tapi, apa kamu akan tetap menyukaiku apabila aku..” ucapnya.
“kau kenapa, Grey?” tanyaku.
“aku terkena penyakit yang sangat parah” ucap Greyson sambil menundukkan kepalanya lagi.
Aku pun berusaha untuk tersenyum lalu aku mengangkat dagunya.
“penyakit.. penyakit apa Grey?” tanyaku.
“aku.. akuu... aku punya penyakit jantung..” jawabnya melemas.
“really?” tanyaku tak percaya.
“yeah. Sorry Irene, I can’t be with you for a long time.. that fortune teller was true. My life is not long..” jawabnya lagi.
“do not say that. I’m sure that you can get well” ucapku sambil berusaha tersenyum semampuku.
Belum sempat Greyson menjawabku, tiba-tiba ia pun mengerang sambil memegangi dadanya.
“Grey,, are you okay?” tanyaku khawatir.
“i’m not okay, sweetie.. my chest...” ucap Greyson sambil menahan rasa sakit.
“Greysooonnn....!!!” teriakku hingga ada seorang laki-laki yang berlari ke arah kami.
“who are you?” tanyaku curiga.
“it’s no time for introducing” jawabnya katus lalu segera menyangga Greyson untuk berjalan.
Aku hanya tertunduk sambil melihat Greyson berjalan menjauh dari tepi telaga. Ia masih memegangi dadanya, menahan rasa sakit.
Aku pun beranjak dar tepian telaga sambil menggenggam mawar merah tersebut. Aku mencium mawar tersebut lalu meletakkannya di tepian telaga, tempat aku dan Greyson baru saja betemu.
Akhirnya aku pun berjalan menuju villa sambil tertunduk.

Keesokkan harinya, aku sengaja bangun lebih pagi dan aku kembali melihat keramaian. Namun di tengah keramaian tersebut, aku tak dapat menemukan Greyson dan temannya tersebut. Apakah ‘Greyson masih tertidur?’ batinku.
Aku kembali menungguinya sampai sore hari.
Setelah sepi, aku pun turun dan segera menuju ke tepian telaga. Dan aku tak menemukan sekuntum bunga mawar yang kemarin aku letakkan disini. Aku pun melihat ke telaga dan menemukan adanya sekuntum mawar yang sudah rusak mengapung di permukaan telaga dan letaknya tak jauh dari tepian.
Aku tertunduk karena aku tak berani mengambilnya. Saat sedang merenung, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam air tersebut dan berenang menuju mawar tesebut. Aku hanya ternganga sambil menatap laki-laki tersebut. Dan ternyata, laki-laki tersebut adalah Greyson. Ia menggigit tangkai bunga mawarnya dan terus berenang menuju ke tepian. Namun tiba-tiba aku melihat ia mulai terlihat kesakitan dan tangannya memegangi dadanya lagi. Aku pun khawatir akan terjadi apa-apa terhadap Greyson. Aku pun memberanikan diri untuk menceburkan diri ke dalam telaga tersebut untuk menyelamatkannya. Aku berenang menuju Greyson lalu menarinya menuju ke tepian. Dan tak kusangka ternyata daritadi teman Greyson memandangiku yang sedang menyelamatkan Greyson.
Akhirnya aku pun sampai ke daratan dan teman Greyson membantuku dan Greyson untuk keluar dari telaga.
Greyson pun dibaringkan di tepian telaga dengan kondisi tak sadarkan diri. Ia menggenggam mawar merah yang ia berikan kemarin.
Aku pun menangis. Teman Greyson segera menekan-nekan dada Greyson agar airnya keluar dari tubuhnya. Namun ia tak berhasil.
Aku pun menggenggam tangannya dan menciumnya. Lalu aku berbisik, “thanks Greyson, I love you”.
Tiba-tiba bibirnya tersenyum.
‘aku yakin dia sedang mendengarkanku’ batinku.
Namun tiba-tiba Greyson melemas. Denyut jantungnya mulai tidak karuan. Nafasnya tidak teratur. Dan genggaman tangannya mulai mengendur.
Aku dan teman Greyson pun memutuskan untuk segera pergi ke kota untuk menyembuhkan Greyson. Kami memanggil ambulance.
Saat sedang di ambulance, terjadilah awkward moment antara aku dengan teman Greyson.
“by the way, kamu siapanya Greyson?” tanya teman Greyson.
“aku Irene, teman Greyson” jawabku.
“ternyata kamu Irene? Perempuan yang sering banget Greyson ceritain ke aku?” tanyanya lagi.
“ha?! Apa dia sering menceritakan hal-hal tentang aku?” tanyaku tak percaya.
“yeaah. Dia bilang dia cinta mati kepadamu. Dan he can’t stop loving and thinking about you” ucap teman Greyson.
“oh yeah, aku Mario, sahabat Greyson” lanjut teman Greyson sambil menyodorkan tangannya.
Aku menerimanya lalu tersenyum.
Saat sedang di perjalanan, tiba-tiba Greyson batuk-batuk lalu membuka matanya perlahan.
“Greyson, kamu sudah sadar?” teriakku.
“sssttt. Irene, aku sadar hanya untuk menyampaikan pesan terakhirku untukmu” ucap Greyson sambil menggenggam tanganku (again).
“husshh Greyson, jangan bicara begitu..” ucapku sambil cemberut.
 Greyson hanya tersenyum lemah sambil meletakkan tanganku di dadanya.
“walau jantungku akan segera mati, namun cintaku kepadamu tak akan pernah mati. Selamat tinggal Irene. Aku minta maaf kalau selama ini aku selalu mengecewakan kamu, membuatmu sedih, dan membuatmu terus kepikiran tentang aku. Au sungguh minta maaf, Irene..” ucap Greyson sambil meneteskan air matanya.
“dan Mario, tolong jaga Irene baik-baik” sambung Greyson.
Aku pun menangis lalu memeluk Greyson untuk terakhir kalinya. Ia melepaskan pelukanku lalu kembali mencium bibirku untuk yang terakhir kalinya. Dan saat kami berciuman, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Tangisanku semakin menjadi-jadi.


-skip-

Sudah 9 tahun lamanya aku tak berjumpa dengan Greyson. Ia sudah berbeda alam sekarang. Dan aku harap, semoga ia dapat bahagia.
Aku dan Mario berjalan bersama sambil bergandengan tangan ke tepian telaga. Untuk mengenng peristiwa yang kami alami 9 tahun silam. Aku pun duduk di tepian telaga, sedangkan Mario pun kembali ke mobilnya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.
Aku duduk sambil tersenyum dan memandang lurus ke depan. Dan tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang menjalar di antara jari-jemariku. Aku menoleh sedikit dan dia adalah seorang Greyson Michael Chance. Ia menatapku dengan tulus lalu ia pergi meninggalkanku.


Well, that’s the way.


-THE END-

0 comments:

Post a Comment

 

SimpleTeen(•”̮ •)з Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting