*Irene POV*
Sunyi. Sepi. Sendiri. I have nothing to do.
I spend all my time by crying and yeah whatever.
*toktoktok*
Aku yang tengah membaca novel kesayanganku pun terkejut bukan main.
Bayangkan, malam-malam jam 11:30 ada seseorang yang mengetuk kamarmu. Aku yakin
kalian pasti juga akan takut apabila hal tersebut terjadi kepada kalian. Dengan
langkah yang kuperlambat, aku pun menutup novelku dengan perlahan dan
kuletakkan di atas tempat tidurku. Aku membuka pintu kamarku dan..
“SURPRISE!!” teriak seorang laki-laki sambil tertawa.
“what the hell you did” jawabku sambil mengerutkan dahiku.
“hahaha jangan marah dong sweetie. Apa kamu lupa kalau hari ini adalah
tahun baru? Jadi kita harus merayakannya dong... jangan Cuma baca novel di
kos-kosan sendiri. Gak seru tau,..” jawab Greyson sambil tersenyum.
“andd whatever you say..” jawabku ketus.
“ayolah Irene, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Aku Cuma mau ajak
kamu ke alun-alun kota. Kata teman-teman, disana sedang diadakan acara perayaan
tahun baru dengan membuat suatu pasar malam yang katanya bagus banget. Ayoooo
ikut aku dong?”
“uhmm.. tapi.. novelnya belum selesai kubaca..”
“ckckckck hari gini masih suka baca novel. Hahahaa baca love story ya?”
“iya nihh... romantis banget ceritanya” jawabku sambil sok lebay.
“uhmm.. gimana kalau kita buat love story sendiri?” tanya Greyson.
“maksud kamu?”
“ya kita wujudin love story kita sendiri di kehidupan nyata..”
“nggak ah, aku gak mau pacaran dulu...”
“yahhh... yaudah yang penting sekarang kamu ikut aku dulu ya, please?”
“iya Greysonnnn....” jawabku sambil mencubit pipinya.
“ayoo” Greyson langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam
mobilnya. Ia mengendarainya sendiri.
Aku hanya dapat terdiam sambil melihat lampu-lampu kota pada malam
hari.
Oh iya, namaku Irene umurku 15 tahun. Dan laki-laki yang sedang
mengendarai mobil ini namanya Greyson. Umurnya 15 tahun juga. Tapi dia lebih
tua 1 bulan dari aku. Hahaha xD .
“udah sampe...” ucap Greyson santai sambil mematikan mesin mobilnya.
“Grey...” sapaku.
“apa?”
“makasih sudah mau mengajakku ke sini”
“iya sweetie..”
Greyson pun menggandeng tanganku dan kami berdua berjalan-jalan
bersama. Kami membeli permen kapas, bermain bersama, makan hotdog, dan sampai
pada akhirnya Greyson mengajakku untuk masuk ke stand Fortune Teller.
“c’mon..” ajak Grey.
“jangan Grey, aku takut... ntar kalau takdirku buruk gimana?” tanyaku.
“tenang aja, takdirmu gak mungkin buruk kok... yakin aja sama aku..”
jawab Grey sambil tersenyum.
Aku mengangguk sedikit lalu mengikutinya berjalan masuk ke dalam sebuah
tenda (stand) untuk meramal nasib (fortune teller).
Sesampainya di dalam, kami disambut oleh seorang nenek berambut gimbal
yang wajahnya sungguh mengerikan. Aku sempat mencubit lengan Greyson sedikit
sebagai tanda bahwa aku tak mau melanjutkannya. Tetapi Greyson malah hanya
tersenyum kecil dan mengajakku duduk tepat di depan nenek tua tersebut.
“siapa dulu?” tanya nenek tersebut.
“Irene dulu aja..” jawab Greyson santai.
Aku hanya dapat pasrah akan apa yang menjadi takdirku.
Nenek tua tersebut meraih tangan kiriku dan mulai membaca garisnya.
“kau akan menjalani kehidupan yang biasa saja. Tidak baik, tidak buruk.
Dan usiamu cukup panjang. Dengan pasangan hidup yang tak dapat dibaca apa
maknanya” ucap nenek tersebut sambil terus berkonsentrasi membaca garis
tanganku.
“pasangan hidup yang tak dapat dibaca maknanya? Apa itu maksudnya,
Nek?” tanyaku memberanikan diri. Walaupun sebenarnya aku masih sangat gugup
karena ucapan nenek tersebut.
“ya, kamu tidak akan mempunyai pasangan hidup” jawab nenek tersebut
sambil memejamkan matanya sejenak.
“maaf ya nek, tapi aku gak percaya dengan ramalan” jawabku sambil
tersenyum.
“ya, nenek anjurkan supaya kalian jangan terlalu percaya dengan ramalan
nenek. Percayalah pada Tuhan yang telah menentukan takdir kita. Nenek juga
manusia, dan nenek pasti tidak selalu melakukan sesuatu yang benar” ujar nenek
tersebut sambil tersenyum ke arahku.
“bagaimana denganku, nek?” tanya Greyson tiba-tiba.
Nenek tersebut tersenyum lalu mengambil tangan kiri Greyson dan segera
membaca garis tangannya.
“gimana, Nek?” tanya Greyson tdak sabaran.
“usiamu sangat pendek. Jadi tolong berhati-hatilah. Kamu juga tk
mempunyai pasangan hidup” jawab nenek tersebut.
“wahh takdirku buruk banget” ucap Greyson.
“iya, tapi sesuai dengan apa yang sudah nenek beritahu ke kalian, yaitu
tolong jangan terlalu percaya dengan ramalan. Karena nenek juga manusia” jawab
nenek.
“iya nek” ucapku dan Greyson hampir bersamaan.
“terima kasih nek buat waktunya” ucap Greyson sambil memasukkan sebuah
amplop berisi sejumlah uang ke dalam kotak sumbangan yang telah disediakan.
Aku dan Greyson pun keluar dari stand tersebut dengan perasaan kecewa.
“tuh kan Grey, aku bilang apa? Takdirku pasti jelek” ucapku sambil
menepuk pundak Greyson.
“lah masa umurku pendek sih? Wahh bahaya dong..” jawab Greyson dengan
tampang menyesalnya.
“ahh Grey, tolong jangan pernah tinggalin aku sendiri ya Grey..” ucapku sambil memeluknya dari
samping. Ia hanya tersenyum sambil mengusap-usap rambutku dan membelainya.
Rasanya hangatttt banget pas meluk si Greyson dan rasanya itu jantungku gak
bisa berhenti berdebar dengan sangat kencang. Apakah aku mengalami zing? Ahh
jangan sampai deh...
Aku pun segera melepaskan pelukanku.
“hlo, kok dilepas pelukannya? Ayo dong peluk aku lagi (?)” ucap Greyson
untuk menggodaku.
Aku hanya mengerutkan dahiku sementara Greyson malah tertawa terbahak-bahak.
“Grey..” panggilku.
“apa?” tanya Greyson.
“aku pengen banget bisa naik itu..” jawabku sambil menunjuk ke arah
bianglala yang cukup tinggi tersebut.
“mau ya?” tanya Greyson.
“iya..” jawabku.
“yaudah ayoo..” jawab Greyson sambil langsung menarik tanganku.
Aku dan Greyson pun mengantri karcis untuk menaiki bianglala tersebut.
(bianglala = komedi putar, biasanya ada di pasar malam).
Dan finally Greyson membeli 2 karcis untuk kami berdua. Kami berdua pun
segera duduk di salah satu bangku yang kosong pada bianglala tersebut.
Aku duduk berhadapan dengan Greyson.
Bianglala pun mulai dijalankan. Dan tiba-tiba aku merasa ada sebuah
benda halus dan hangan yang menutupi tanganku. Aku yang daritadi hanya
tertunduk, akhirnya mengangkat kepalaku sendiri dan menangkap bahwa tangan
Greyson sedang menggenggam tanganku dengan erat dan ia daritadi memandangiku.
Ia terlihat sangat serius. Dan tiba-tiba saat aku dan Greyson berada di posisi
paling atas pada bianglala, tiba-tiba bianglala nya berhenti. Aku pun panik setengah
mati namun Greyson terus menenangkanku.
“tenang sweetie, kita gak akan jatuh dari sini kok..” ucap Greyson
sambil terus menggenggam tanganku.
“tapi Grey..”
“sssttt..” potong Greyson.
Dan tiba-tiba, aku mendengar orang-orang mulai menghitung mundur untuk
menantikan pergantian tahun ini.
“sepuluh... sembilan.... delapan... tujuh.... enam.... lima...
empat...”
Dan tiba-tiba Greyson mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Tangannya
memegang pipi kiriku dan membelainya. Sedangkan tangan kirinya masih menggenggam
tanganku daritadi. Ia menatapku dengan penuh ketulusan. Dan tiba-tiba ia
memejamkan matanya. Refleks aku juga ikut memejamkan mataku. Dan aku merasa ada
sesuatu mengenai hidungku yang disusul dengan adanya sesuatu yang sangat lembut
dan hangat menyentuh bibirku. Aku pun yakin bahwa Greyson sedang mencium
bibirku. Dan tiba-tiba “nol...!!!” teriak orang-orang. Namun Greyson masih tak
melepaskan bibirku. Ia masih menahannya di bibirnya. Kami sangat menikmati
ciuman tersebut. Greyson pun melepaskan ciumannya selama kurang lebih 2 menit.
Suara kembang api ada dimana-mana. Aku dan Greyson melihat ke arah langit yang
penuh dengan kembang api tersebut. Aku menganga karena melihat kembang api yang
amat sangat indah tersebut. Aaahhh so romantic <3 .
Saat sedang menikmati kembang api, tiba-tiba bianglalanya kembali
berputar. Aku pun sangat lega.
Setelah puas bermain bianglala, Greyson pun mengajakku pergi ke suatu
tempat. Aku pun menurutinya. Setelah sampai di tempat tersebut, ternyata tempat
tersebut adalah sebuah cafe.
Ia menggandeng tanganku dan kami berdua pun masuk ke dalam cafe
tersebut. Di dalam cafe, aku dan Greyson hanya duduk bersebelahan sambil
menundukkan kepala. Aku tak berani berkata apa-apa. Namun tiba-tiba Greyson
mengeluarkan kata-kata dan memecahkan keheningan yang ada diantara kami berdua.
“Irene...” gumam Greyson.
“iya?” jawabku.
“uhmm...”
Tiba-tiba Greyson kembali menggenggam tanganku dan mencium tanganku.
Aku hanya bingung mengapa dia melakukan hal itu.
“Irene.. sebenarnya aku itu udah suka sama kamu dari 2 tahun yang lalu.
Aku rela pindah sekolah ke sini Cuma karena kamu. Dan, mungkin sekarang adalah
saat yang tepat untuk mengungkapkan bahwa..”
Greyson menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya.
“I love you, Irene” sambung Greyson.
Aku menganga sambil terkejut bukan main. Ternyata Greyson yang selama
ini kukenal, ternyata ia mencintaiku. Aku bernafas sejenak lalu mulai
mengeluarkan kata-kata.
“Grey, to tell the fact, sebenarnya aku juga suka sama kamu. Tapi aku
juga gak berani bilang. Karena aku takut kalau kamu nantinya akan menolakku.
Daripada sakit hati, mending aku memendam rasa ini..” ucapku sambil kembali
menundukkan kepala. *eakkk*
Greyson pun menengok ke arahku. Ia membelai lembut rambutku dan menaikkan
daguku.
“Irene..” ucap Greyson tiba-tiba.
“yeah Greyson?” tanyaku balik.
“may I kiss your lips again?” tanya Greyson.
“why?” tanyaku.
Greyson tak menjawab pertanyaanku. Matanya terus menatapku. Ia pun
mulai memejamkan kedua matanya dan bibirnya pun bersentuhan dengan bibirku.
Setelah beberapa menit berlalu, ia pun melepaskannya dan kepalanya
kembali tertuduk. Pandangannya kosong. Dan genggaman tangannya mulai mengendur.
“kau tak apa-apa kan, Greyson?” tanyaku memberanikan diri.
“ohh aku enggak apa-apa kok.. aku Cuma mau memberitahumu bahwa...” ucap
Greyson.
“bahwa apa, Greyson?” tanyaku. Aku mulai merasa sedikit curiga karena
perkataaan Greyson tadi.
“aku harus pindah sekolah ke luar kota. Ayahku mau bekerja di luar
kota. Jadi ini adalah pertemuan terakhir kita. Besok aku berangkat. Kalau kamu
masih mau melihatku yang mungkin untuk terakhir kalinya, kamu bisa temui aku di
bandara pukul 7:55” jawab Greyson sambil terus menundukkan kepalanya.
“but Greyson, why you leave me? You’ve promised me that you will never
ever leave me. But now, you’re gonna leave me!” jawabku sambil mulai menangis.
Greyson pun melihat ke arahku dan menghapus air mataku.
“sorry sweetie, but I have to. I love you sooooo much sweetie.
Sebenarnya aku juga gak mau pindah. Tapi masalahnya kalau aku gak mau pindah,
ayahku tak mau lagi membayariku untuk bersekolah. Jadi terpaksa aku harus ikut
dengannya. Sekali lagi maaf ya, sweetheart” jawab Greyson sambil menghapuskan
air mata yang menetes di pipiku.
“it’s okay Greyson, it’s okay..” jawabku.
Seketika aku melemas. Aku terlalu lemah untuk menerima semua ini. Aku
pun berjalan meninggalkan Greyson yang masih terdiam di cafe tersebut.
Saat aku melangkatkan kakiku sambil
membuka pintu cafenya, tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang memelukku dari
belakang.
Aku menengokkan kepalaku dan ternyata
itu Greyson.
Ia mulai berbisik, “although I’ll leave
you tomorrow, but my heart will never leave you. I love you, honey, and I
promise that someday we’ll meet again”.
Aku tersenyum sejenak sambil mengahapus
air mataku, lalu mulai melangkah kembali untuk keluar dari kafe tersebut.
Keesokkan harinya, aku bangun sangat
terlambat karena acara tahun baru kemarin. Aku membuka mataku dan
mengucek-uceknya. Ternyata ini sudah jam 7:30. Sedangkan pesawat Greyson akan
berangkat 25 menit lagi.
Aku segera berlari menuju ke kamar
mandi dan pergi membersihkan diri. Setelah itu, aku tak sempat sarapan pagi
itu. Aku segera mengendarai motorku dan pergi menuju ke bandara. Aku sangat
mengebut pagi itu.
Setelah sampai di bandara, aku pun
mencari dimana keberadaan Greyson. Aku menengok ke arah jam tanganku, dan
ternyata ini sudah jam 7:50. Aku pun berlari menuju tempat menunggu. Disana,
aku melihat seorang laki-laki yang bermodel rambut hampir sama dengan Greyson.
Aku pun memanggilnya sambil menepuk pundaknya. Wajahku berseri-seri.
“Greyson!” panggilku.
Namun setelah ia bepaling, ternyata ia
bukan Greyson. Ia hanya mirip dengan Greyson, namun ia bukan Greyson. Aku pun
kecewa.
Saat sedang menundukkan kepalaku,
tiba-tiba ada pengumuman.
“pesawat penerbangan Los Angeles akan
segera berangkat pada pukul 7:55. Para penumpang yang belum masuk ke pesawat,
diharapkan segera memasukki pesawat.
Terima kasih.”
Aku pun sudah mulai hopeless. aku
menunduk sambil berjalan menuju jendela bandara (?) supaya aku dapat melihat
pesawat Greyson terbang. Aku duduk di pinggir jendela sambil memeluk lututku.
Dan ya, aku melihat pesawat Greyson sudah terbang.
Aku pun kecewa dan menyesal karena
keterlambatanku. Akupun pulang ke kos-kosan ku dengan perasaan yang sangat
kecewa.
*Greyson POV*
1 tahun perpisahan dengan Irene. Aaaa
rasanya berat sekali menjalani hari-hariku tanpanya. Kira-kira, apakah Irene
masih sering memikirkanku ya? Well tiap hari aku selalu memikirkannya. I don’t
know why I love her so much. Irene, seandainya kau tau bahwa aku masih sering
memikirkanmu. Tetapi, apakah kau masih memikirkanku?
“Greyson, come on..” panggil seorang
laki-laki.
Aku tak menjawabnya. Aku hanya keluar
dari rumahku dan menmuinya. Oh, ternyata dia Mario, temanku.
“ohh hey, what’s up bro?” tanyaku sambil
menepuk pundaknya.
“how about hang out?” tanya Mario.
“hang out? And how about walking around
at the downtown?” tanyaku balik.
“uhmm.. okay..” jawab Mario.
Aku dan Mario pun berjalan-jalan di
perkotaan pada malam hari. Aku dan Mario memang sering sekali berjalan-jalan
pada malam hari untuk mengisi waktu luang. Well mungkin kedengarannya aneh, dua
swaggers berjalan-jalan bersama pada malam hari? Hahaha. Well tapi itu memang
sudah menjadi kebiasaan kami. Mario adalah sahabat laki-lakiku selama aku
tinggal di LA. Walaupun dia swagger, tapi sikapnya sangat baik. Ia tak pernah
macam-macam terhadap wanita dan ia juga bukan seorang playboy. Ya semua itu
adalah sebab-sebab mengapa aku suka jadi sahabatnya. Dia adalah laki-laki yang
sangat gentle.
Saat sedang di jalan, tiba-tiba
jantungku terasa sangat sakit. Ya, aku sudah menderita penyakit jantung sejak 3
bulan yang lalu.
“aww” teriakku.
Mario pun terlihat terkejut.
“eh, kambuh lagi ya?” ucap Mario sambil
mendudukkanku di tepi jalan di sebuah warung kaki lima (?).
“iya nih kayanya.. sakit banget
jantungku...” jawabku sambil menahan rasa sakit yang ada di dadaku.
“aku bawa ke rumah sakit?” tanya Mario.
“ehh udahlah gak perlu.. aku masih kuat
kok.” Jawabku sebisanya.
Aku pun duduk di tepi jalan sambil
meminum segelas air putih ditemani dengan Mario di sampingku. Dia adalah
sahabat terbaikku yang pernah aku punya.
-skip-
Pagi ini aku dan Mario berangkat ke
sekolah bersama. Aku mengendarai mobilku.
Sesampainya di sekolah, seperti
biasanya, banyak cewek-cewek yang mengejar-ngejar kami. Well, kami memang
terkenal sebagai swaggers di sekolah. Dan itu sebabnya mengapa banyak siswi
yang selalu mengejar-ngejar kami setiap hari.
Aku hanya tersenyum sambil memandangi
mereka. Demikian juga dengan Mario.
Saat sampai di kelas, guru kami sudah
masuk.
“anak-anak, besok lusa kita akan
mengadakan camping akhir tahun di dekat sebuah telaga” ucap Miss Rose.
“hah? Camping?” tanyaku sambil menoleh
ke arah Mario.
Semua murid-murid bersorak-sorak
kegirangan. Namun tidak bagiku dan Mario. Karena aku mempunyai penyakit jantung
dan Mario juga tau tentang itu. Ia tak ingin akan terjadi apa-apa padaku.
Aku pun memberanikan diri untuk
mengangkat tanganku.
“yeah, Greyson?” tanya Miss Rose.
“boleh gak kalau misalnya aku dan Mario
enggak ikut?” tanyaku.
“maaf Greyson, Mario, tapi acara ini
wajib untuk seluruh siswa..” jawab Miss Rose.
Aku pun tertunduk dan Mario merangkul
pundakku dengan gaya swag nya.
“acara camping akan dilaksanakan lusa.
Besok kita libur untuk persiapan buat camping lusa” ucap Miss Rose lagi.
“humph.” Gumamku.
“udahlah Grey, sabar aja...” timpal
Mario.
Akhirnya aku dan Mario pun pulang ke
rumah masing-masing untuk mempersiapkan diri.
*Irene POV*
“apa?! Besok kita berangkat ke LA?!”
teriakku kegirangan.
“iya Irene, kan sesuai janji mama yaitu
akan mengajakmu pergi ke LA kalau kamu bisa masuk 3 besar” jawab mama sambil
tersenyum.
“baik ma.. aku bersiap-siap dulu ya...”
ucapku sambil tersenyum-senyum.
Aku pun segera mengunci kamarku dan
melihat keluar ke arah jendela. Aku memandangi langit. Seketika aku mengingat
sebuah malam yang tak akan pernah bisa aku lupakan. Suatu malam yang sangat
indah. Ya, yaitu malam tahun baru, malam dimana Greyson menciumku. Dan malam
dimana aku melakukan perpisahan dengan Greyson. Malam dimana Greyson mengungkapkan
perasaannya kepadaku. Ahh, sungguh malam yang amat indah.
Dan tiba-tiba air mataku menetes dan
membasahi pipiku.
Aku menghapuskannya dan aku
membayangkan apabila Greyson ada di hadapanku sekarang.
‘Greyson, aku akan menyusulmu’
batinku. Aku tersenyum-senyum sendiri
lalu menutup jendelaku dan kembali mempersiapkan barang-barang yang harus aku
bawa besok.
Hari ini aku akan berangkat ke LA.
Hanya aku dan mamaku. Aku pun masuk ke dalam pesawatku dan duduk sambil
memainkan lagu-lagu di ipodku.
Aku melihat keluar jendela sambil
memikirkan Greyson lalu aku pun tertidur.
Setelah sekitar 2 jam perjalanan, aku
dan mama pun sudah sampai di LA.
“ma, kita akan pergi ke mana?” tanyaku
sambil membawa koperku.
“gimana kalau ke telaga? Mama udah lama
gak kesana.” Jawab mama.
’yahh.. ntar gak bisa ketemu Greyson
dong?’ batinku.
“i.. iya deh ma..” jawabku.
Aku dan mama pun melakukan perjalanan
menuju ke telaga.
Setelah sampai di telaga, aku hanya
dapat ternganga. Pemandangannya sangat indah disini.
“gimana?” tanya mama sambil menyenggol lengan kananku.
“soooo amazing,...” jawabku sambil
meletakkan koperku.
“hello
paradiseeeeeeeeeeeeeeeee!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku sambil merentangkan
kedua tanganku.
“yaudah, mama masukkin barang-barang
dulu ya ke dalam villa. Mama udah pesen villa kemarin malam” ucap mama.
“iya maa...” jawabku lalu segera
berlari ke tepian telaga. Aku duduk di bawah sebuah pohon disana sambil
menggenggam buku novelku.
Aku tersenyum-senyum sendiri lalu
memeluk lututku dan mulai membaca novelku.
Aku pun tertidur di bawah pohon sampai
sore. Akhirnya mama membangunkanku dan menyuruhku untuk tidur di villa. Namun
karena sudah tertidur seharian, aku jadi tidak bisa tidur lagi. Tengah malam,
mama sudah tertidur pulas namun aku tak bisa tertidur. Aku pun berjalan
mengendap-endap keluar dari kamar dan aku menemui 2 orang receptionists yang
sedang membicarakan sesuatu. Aku pun menguping sejenak.
“eh iya, besok katanya ada 41 orang
yang mau bermalam disini.” Ucap receptionist yang pertama.
“iyaa, katanya 40 murid dan 1 guru”
ucap receptionist yang kedua.
Aku pun penasaran lalu memberanikan
diri untuk bertanya kepada kedua receptionists tersebut.
“mbak, kalau boleh tau nih, besok ada
yang bermalam disini ya?” tanyaku.
“iyaa, katanya dari sekolah mana gitu”
jawab salah satu receptionist.
“ohh yaudah makasih ya mbak..” ucapku
lalu tersenyum dan keluar dari villa tersebut dan duduk di salah satu kursi di
dekat telaga.
Walaupun ini sudah malam, namun telaga
masih tampak indah dengan pantulan sinar bulan yang ada di air telaga.
Sungguh, pemandangan yang sangat indah.
Aku pun kembali terbayang.
‘seandainya ada Greyson disini’
batinku.
Entah mengapa selama 1 tahun berpisah
dengan Greyson, rasanya setiap hari aku sealu memikirkannya. Greyson, kenapa
kau harus ada di dalam pikiranku?
Akupun kembali tertidur di kursi
tersebut.
Aku mendengar suara ayam telah
berkokok. Aku membuka mataku perlahan dan mendapati sudah terdapat sekuntum
bunga mawar ada di meja kecil di depanku. Aku pun sangat bingung. Aku melihat
ke samping villa ini dan ternyata sudah terdapat sebuah bus terparkir disana.
“ha?” tanyaku tak percaya.
Aku pun segera berlari masuk ke villa
dan membersihkan diri. Setelah selesai mandi dan breakfast, aku pun melihat
dari jendela kamarku. Aku melihat segerombolah anak-anak seumuran denganku
sedang bermain-main di tepian telaga.
Aku sangat yakin bahwa mrekalah yang
dimaksudkan oleh kedua receptionists tersebut.
Akupun menunggu telaga sampai sepi.
Supaya aku bisa menghabiskan waktuku disana dengan menyendiri.
Aku pun terus menunggunya hingga waktu
menunjukkan pukul setengah lima sore. Aku pun keluar dari villa ku sambil membawa
sekuntum mawar merah di genggamanku. Saat hendak menuju ke tepian telaga, aku
melihat seorang laki-laki sedang tertunduk dan ia menyendiri di tepian telaga.
Dengan rambutnya bewarna coklat
mengkilap, kurasa aku pernah mengenalinya.
Aku pun berjalan mendekat ke arahnya.
Dengan sepatu converse yang ia letakkan di sebelahnya, dengan separuh kaki yang
ia masukkan ke dalam air. Dengan tatapan kosongnya. Ia berkaca di permukaan
air. Pandangannya kosong. Ia terdiam. Aku pun melepaskan sepatuku lalu
memberanikan diri untuk duduk di sebelahnya. Separuh kakiku kumasukkan ke dalam
air, memecahkan air tersebut dan membuyarkan lamunannya.
Aku tersenyum sambil mentap lurus ke
depan. Ya, sekarang aku tau bahwa, dia adalah Greyson. Laki-laki yang selama
ini selalu memenuhi pikiranku.
Ia tersenyum lalu menoleh ke arahku
dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba ia menarik daguku lalu menatapku dengan
tatapan yang sangat tulus.
Aku membuang pandanganku lalu kembali
menatap telaga.
Ia pun memegang kedua pipiku lalu ia
mencium bibirku lembut tepat saat matahari tenggelam.
Aku merasa ada sesuatu yang berbeda
dari Greyson. Ia tampak pucat dan tangannya sangat dingin. Bibirnya juga sangat
dingin.
1 menit ia menciumku, akhirnya ia
melepaskannya.
Ia tersenyum ke arahku dengan tulus.
“thanks for the rose..” ucapku sambil
mencium mawar merah yang aku temukan di meja kecil di depanku tadi pagi.
“Irene.. do you still love me?” tanya
Greyson tiba-tiba. Wajahnya seketika berubah menjadi cemberut. Ia menggenggam
tanganku.
“no..” jawabku santai sambil tersenyum.
Ia pun tampak kecewa lalu menundukkan
kepalanya.
“really?” tanyanya lagi.
“no. I can’t stp loving you..” jawabku
santai.
Ia tersenyum sejenak lalu menatapku
lagi.
“tapi, apa kamu akan tetap menyukaiku
apabila aku..” ucapnya.
“kau kenapa, Grey?” tanyaku.
“aku terkena penyakit yang sangat
parah” ucap Greyson sambil menundukkan kepalanya lagi.
Aku pun berusaha untuk tersenyum lalu aku
mengangkat dagunya.
“penyakit.. penyakit apa Grey?”
tanyaku.
“aku.. akuu... aku punya penyakit
jantung..” jawabnya melemas.
“really?” tanyaku tak percaya.
“yeah. Sorry Irene, I can’t be with you
for a long time.. that fortune teller was true. My life is not long..” jawabnya
lagi.
“do not say that. I’m sure that you can
get well” ucapku sambil berusaha tersenyum semampuku.
Belum sempat Greyson menjawabku,
tiba-tiba ia pun mengerang sambil memegangi dadanya.
“Grey,, are you okay?” tanyaku
khawatir.
“i’m not okay, sweetie.. my chest...”
ucap Greyson sambil menahan rasa sakit.
“Greysooonnn....!!!” teriakku hingga
ada seorang laki-laki yang berlari ke arah kami.
“who are you?” tanyaku curiga.
“it’s no time for introducing” jawabnya
katus lalu segera menyangga Greyson untuk berjalan.
Aku hanya tertunduk sambil melihat
Greyson berjalan menjauh dari tepi telaga. Ia masih memegangi dadanya, menahan
rasa sakit.
Aku pun beranjak dar tepian telaga
sambil menggenggam mawar merah tersebut. Aku mencium mawar tersebut lalu
meletakkannya di tepian telaga, tempat aku dan Greyson baru saja betemu.
Akhirnya aku pun berjalan menuju villa
sambil tertunduk.
Keesokkan harinya, aku sengaja bangun
lebih pagi dan aku kembali melihat keramaian. Namun di tengah keramaian
tersebut, aku tak dapat menemukan Greyson dan temannya tersebut. Apakah
‘Greyson masih tertidur?’ batinku.
Aku kembali menungguinya sampai sore
hari.
Setelah sepi, aku pun turun dan segera
menuju ke tepian telaga. Dan aku tak menemukan sekuntum bunga mawar yang kemarin
aku letakkan disini. Aku pun melihat ke telaga dan menemukan adanya sekuntum
mawar yang sudah rusak mengapung di permukaan telaga dan letaknya tak jauh dari
tepian.
Aku tertunduk karena aku tak berani
mengambilnya. Saat sedang merenung, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam
air tersebut dan berenang menuju mawar tesebut. Aku hanya ternganga sambil
menatap laki-laki tersebut. Dan ternyata, laki-laki tersebut adalah Greyson. Ia
menggigit tangkai bunga mawarnya dan terus berenang menuju ke tepian. Namun
tiba-tiba aku melihat ia mulai terlihat kesakitan dan tangannya memegangi
dadanya lagi. Aku pun khawatir akan terjadi apa-apa terhadap Greyson. Aku pun
memberanikan diri untuk menceburkan diri ke dalam telaga tersebut untuk
menyelamatkannya. Aku berenang menuju Greyson lalu menarinya menuju ke tepian.
Dan tak kusangka ternyata daritadi teman Greyson memandangiku yang sedang
menyelamatkan Greyson.
Akhirnya aku pun sampai ke daratan dan
teman Greyson membantuku dan Greyson untuk keluar dari telaga.
Greyson pun dibaringkan di tepian
telaga dengan kondisi tak sadarkan diri. Ia menggenggam mawar merah yang ia
berikan kemarin.
Aku pun menangis. Teman Greyson segera
menekan-nekan dada Greyson agar airnya keluar dari tubuhnya. Namun ia tak
berhasil.
Aku pun menggenggam tangannya dan
menciumnya. Lalu aku berbisik, “thanks Greyson, I love you”.
Tiba-tiba bibirnya tersenyum.
‘aku yakin dia sedang mendengarkanku’
batinku.
Namun tiba-tiba Greyson melemas. Denyut
jantungnya mulai tidak karuan. Nafasnya tidak teratur. Dan genggaman tangannya
mulai mengendur.
Aku dan teman Greyson pun memutuskan
untuk segera pergi ke kota untuk menyembuhkan Greyson. Kami memanggil
ambulance.
Saat sedang di ambulance, terjadilah
awkward moment antara aku dengan teman Greyson.
“by the way, kamu siapanya Greyson?”
tanya teman Greyson.
“aku Irene, teman Greyson” jawabku.
“ternyata kamu Irene? Perempuan yang
sering banget Greyson ceritain ke aku?” tanyanya lagi.
“ha?! Apa dia sering menceritakan
hal-hal tentang aku?” tanyaku tak percaya.
“yeaah. Dia bilang dia cinta mati
kepadamu. Dan he can’t stop loving and thinking about you” ucap teman Greyson.
“oh yeah, aku Mario, sahabat Greyson”
lanjut teman Greyson sambil menyodorkan tangannya.
Aku menerimanya lalu tersenyum.
Saat sedang di perjalanan, tiba-tiba
Greyson batuk-batuk lalu membuka matanya perlahan.
“Greyson, kamu sudah sadar?” teriakku.
“sssttt. Irene, aku sadar hanya untuk
menyampaikan pesan terakhirku untukmu” ucap Greyson sambil menggenggam tanganku
(again).
“husshh Greyson, jangan bicara
begitu..” ucapku sambil cemberut.
Greyson
hanya tersenyum lemah sambil meletakkan tanganku di dadanya.
“walau jantungku akan segera mati,
namun cintaku kepadamu tak akan pernah mati. Selamat tinggal Irene. Aku minta
maaf kalau selama ini aku selalu mengecewakan kamu, membuatmu sedih, dan
membuatmu terus kepikiran tentang aku. Au sungguh minta maaf, Irene..” ucap
Greyson sambil meneteskan air matanya.
“dan Mario, tolong jaga Irene
baik-baik” sambung Greyson.
Aku pun menangis lalu memeluk Greyson
untuk terakhir kalinya. Ia melepaskan pelukanku lalu kembali mencium bibirku
untuk yang terakhir kalinya. Dan saat kami berciuman, ia pun menghembuskan
nafas terakhirnya. Tangisanku semakin menjadi-jadi.
-skip-
Sudah 9 tahun lamanya aku tak berjumpa
dengan Greyson. Ia sudah berbeda alam sekarang. Dan aku harap, semoga ia dapat
bahagia.
Aku dan Mario berjalan bersama sambil
bergandengan tangan ke tepian telaga. Untuk mengenng peristiwa yang kami alami
9 tahun silam. Aku pun duduk di tepian telaga, sedangkan Mario pun kembali ke
mobilnya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.
Aku duduk sambil tersenyum dan
memandang lurus ke depan. Dan tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang menjalar
di antara jari-jemariku. Aku menoleh sedikit dan dia adalah seorang Greyson
Michael Chance. Ia menatapku dengan tulus lalu ia pergi meninggalkanku.
Well, that’s the way.
-THE END-
0 comments:
Post a Comment